Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Kajian / Alquran / Diantara Motivasi Mempelajari dan Memahami Al-Qur’an
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Diantara Motivasi Mempelajari dan Memahami Al-Qur’an

Manhajuna.com – Sesungguhnya sebaik-baik pengerahan tenaga, dana dan penghabisan usia adalah untuk menafsirkan Al-Qur’anul-Karim yang merupakan sebaik-baik kalam, sebab dia adalah Kalamullah.

Maka, tafsir adalah ilmu yang paling afdhal (utama) dan paling agung secara mutlak, karena obyek pembahasannya adalah Al-Qur’an.

Imam Syafi’i rahimahullah mengabadikan hal ini dalam sya’irnya,

كُلُّ الْعُلُوْمِ سِوَى الْقُرْآنِ مَشْغَلـَةٌ               إِلاَّ الْحَـــــدِيْثَ وَإِلاَّ الْفِقْهَ فِي الدِّيْنِ

الْعِلْمُ مَا كَانَ فِيْــــــــهِ قَالَ حَـدَّثَنَا             وَمَا سِوَى ذَلِكَ وَسْوَاسُ الشَّيْطَانِ

Semua ilmu selain Al-Quran adalah kesibukan yang kurang berarti, kecuali hadits dan fiqh

Ilmu adalah sesuatu yang di dalamnya ada ucapan: haddatsana (memberitakan kepada kami), sementara selain itu adalah bisikan setan. [1]

Demi ilmu inilah, Masruq bin Al-Ajda’ (wafat th 63 H) dari generasi tabi’in, rela berlelah-lelah menempuh perjalanan ribuan kilometer hanya untuk mencari penafsiran sebuah ayat.

Suatu ketika ulama asli Yaman yang menetap di Kufah ini pergi ke Basrah ingin menemui seseorang untuk menanyakan penafsiran sebuah ayat. Tapi, sesampainya di Basrah, ia diberitahu bahwa orang yang dia cari telah pergi menuju Syam. Tidak patah semangat, ia pun menyiapkan perbekalan untuk pergi ke Syam untuk menemui orang tersebut sampai akhirnya ia pun mengetahui penafsiran ayat yang dimaksud.[2] Ibarat orang yang ingin meminang wanita idamannya, maka mas kawin semahal apapun terasa murah dan pasti akan diturutinya.

Sesungguhnya, tanpa mengambil petunjuk dari ajaran-ajaran Al-Quran (Ta’alimul Qur’an) maka mengharapkan kebangkitan individu muslim atau umat Islam adalah utopia dan tidak akan terealisir dengan nyata. Dan secara aksiomatis, seseorang tidak mungkin dapat mengamalkan ta’alim ini kecuali setelah memahami Al-Quran dan men-tadabburi-nya.

Dengan kemauan yang kuat dan tindakan yang sungguh-sungguh dalam diri kita untuk belajar memahami ayat-ayat Al-Qur’an yang diiringi dengan pengamalan, semoga kita jadi tidak termasuk orang-orang yang dikatakan oleh Imam Ath-Thabari (wafat th 310 H),

“Sesungguhnya aku benar-benar heran kepada orang yang membaca Al-Quran tapi tidak mengetahui tafsirnya, bagaimana ia dapat merasakan kelezatan bacaaannya.” [3]

Catatan kaki:

  1. Thabaqat Asy-Syafi’iah Al-Kubra, As-Subki, 1/297, Al-Bidayah wan-Nihayah, Ibnu Katsir, 10/254
  2. Tafsir Ibnu ‘Athiyah, 1/119, Tafsir Al-Qurthubi, 1/26, dll.
  3. Mu’jamul Udabaa, Yaaqut Al-Hamawi, 18/63, Tafsir Ath-Thabari, 1/6, Siyar A’lam An-Nubala, Az-Zahabi, 14/274

Sumber: Untaian Hikmah Dalam Tafsir Surat Al-Fatihah, oleh Abdullah Haidir, Lc, di murajaah Ummu Rumaisha. Tulisan di atas dikutip dari Kata Pengantar yang disampaikan oleh Ahmad Qusyairi Suhail, MA

(Manhajuna/IAN)

(Visited 1.736 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Natal Dan Toleransi

Oleh Ustadz Abdullah Haidir, Lc. Membaur, akrab, tolong menolong dalam bermasyarakat walau beda agama, tapi …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *