Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Hikmah / Cita-Cita Menggapai Cinta
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Cita-Cita Menggapai Cinta

antara-cinta-dan-cita-citaOleh Ust. Fir’adi Nasrudin, Lc.

Miliki dua kunci pembuka cinta Ilahi; ketakwaan dan keindahan akhlak.

Miliki dua kunci pembuka cinta manusia: banyak memberi manfaat dan menebarkan kebaikan.

Miliki dua kunci pembuka cinta tetanggamu: keceriaan wajah dan memuliakan mereka.

Miliki dua kunci pembuka cinta sahabatmu; kenang kebaikannya dan lupakan kekhilafannya.

Miliki dua kunci pembuka cinta murid-muridmu; berupaya maksimal dalam menularkan ilmu dan jangan menjaga jarak dengan mereka.

Miliki dua pembuka cinta guru-gurumu; cepat menangkap transfer ilmu yang mereka sampaikan dan tulus dalam menghormati dan memuliakan mereka

Miliki dua kunci pembuka cinta keluargamu; lemah lembut saat berbicara dengan mereka dan memahami Bahasa tubuh mereka.

Miliki dua kunci pembuka cinta managermu di tempat kerja; tulus dalam menta’ati arahan-arahannya dan professional dalam bekerja.

Miliki dua kunci cinta Allah dan manusia seluruhnya; mengukir kebaikan dan tidak mengusik kebahagiaan mereka.
(Mustafa as-Siba’i, hakadza allamatni al-hayat).

Saudaraku,
Salah satu inspirasi kita dalam mengembangkan potensi kebaikan dalam diri kita adalah cinta. Ia adalah energi yang akan melontarkan kita ke puncak prestasi. Ia menjadi semacam pelita yang akan menerangi perjalanan hidup kita hingga sampai ke tujuan tertinggi. Ia adalah nafas kehidupan kita.

Adakah kita mampu tersenyum lepas tanpa pernah merasakan cinta orang-orang terkasih?. Tanpa cinta, kita rasakan langit-langit hati kita dipayungi awan mendung yang berarak. Keresahan jiwa dan kegalauan hati tercipta. Hidup kita pun seperti dibayang-bayangi kehampaan dan kegagalan.

Selaku insan beriman, tentu kita bukan saja mendamba cinta orang-orang dekat; keluarga, tetangga, sahabat, guru dan peserta didik kita serta orang-orang yang bersama kita di tempat kerja dan di mana saja. Terlebih cinta Yang Maha Esa, adalah cinta yang semakin memberi warna bagi cinta-cinta yang lainnya.

Saudaraku,
Dicintai Allah dan manusia di sekitar kita, bukanlah pekerjaan mudah dan tidak pula usaha yang ringan kita lakukan. Ia memerlukan peluh dan darah perjuangan untuk meraihnya. Ia menginginkan mahar berharga yang kita berikan. Harus ada keistiqamahan dalam memeliharanya.

Mustafa as-Siba’i pernah berbagi pengalamannya yang sangat berharga, jika kita ingin menggapai cinta yang di Atas dan yang di bawah.

• Takwa dan akhlak terpuji, merupakan kunci meraih cinta Allah Ta’ala.
Yang parameternya terukur dengan menjadi ruhban al-lail (ahli ibadah di malam hari dan fursan al-nahar (penunggang kuda yang gagah, pejuang di siang hari). Tanpa menghidupkan malam dengan tahajjud di malam hari, mustahil ketakwaan dapat kita raih. Karena ketulusan kita dalam beribadah kepada-Nya mewujud dalam shalat malam.

Akhlak terpuji, tidak mungkin diraih dengan senda gurau dan bermain-main. Tapi ia tergapai dengan perjuangan berat dan usaha yang panjang. Dan itu disimbolkan dengan penunggang kuda di siang hari.

• Kunci meraih cinta tetangga-tetangga kita adalah selalu menampilkan keserian wajah dan memuliakan mereka.
Siapa di antara kita yang tidak mengharapkan penghargaan, penghormatan, apresiasi dan pemuliaan dari orang lain. Terlebih jika semua itu dibungkus dengan seulas senyum dan kejernihan wajah serta ketulusan sikap.

Jika hal itu dapat kita lihat dari tetang-teangga di sekitar kita, itu artinya kita telah memiliki tempat yang luas di dalam hati mereka. Sebaliknya, jika mereka bertemu kita dengan wajah yang kering, senyuman sirna, kekakuan dalam sikap, berarti kita belum menemukan kehangatan cinta dari mereka.

• Melupakan kesalahan dan mengenang kebaikan sahabat, merupakan kunci meraih cinta mereka.
Betapa seringnya dalam hidup, kita mengingat-ingat kesalahan sahabat terhadap kita walaupun ia lakukan tanpa ada unsur kesengajaan dan sudah terjadi puluhan tahun yang lalu. Kekhilafannya terus kita ungkit-ungkit. Namun kita sangat sulit mengenang kebaikan dan kebahagiaan yang pernah ia hadirkan dalam hidup kita.

Bila ini yang selalu kita lakukan dalam hidup, maka kita tak akan pernah dicintai sahabat-sahabat kita. Dan bahkan kita tak akan pernah mendapatkan sahabat sejati dalam hidup kita.

• Dicintai peserta didik, merupakan keserian tersendiri dalam hidup kita sebagai pendidik. Namun hal itu hanya menjadi fatamorgana belaka, jika kita asal-asalan dalam menularkan ilmu yang kita miliki, hanya sekadar menggugurkan kewajiban dan bersikap kasar terhadap mereka.

Pendidik yang berkesan di hati murid-muridnya adalah pendidik yang selalu disebut kebaikannya oleh murid-muridnya semasa hidup dan bahkan mungkin sepeninggalnya.

Ibrahim al-Harbi pernah bertutur perihal gurunya Imam Ahmad bin Hanbal, “Aku pernah menemani Imam Ahmad selama dua puluh tahun, siang dan malam, musim dingin dan musim panas, dalam perjalanan atau mukim, dan dalam rentang waktu tersebut aku melihat amal shalihnya selalu bertambah dan tak pernah berkurang dari hari-hari sebelumnya.”

Saudaraku,
• Jika kita ingin selalu dicintai guru-guru kita, dosen, guru besar, ustadz dan orang-orang yang berjasa dalam hidup kita, maka menajamkan intelektual, mudah menyerap ilmu yang mereka tularkan, menghormati dan memuliakannya menjadi harga mati untuk kita lakukan.

Santun dan menghormati mereka, tidak harus dengan membawa kambing guling setiap kali kita berkunjung ke rumah mereka. Tidak pula dengan membungkukkan kepala dan punggung kita. Atau dengan mencium kaki mereka, cium tangan atau berebut bekas kopi dan teh mereka.

Cium tangan merupakan warna penghormatan terhadap mereka. Merendahkan suara saat berbicara dengan mereka juga merupakan bentuk memuliakan mereka. Dan yang terpenting adalah menjaga pesan-pesannya. Mendo’akan mereka, tidak menceritakan kelemahan dan kekurangan-kekurangannya kepada orang lain, menjaga nama baiknya dan seterusnya.

Saudaraku,
Jika kita ingin mengetahui sejauh mana kedekatan kita dengan istri dan anak-anak kita, seberapa dalam cinta mereka terhadap kita, seberapa bahagia mereka mengarungi samudera hidup dalam bahtera yang kita nahkodai. Kita bisa bertanya kepada orang-orang dekatnya. Bagaimana istri dan anak-anak kita bercerita tentang kita kepada sahabat karibnya.

Namun, jika kita berinteraksi dengan lemah lembut terhadap mereka. Tenang dalam bertegur sapa. Mampu tersenyum dalam memendam amarah. Bijak dalam mendidik. Memahami Bahasa tubuh dan meraba keinginan mereka. Insyaallah baiti jannati rumahku adalah surgaku dapat terwujud di alam realita kehidupan rumah tangga kita.

Saudaraku,
Dipercayai bos dan atasan kita serta rekan-rekan seperjuangan di tempat kerja, merupakan kebahagiaan yang tak terlukiskan dengan kata-kata. Hal itu bisa terwujud, jika kita tulus dalam bekerja. Mampu meraba apa yang dimaui atasan kita. Professional dalam menjalankan tugas dan berkarya. Tuntas dalam menunaikan tugas-tugas yang dibebankan kepada kita. Ikhlas dalam mengembangkan karya. Disiplin terhadap waktu. Dan yang senada dengan itu.

Jika demikian, bukan hanya akan dicintai manager dan para karyawan, tetapi kita justru dicintai oleh Atasannya atasan kita yakni Allah ta’ala. ” “Sesungguhnya Allah mencintai salah seorang di antara kamu yang apabila melakukan pekerjaan, ia melakukannya dengan itqan (tekun, rapi dan teliti).” (HR. Baihaqi).

Saudaraku,
Jika kita ingin dicintai oleh semua makhluk ciptaan-Nya. Bahkan oleh Penciptanya, syarat yang harus kita penuhi adalah mentradisikan kebaikan di mana saja kaki kita berpijak dan tidak mengusik ketenangan dan kebahagiaan orang lain.

Sebaliknya, jika kita di mana-mana dikenal dengan sosok yang memiliki kepribadian negative, akhlak yang tercela, mengganggu kebeningan hidup orang lain, maka kita akan dibenci manusia dan Tuhan pencipta kita.

Saudaraku,
Bagaimana kabar cinta kita hari ini? Sudahkah kita dicintai?

Wallahu a’lam bishawab.

(Manhajuna/GAA)

(Visited 780 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Rajab, Sya’ban dan Ramadhan

Manhajuna – Bulan rajab baru saja datang, dan berlalu tanpa terasa. Setelahnya adalah sya’ban, kemudian bulan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *