Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Hikmah / Indikasi Sukses Ramadhan
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Indikasi Sukses Ramadhan

Oleh: Ustadz Ahmad Mudzoffar Jufri, MA

Manhajuna.com – Ramadhan merupakan salah satu momentum paling istimewa dan paling kondusif bagi kaum muslimin, secara individual maupun komunal, untuk melakukan upaya-upaya penempaan, perbaikan dan perubahan diri serta kehidupan. Tentu dalam rangka mencapai tingkat keimanan, ketaqwaan dan keshalehan yang lebih tinggi, dan untuk menggapai derajat kepribadian mukmin-mukminah sejati yang lebih mumpuni.

Maka beruntung dan berbahagialah orang yang sukses, alhamdulillah dan semoga kita termasuk didalamnya, karena telah mampu dan mau mengoptimalkan pemanfaatan momentum teristimewa yang baru saja berlalu. Sehingga pasca Ramadhan seperti saat ini dan seterusnya, iapun seperti terlahir kembali – dengan izin dan taufiq Allah – menjadi sosok pribadi mukmin dan mukminah baru yang serba istimewa pula.

Dan sebaliknya, merugilah – dunia akherat – orang yang gagal, na’udzu billah dan mudah-mudahan kita tidak tergolong disini, karena telah mengabaikan dan menyia-nyiakan karunia momentum terluar biasa itu. Sehingga Ramadhan demi Ramadhan selalu lewat dan berlalu begitu saja, tanpa meninggalkan perubahan yang signifikan dalam diri pribadi dan kehidupannya.

Nah, untuk mengukur dan mengetahui seberapa kadar atau tingkat perubahan dan perbaikan diri sebagai bukti kesuksesan yang telah kita raih dalam mensyukuri karunia momentum teristimewa bernama Ramadhan yang baru lewat, marilah kita lihat dan bercermin dari beberapa indikasinya berikut ini :

1. Berbahagia dan bergembira syukur lebih karena merasa telah beroleh taufik dan keberkahan dengan cukup optimal dalam mengisi dan memanfaatkan momentum Ramadhan. Dan bukan bersukaria sekadar karena bulan Ramadhan berikut puasanya telah usai dan “lebaran”. Dimana idul fitri yang dikenal dengan hari lebaran ini kadang seolah dipelesetkan menjadi “hari bubaran”. Yakni dengan arti bubaran Ramadhan-nya, berarti bubaran juga puasa-nya. Berarti bubaran juga tadarus-nya. Berarti bubaran juga ke masjid-nya. Berarti bubaran juga ketaatan-nya, dan seterusnya (?)

2. Berhasil membuat syetan “kecewa” dan “kecele”. Karena dengan modal taqwa istimewa hasil pelatihan Ramadhan, berarti ia telah memiliki semacam “kekebalan” dan “imunitas” istimewa tertentu terhadap godaan, bisikan dan ajakan jahatnya pasca Ramadhan. Padahal si syetan sendiri sudah sangat rindu sekali untuk menggodanya kembali selepasnya dari ikatan rantai yang telah membelenggunya selama bulan suci.

3. Tetap atau bahkan semakin bersemangat dalam beribadah dan beramal. Serta lebih bisa merasakan nikmat dan manisnya setiap ibadah dan ketaatan yang ditunaikan.

4. Tetap atau bahkan lebih akrab dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an dengan berbagai bentuk interaksi dengannya. Seperti dengan membacanya, mendengarkan tilawahnya, menghafalnya, memahaminya, mempelajarinya, mengajarkannya, dan lain sebagainya.

5. Tetap atau bahkan lebih akrab, dekat, terikat dan terpaut hati dengan masjid. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan bahwa, salah satu diantara tujuh golongan manusia yang akan memperoleh naungan Allah pada hari kiamat adalah: “…dan seseorang yang hatinya senantiasa terikat dan terpaut dengan masjid…” (HR.Muttafaq ‘Alaih).

6. Lebih waspada dan berhati-hati dalam setiap langkah, sikap, tindakan, perbuatan dan perilaku. Dimana hal itu dengan motivasi antara lain demi menjaga agar lembaran diri yang telah menjadi bersih dan putih kembali dengan hadirnya Idul Fitri, tidak terkotori oleh noda-noda dosa dan kemaksiatan baru lagi.

7. Intinya, secara umum, tingkat keistiqamahan diri dalam berbagai aspek kesalehan, tetap terjaga dengan baik dan bahkan meningkat secara signifikan.

8. Memiliki kepribadian yang lebih stabil, karena lebih mampu mengontrol diri dan mengendalikan nafsu. Dimana hal itu merupakan esensi ketaqwaan, yang tiada lain menjadi goal, tujuan dan hikmah utama dari ibadah puasa itu sendiri.

9. Menguat dan meningkatnya orientasi serta motivasi ukhrawi (orientasi dan motivasi pada kehidupan akherat) dalam menjalani setiap aktivitas hidup di dunia ini (lihat: QS. Al-Qashash: 77).

10. Lebih mampu menegakkan hidup disiplin berdasarkan standar islami. Yakni dengan mampu mengatur dan menjalani segala aktivitas harian sesuai agenda dan jadwal yang telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala.

11. Dan indikasi-indikasi yang lainnya lagi.

Namun perlu diingat dan dicatat bahwa, betapapun istimewanyan, Ramadhan tetaplah hanya salah satu saja momentum istimewa bagi upaya perubahan diri, dan bukan satu-satunya. Sehingga masih banyak sekali momentum yang lainnya lagi, tentunya. Bahkan setiap saat dalam kehidupan kita, bisa saja menjadi momentum perubahan dan perbaikan diri. Ya jelas selama ada niat ikhlas yang jujur, kemauan yang kuat, tekad yang bulat dan kesungguhan yang terbuktikan dengan upaya langkah-langkah riil serta kongkret!

Maka janganlah ada yang sampai salah sangka dan keliru persepsi, andaipun merasa sebagai termasuk yang kurang sukses dalam Ramadhan kemarin misalnya. Lalu berpikiran bahwa, jika ingin berubah menjadi lebih baik lagi, maka ia harus menunggu sampai Ramadhan berikutnya tiba! Tidak! Tidak demikian pemahaman dan penyikapannya!

Justru prinsip yang harus kita yakini dan pegangi dalam hal ini adalah bahwa, siapapun yang ingin dan mau berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Termasuk yang berketetapan hati untuk menutup kekurangan dan mengganti “kegagalan” dalam capaian Ramadhan yang baru saja berlalu. Maka ia tetap bisa dan harus melakukannya saat ini juga, tanpa harus menunggu bulan Ramadhan mendatang tiba!

Karena disamping memang begitulah prinsip dan kaedahnya, juga tidak ada seorangpun yang tahu atau bisa menjamin, apakah ia dan juga kita semua, masih akan dapat kesempatan untuk bisa berjumpa dengan Ramadhan yang ditunggu-tunggu itu kembali nantinya?! Meskipun ya tetap semoga saja! Aamiin!

(Manhajuna/GAA)

(Visited 680 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Rajab, Sya’ban dan Ramadhan

Manhajuna – Bulan rajab baru saja datang, dan berlalu tanpa terasa. Setelahnya adalah sya’ban, kemudian bulan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *