Alih bahasa: Muthahhir Arif
Ketika kita melihat seseorang yang diberikan keberuntungan oleh Allah, janganlah serta merta kita menilainya sebagai orang yang paling beruntung!! Karena sungguh itu adalah pemikiran para pengikut Qarun, bukan pemikiran orang-orang yang beriman.
Ketahuilah bahwa kita tidak akan mendapatkan kesulitan di dunia yang fana’ ini kecuali menjadi tabungan buat kita di Akhirat!
Ketahuilah bahwa setiap takdir yang kita lalui di dunia sesungguhnya ia akan mendorong kita untuk membangun masa depan kita yang nyata di Surga, insya Allah.
Bagaimana bisa?!
Sebagai contoh:
– Kita dihimpit kesulitan materi, tidak punya harta kecuali sedikit. Namun kita bersabar dan mengharapkan pahala dari Allah Yang Mulia. Maka dengan kesabaran kita itu, akan terbangun masa depan kita di Akhirat!
– Kita ditakdirkan sakit (semoga tidak terjadi). Kita diuji dengan penyakit ringan, atau bahkan penyakit yang tak dapat disembuhkan. Namun kita bisa bersabar dan mengharap balasan dari Allah. Maka dengan kesabaran itu, kita punya harapan masa depan yang indah di Akhirat!
– Allah menguji kita dengan kegelisahan hidup lantaran berubahnya hati dan cinta orang terdekat kita; suami, istri, ayah, atau ibu, atau bahkan anak kita sendiri kepada kita. Jika kita bersabar dengan sabar yang tulus, maka akan terbangun dengan kesabaran itu masa depan yang indah buat kita di Akhirat.
– Allah takdirkan kita mandul. Namun kita sabar dan kita memanfaatkan hal tersebut dengan banyak menuntut ilmu dan beribadah, maka terbangun buat kita dengan kesabaran itu masa depan yang gemilang di Akhirat.
– Atau apa pun yang hilang dari kita atau sesuatu yang tidak kita miliki di dunia ini, sedikit ataupun banyak, namun bila kita sabar, maka sungguh kita sedang membangun masa depan kita di Akhirat.
– Jadi, merupakan rahmat Allah, Dia menakdirkan atas setiap muslim dan muslimah takdir-takdir yang sesuai dengannya. Untuk mengagungkan bagiannya nanti di tanah airnya yang sesungguhnya, yakni Surga.
Untuk itu, kita akan menemukan siapa pun yang punya akal cerdas niscaya ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia tak akan merubah apa yang Allah buka untuknya berupa pintu-pintu kemuliaan, derajat di Akhirat dengan kesempitan, kesusahan, kesedihan serta kepedihan yang bisa menutup pintu-pintu kemuliaan untuknya.
Agar kita bisa ridha dan menerima.
Apakah kita tahu bahwa tidak semua muslim bisa memanfaatkan takdir-takdir Allah atasnya?!!
Kebanyakan mereka hanya bersabar dengan sabar yang manusiawi tanpa niat untuk mendapatkan pahala dan balasan dari Allah.
Untuk itu, jadilah seperti mereka yang dianugerahi ilmu pada kisah Qarun. Ketika mereka berkata kepada orang-orang yang tak mau melihat apa yang Allah anugerahkan pada mereka akhirnya hanya fokus pada harta semata? karena hanya harta yang menjadi tujuan atas ilmu mereka di dunia.
وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِّمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ
“Celakalah kamu! Ketahuilah, pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, dan (pahala yang besar) itu hanya diperoleh oleh orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Qashash:80).
Artinya: Apa yang menunggumu wahai orang yang beriman di sisi Allah jauh lebih agung nan sempurna dibanding apa yang dimiliki oleh Qarun. Tapi, tak dapat sampai pada martabat yang mulia ini kecuali ia yang punya sifat sabar yang hanya mengharapkan balasan dari Allah.
Sebagai orang yang berakal mari kita renungkan makna pendidikan yang mendalam ini.
Mari kita gunakan iman dan akal.
Mari kita berdagang bersama Allah dengan memperbanyak pahala dan kebaikan, agar kehidupan dunia dan Akhirat kita beres.
Ketahuilah apa yang Allah takdirkan, baik atau buruk, itu pasti sesuai dan tepat untuk diri kita.
Boleh jadi jika umur kita bertambah sehari, kita akan binasa!
Jika harta kita bertambah satu dirham, kita akan melampaui batas.
Jika anak kita bertambah satu orang, maka kita akan sengsara.
Jika kesehatan bertambah satu gram saja, kita akan lalai!
Sampai tetangga yang ada di sekitar kita, atau lingkungan di mana kita tinggal, atau seluruh kehidupan kita secara detail, percayalah bahwa itu semua itu sesuai dan tepat untuk diri kita. Maka harus kita manfaatkan untuk mendekatkan diri pada Allah.
Terakhir ..
Ketahuilah, bahwa kita terus diuji pada segala kondisi.
Apakah kita ikhlas dan ridha kepada Allah saat rezeki kita kurang?
Dan apakah kita bersyukur saat kita diberi nikmat?
Jangan sampai kita seperti kaum Saba’ yang beri nikmat berlimpah, namun mereka menginkarinya bahkan melakukan kedurhakaan, maka Allah menghukum mereka dengan kehancuran dan kebinasaan.
(Manhajuna/IAN)