Manhajuna Merajut Ukhuwah Mendulang Hikmah
Oleh Ust. Fir’adi Nasrudin, Lc.
Saudaraku,
Fudhail bin Iyadh rahimahullah pernah memberikan parameter prilaku hipokrit dalam kehidupan.
Ia berkata,
“Sesungguhnya tanda kemunafikan pada diri seseorang adalah suka dengan pujian orang yang tiada pada dirinya. Benci dengan celaan orang yang terdapat dalam dirinya serta membenci orang yang mununjukan untuknya perihal aib dirinya.”
(Al ‘awaiq, Muhammad Ahmad rasyid).
Saudaraku,
Jika hati kita berbinar-binar mendengar orang memuji kebaikan dan prestasi kita. Pikiran melayang tinggi menikmati pujiannya. Sementara jika suatu saat kita rasakan dunia menjadi gelap tanpa pelita. Arak-arakan mendung memayungi hati kita, ketika ada orang yang menasihati kita, menunjukan kelemahan kita. Dada terasa sempit. Pikiran menjadi sakit. Nafas terasa sesak. Lisan pun bergumam dengan marah. Itulah tanda hipokrit telah tumbuh di hati kita.
Sekiranya ada kelemahan, kekhilafan, perilaku tercela yang luput dari pandangan manusia. Bukan berarti kita termasuk dalam kelompok manusia yang mendekati kemaksuman. Tapi hal itu semata-mata karena Allah menutupi kelemahan dan aib kita di hadapan makhluk-Nya.
Untuk itu mari kita syukuri kucuran nikmat-Nya ini, dan kita merasa malu di hadapan-Nya. Karena kita belum maksimal memenuhi hak-hak-Nya atas kita. Tidak sedikit rambu-rambu-Nya belum mampu kita ikuti. Wallahu a’lam bishawab.
Metro, 23 September 2013
