Oleh: Ustadz Ahmad Mudzoffar Jufri, MA
Manhajuna.com – Baginda Sayyiduna Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Tiada hari dimana amal shaleh padanya lebih Allah cintai daripada hari-hari ini, yakni 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya: Ya Rasulallah, apakah jihad fi sabillah pun tidak bisa (menandingi fadhilahnya)? Beliau menjawab: Ya, termasuk jihad fi sabilillah sekalipun tidak bisa (menandinginya). Kecuali seseorang yang pergi berjihad dengan jiwa dan hartanya sendiri, lalu tidak ada yang kembali (sampai syahid)” (HR. Al-Bukhari).
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda (yang artinya): Tiada hari yang paling besar peluangnya untuk Allah membebaskan seorang hamba dari api Neraka, selain hari Arafah. (HR. Muslim).
Saat ditanya tentang fadhilah puasa Arafah, Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): Ia bisa menghapus dosa satu tahun yang telah lalu dan satu tahun yang akan datang. (HR. Muslim).
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda lagi (yang artinya): “Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah. Dan sebaik-baik dzikir yang aku baca dan juga dibaca oleh para Nabi sebelumku adalah: La ilaha illallahu wahdahu la syarika lahu, lahul mulku wa lahulhamdu, wa Huwa ‘ala kulli syai-in qadir.” (HR. At-Tirmidzi, dihasankan oleh Al-Albani).
Para ulama berbeda pendapat tentang fadhilah spesial doa di hari Arafah ini, apakah hanya khusus bagi para jamaah haji yang sedang melaksanakan wuquf di Arafah, ataukah berlaku umum bagi seluruh kaum muslimin dimanapun berada. Dengan kata lain, apakah keutamaan khusus diatas hanya karena faktor fadhilah tempat wuquf di Arafah, ataukah tertuju kepada keutamaan dan keistimewaan faktor hari Arafah-nya? Dan yang lebih rajih dan kuat insyaallah bahwa, fadhilah dan keutamaan spesial tersebut terkait dengan faktor fadhilah dan keutamaan hari Arafah, dan bukan hanya tertuju kepada faktor tempat ibadah wuquf semata. Meskipun untuk kondisi para jamaah haji yang tengah berwuquf di Arafah, tentu saja lebih istimewa dan lebih spesial. Karena terhimpun padanya minimal tiga faktor keutamaan sekaligus, yakni: faktor kemuliaan puncak ibadah haji, faktor keistimewaan tempat wuquf, dan faktor kefadhilahan hari Arafah.
Bahkan diriwayatkan bahwa, tidak sedikit diantara para ulama salafus saleh dan khalafus saleh dahulu yang biasa berkumpul di masjid pada sore hari Arafah, untuk berdoa, berdzikir dan bermunajat. Disebutkan bahwa, yang termasuk melakukannya bahkan mengawalinya adalah sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Diantara ulama yang membolehkannya adalah Imam Ahmad bin Hambal. Dimana saat ditanya tentang praktik tersebut, beliau menjawab: Aku harap hal itu tidak mengapa. Toh hanya doa dan dzikrullah. Dan tidak sedikit ulama yang melakukannya… yang pertama kali mempraktikkan amalan itu adalah Ibnu Abbas dan Amru bin Huraits (radhiyallahu ‘anhum). (Al-Mughni: 2/129).
Semoga kita semua wabilkhusus para jamaah haji yang tengah berwuquf di Arafah, tidak melewatkannya begitu saja.
Maka harap jangan lupa berdoa dan bermunajat seikhlas-ikhlasnya dan setotal-totalnya, baik untuk kebaikan diri sendiri, kesakinahan keluarga, kejayaan dakwah Islam dimana-mana, keselamatan para pegiatnya dimanapun berada, maupun kemaslahatan Islam dan muslimin secara umum! Aamiin!
(Manhajuna/GAA)