Oleh: Yang Mulia Prof. Dr. Syaikh Sholeh bin Humaid
Diterjemahkan oleh: Ustadz Ahmad Musyaddad Lc., MEI.
Segala puji bagi Allah yang telah melapangkan dada orang-orang yang beriman dengan petunjuk, dan menutup hati orang-orang yang menyimpang sehingga mereka tidak sadar selamanya terhadap kebenaran. Aku memuji dan bersyukur kepada Allah yang Maha Suci atas karunianya yang tiada terhitung.
Dan Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata. Tidak ada sekutu bagiNya, Tuhan Yang maha Tunggal lagi Maha Esa, Tuhan yang Satu dan hanya kepadaNya semua makhluk bergantung. Maha Suci Dia dan segala puji bagiNya, tiada beristri dan tidak pula beranak.
Dan Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, hamba yang paling mulia dan pemimpin yang paling agung, semulia-mulia orang yang berhijrah dan sebaik-baik orang yang terlahir di muka bumi. Semoga shalawat, salam dan keberkahan tercurah baginya beserta keluarganya yang memiliki kemuliaan, kepemimpinan dan kedermawanan. Begitu juga bagi para sahabatnya yang baik lagi mulia, pembela agama yang tegas terhadap musuh, serta para tabi’in dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan hingga hari kiamat. Dan semoga salam yang berlimpah dan bertambah senantiasa tercurah selamanya dan seterusnya.
Amma ba’du…
Aku berwasiat, wahai sekalian manusia, untuk kita semua agar senantiasa bertakwa kepada Allah. Bertakwalah kepada Allah, semoga kalian mendapat rahmatNya. Dan di antara tanda-tanda adanya taufiq Allah bagi seorang hamba adalah adanya kemudahan dalam melakukan ketaatan, mengikuti Sunnah, berakhlak mulia, berbuat baik, memelihara waktu, peduli terhadap kaum muslimin dan membersamai orang-orang shaleh.
Seorang mukmin adalah cermin bagi saudaranya. Setiap orang dimudahkan untuk menggapai sesuatu yang tercipta untuknya. Dan siapa yang beristikharah kepada Tuhannya, meminta pandangan sahabatnya dan mencurahkan segenap kemampuannya, sungguh dia telah melakukan sesuatu yang semestinya, dan dia telah terhindar dari segala cerca. Allah berfirman,
مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. an-Nahl: 97)
Kaum muslimin sekalian…
Peristiwa kecil atau berita dusta atau kabar yang meragukan atau informasi terpenggal, yang di dalamnya ada kebenaran dan kebatilan, semua itu mereka jadikan berita yang menghebohkan atau berita utama. Mereka penuhi dengannya siaran radio dan mereka jejali dengannya stasiun televisi. Untuk itu semua, diselenggarakan seminar dan dipasang gambar-gambar. Karenanya juga ditulis makalah-makalah dan berbagai argumen. Begitu juga ia menjadi tren media sosial, twitter dan sejenisnya. Hingga boleh jadi mereka jadikan ia sebagai sesuatu yang menakjubkan atau bahkan sebagai musibah yang besar, tanpa ada kredibilitas, tanpa pikir panjang dan tanpa solusi yang benar. Kemudian debu-debunya tersingkap dan terungkap kondisi sebenarnya, lalu anda tidak melihat pengaruh apapun, tidak terdengar suatu kabar lagi, yang ada hanya sesak di dalam jiwa. Semua itu hanya mengalihkan orang dari sesuatu yang penting dan menyibukkan manusia dari maslahat umat. Itu semua diiringi oleh penebaran rasa takut, gejolak dan penyesatan.
Hamba Allah sekalian, tahukah anda siapa gerangan yang membuat polah itu?? Ini semua hanyalah tingkah polah orang-orang yang membuat kabar dusta (hoax). Mereka menyulut kekacauan, kegelisahan dan ketidaknyamanan. Mereka menebarkan segala yang membuat masyarakat inferior dan lemah. Mereka mengotak-atik perkara umum sebelum jelas kebenarannya atau sebelum mereka mempertimbangkan dampak dan akibatnya.
Saudara-saudara tercinta…
Biasanya di dalam upaya menyebar kabar dusta ini terdapat pemotongan ungkapan dan pemenggalan redaksi dari konteksnya. Lalu ungkapan yang dipenggal ini dikomentari dengan sesuatu yang tidak pantas, tidak benar dan jauh dari substansi makna sebenarnya, serta tidak layak dinisbatkan kepada orang yang mengeluarkan ungkapan tersebut.
Menyebar kabar dusta (berita hoax) berpotensi mengkerdikan tekad, meringkihkan semangat, melemahkan kekuatan dan mendatangkan keraguan pada kemampuan dan kompetensi. Ia juga menjadikan musuh seakan besar di hadapan mata dan ia hanya dibangun di atas cerita, problem dan peristiwa yang beredar seputar kefrustrasian, pesimistis dan kegagalan.
Ketika berita-berita dusta (hoax) ini tersebar, masyarakat tampak seakan-akan sangat rusak dan tidak ada kebaikan di dalamnya. Mereka selalu berbicara tentang orang-orang yang rusak dan menyimpang, sehingga orang yang menyimak info tersebut menganggap bahwa orang-orang yang tegar di atas kebenaran jumlahnya sedikit dan orang sholeh lebih sedikit lagi.
Mereka menghinakan orang-orang sholeh dan para pembawa perubahan. Seakan-akan orang shaleh sudah salah jalan dan para pembaharu itu sudah disorientasi. Mereka membesar-besarkan kesalahan dan kekeliruan. Mereka angkat-angkat orang yang hina dan mereka rendahkan orang-orang mulia. Mereka besarkan yang kecil dan mereka kecilkan yang besar. Mereka menghalangi jalan menuntut (kebenaran). Mereka mengotak-atik ini dan itu, menciptakan ketidaknyamanan dan lancang kepada pemimpin. Mereka membunuh obsesi, mematikan kreativitas dan merendahkan posisi orang-orang sukses.
Orang baik tidak memiliki tempat di sisi mereka. Dan orang yang membawa kebatilan bagi mereka adalah orang yang memegang kekang segala masalah. Dengan demikian, tercabutlah rasa percaya terhadap orang baik dan lenyaplah sikap mengambil teladan dari orang shaleh.
Mereka mengotak-atik masalah agama, politik, ekonomi, keamanan dan stabilitas sosial, pendidikan, kesehatan dan di semua aspek kehidupan, anda menyaksikan mereka menipu dan mengada-ada.
Mereka membesar-besarkan kemampuan musuh dan berbicara tentang kekuatan internasional dan pemegang kebijakan dalam hal kuantitas dan sumber daya mereka. Mereka mengangkat kedudukan lawan dan mengerdilkan kaumnya dan ban bangsanya sendiri, dalam kehinaan dan kedongkolan. Mereka mengekor di belakang musuh yang mereka anggap digdaya, baik secara sadar maupun tidak.
Sungguh, dalam koalisi Islam yang diberkahi, gerakan Ashifatul Hazmi, dan darul Amal dan serangkaian gebrakan besar itu terdapat kebesaran yang membuat kita mampu mengangkat kepala, mematahkan segala klaim, menerangi jalan dan merumuskan solusi.
Saudara-saudara sekalian…
Orang-orang yang menyebar berita dusta itu hanya ingin merintangi, mengerdilkan dan menyebar fitnah. Allah berfirman,
قَدْ يَعْلَمُ ٱللَّهُ ٱلْمُعَوِّقِينَ مِنكُمْ وَٱلْقَآئِلِينَ لِإِخْوَٰنِهِمْ هَلُمَّ إِلَيْنَا ۖ وَلَا يَأْتُونَ ٱلْبَأْسَ إِلَّا قَلِيلًا
“Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang menghalang- halangi di antara kamu dan orang-orang yang berkata kepada saudara- saudaranya: “Marilah kepada kami”. dan mereka tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar.” (QS. al-Ahzab: 18)
لَوْ خَرَجُوا۟ فِيكُم مَّا زَادُوكُمْ إِلَّا خَبَالًا
“Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka.” (QS. at-Taubah: 47)
Menyebarkan berita palsu hanyalah tradisinya orang-orang munafik. Allah berfirman,
لَّئِن لَّمْ يَنتَهِ ٱلْمُنَٰفِقُونَ وَٱلَّذِينَ فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ وَٱلْمُرْجِفُونَ فِى ٱلْمَدِينَةِ لَنُغْرِيَنَّكَ بِهِمْ ثُمَّ لَا يُجَاوِرُونَكَ فِيهَآ إِلَّا قَلِيلًا
“Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang- orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar.” (QS. al-Ahzab: 60)
Orang yang suka menyebar berita dusta hanya berbicara tentang penyakit, akan tetapi dia tidak peduli dengan obatnya. Dia hanya mengumbar aib dan melupakan segala keutamaan. Dia hanya terjebak dalam hal-hal negatif dan terhalang dari yang positif. Dia menampakkan hal tersebut, seakan-akan itulah kondisi yang tersebar di tengah masyarakat dan sifat yang dominan di tengah umat. Dia melakukan itu untuk mengerdilkan dan menyesatkan, dengan sesuatu yang kebenarannya hanya sedikit. Tindakan menyebar berita dusta ini selanjutnya merupakan permusuhan terhadap umat dan sikap lancang kepada pengikut kebenaran.
Saudara-saudara sekalian…
Medan penyebaran kabar dusta terbentang luas di surat kabar, majalah, tempat kerja, masjid, sekolah dan tempat-tempat umum. Kabar berita tersebar dan ragam peristiwa diceritakan. Semuanya tampak gamblang dengan gambaran yang tidak baik dan dibumbui olok-olokan. Mereka pelintir fakta dan putar balikkan. Mereka berkomentar sambil mentertawakan yang lain. Mereka angkat seenaknya siapa yang mereka inginkan dan mereka rendahkan siapa yang mereka kehendaki.
Dalam hal ini, sosial media menanggung dosa yang paling besar, ketika ia berperan mempercepat tersebarnya berita dusta, memperbesar peristiwa-peristiwa itu, memutus berita sebenarnya dan memperbanyak perputaran berita dusta tersebut.
Hamba Allah, Para ulama telah menetapkan bahwa menyebarkan berita palsu (hoax) hukumnya haram, tidak diperbolehkan melakukannya. Al-Qurthubi berkata, “Menyebar berita palsu hukumnya haram, karena dapat menyakiti orang-orang beriman.” Bahkan sebagian mereka memandang bahwa ia termasuk bagian dari dosa besar, karena Allah melaknat mereka dan menyandingkan mereka dengan orang-orang munafik. Allah berfirman,
مَّلْعُونِينَ ۖ أَيْنَمَا ثُقِفُوٓا۟ أُخِذُوا۟ وَقُتِّلُوا۟ تَقْتِيلًا
“Dalam keadaan terlaknat. Di mana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya.” (QS. al-Ahzab: 61)
Dan Allah memerintahkan NabiNya untuk menyingkirkan dan memerangi mereka. Dan status keharamannya menjadi lebih besar di saat-saat kondisi fitnah dan situasi tercekam musuh. Tidaklah yang demikian itu melainkan karena tindakan menyebar kabar palsu jika tersebar di tengah umat melainkan hanya akan memperburuk kondisi, menambah lemah dan mencerai beraikan barisan.
Saudara-saudara sekalian..
Selain orang-orang yang gandrung menyebar berita palsu, di belakang mereka ada orang-orang yang gemar mendengar berita dusta. Mereka adalah penyemarak majlis. Mereka tidak putus mengulang-ulang kisah palsu dan menyebar cerita dusta di tengah komunitas besar maupun kecil. Allah berfirman,
وَفِيكُمْ سَمَّٰعُونَ لَهُمْ
“Dan di antara kamu ada orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka.” (QS. at-Taubah: 47)
Allah juga berfirman,
فَتَرَى ٱلَّذِينَ فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ يُسَٰرِعُونَ فِيهِمْ يَقُولُونَ نَخْشَىٰٓ أَن تُصِيبَنَا دَآئِرَةٌ
“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana.” (QS. al-Maidah: 52)
Mereka mendistorsi kejadian sebenarnya dan memutarbalikkan fakta. Bahkan boleh jadi mereka memalsukan sejarah dan menjadikan sesuatu yang rendahan menempati posisi tinggi.
Sungguh betapa banyak orang yang menjadi follower dan tweeps, malang nasibnya. Mereka mengekor kepada orang-orang yang menyebar berita palsu. Mereka menyimak dengan seksama orang-orang yang menebar kerancuan dan kabar dusta itu. Mereka terfitnah olehnya, sehingga mengulang-ulang ungkapan mereka dan menyebar berita dusta itu. Dari itu, terciptalah di tengah-tengah umat kekacauan dan bencana yang tidak dapat dielakkan. Dan dari sana, akhirnya musuh mendapatkan sokongan yang tidak terbantahkan.
Kaum muslimin sekalian…
Sesungguhnya tindakan menyebar berita dusta ini memiliki tujuan dan muatan terorisme pemikiran, perang psikis, pelemahan semangat dan memasukkan kegalauan dan kesedihan kepada orang-orang yang mengikuti kebenaran dan bersemangat atas kemaslahatan agama, bangsa dan umat. Ini juga bertujuan menyebarkan fitnah dan gejolak di tengah masyarakat, menghilangkan rasa percaya terhadap para tokoh, ulama dan orang-orang sholeh. Ditambah lagi dengan polah orang-orang yang lalai, yang mana mereka cepat sekali menyebarkan berita dan peristiwa, tanpa berpikir panjang dan sikap bijak, dan tanpa mempertimbangkan maslahat dan mudharat, serta kemungkinan yang akan terjadi. Demikian itu oleh orang-orang yang tergesa-gesa dan terburu-buru berlomba dalam sesuatu yang tidak terpuji.
Bahkan boleh jadi motivasinya adalah kebencian terhadap orang lain dan fanatisme buta untuk menjatuhkan citra, merendahkan kedudukan, menggoyang posisi dan mencabut kepercayaan.
Oleh sebab itu, wahai hamba Allah, dapat dicermati korelasi antara tindakan menyebar berita palsu ini dengan serangkaian kekacauan, friksi, perpecahan dan suasana yang jauh dari harmoni dan ketenangan.
Orang yang suka menyebar berita palsu ini hanyalah terlihat galau, sedih, takut, berburuk sangka, frustrasi, selalu mengeluh, sering bosan dan bermuka masam. Citanya hanyalah kegagalan dan prestasinya hanyalah ketergelinciran. Dia hanya melihat kekakuan dan keburukan, tidak tampak baginya keceriaan maupun kebaikan manusia. Sungguh ini merupakan sikap pelampiasan dari beban kejiwaan dan keburukan akhlak, bahkan ia adalah pelarian dari tanggung jawab dan sikap acuh terhadap tingkah polah yang keliru, agar dirinya merasa puas dan sebagai justifikasi terhadap jalan yang dia tempuh.
Saudara sekalian…
Para penyebar berita palsu itu hanyalah ridha terhadap diri mereka sendiri. Mereka mengharamkan diri mereka dilihat oleh Tuhan mereka dalam keadaan dan posisi yang dicintainya, seperti menolong umat, berusaha meninggikannya, mengangkat semangatnya dan menyokongnya. Dan biasanya, otak dari tindakan menyebar berita palsu ini adalah para musuh dan orang-orang munafik. Kemudian di belakang mereka ada orang-orang yang ringkih jiwanya lagi tidak mawas. Dan yang menyakitkan, bahwa mereka merupakan penduduk negeri, yang tahu jalan masuk dan jalan keluar serta tempat tersembunyi. Lalu mereka disambut oleh orang awam yang tidak tahu apa-apa.
Oleh sebab itu, setiap muslim yang bersemangat atas agamanya hendaknya dapat membaca bahaya tindakan ini dan besarnya dosa dan dampaknya. Hendaknya mereka berhati-hati dalam menyebar dan mendengar berita, tanpa membesar-besarkan komentar dan gambar-gambar provokatif. Kaum muslimin berada di dalam parit yang sama dan bahtera yang satu. Dan orang beriman tidak akan dimudharatkan oleh orang-orang yang menghinakan dan menyelisihi mereka. Allah berfirman,
وَإِن تَصْبِرُوا۟ وَتَتَّقُوا۟ لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْـًٔا
“Dan jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.” (QS. Ali Imran: 120)
Dan hendaknya kalian waspada agar tidak gegabah menyebar berita dusta atau menjadi korban berita palsu. Betapa baiknya jika kalian membuat saringan informasi, agar kalian mampu membedakan antara kabar palsu (hoax), seruan pembawa cerita dusta, dan kalian hanya mendengar suatu perkataan seraya mengambil yang baik darinya.
Waspadalah agar anda tidak terjatuh dalam tindakan menghinakan umat anda sendiri dan menjadi penyokong bagi musuh-musuhnya, baik anda sadari atau tidak. Dan hendaknya setiap pemangku pena, pemilik situs dan media memahami bahwa kelak dia akan berdiri di hadapan Allah, bertanggung jawab atas setiap huruf yang dia tulis, setiap kata yang dia lontarkan maupun gambar yang dia unggah.
Sesungguhnya jalan yang benar dan titian yang selamat adalah bahwa hendaknya orang yang tidak berkompeten dan tidak memiliki kepentingan menghindari membahas sesuatu yang tidak penting baginya dan membiarkan suatu perkara diselesaikan oleh ahlinya dan suatu spesialisasi ditangani oleh pakarnya. “Dan bentuk baiknya keislaman seseorang adalah bila dia meninggalkan sesuatu yang tidak penting baginya.” “Dan siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, hendaknya berkata baik atau diam.”
Dan di antara kelembutan hukum dan hikmah Allah adalah bahwa pengikut kebenaran yang memiliki ilmu dan iman dari kalangan ulama yang terpercaya ditambahkan keteguhannya oleh Allah. Dengan itu, maka menjadi mantap hati seorang mukmin dan Allah pun mengangkat derajatnya sebab kemantapan hati ini. Begitu juga sikap tidak ridha dan selalu cemburu atas agama Allah dan benci terhadap kebatilan dengan sesuatu yang tidak dapat dicapai dengan banyak puasa maupun shalat.
Aku berlindung kepada Allah dari segala godaan setan yang terkutuk.
لَّئِن لَّمْ يَنتَهِ ٱلْمُنَٰفِقُونَ وَٱلَّذِينَ فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ وَٱلْمُرْجِفُونَ فِى ٱلْمَدِينَةِ لَنُغْرِيَنَّكَ بِهِمْ ثُمَّ لَا يُجَاوِرُونَكَ فِيهَآ إِلَّا قَلِيلًا . مَّلْعُونِينَ ۖ أَيْنَمَا ثُقِفُوٓا۟ أُخِذُوا۟ وَقُتِّلُوا۟ تَقْتِيلًا . سُنَّةَ ٱللَّهِ فِى ٱلَّذِينَ خَلَوْا۟ مِن قَبْلُ ۖ وَلَن تَجِدَ لِسُنَّةِ ٱللَّهِ تَبْدِيلًا
“Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang- orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar. Dalam Keadaan terlaknat. Di mana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya. Sebagai sunnah Allah yang Berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati peubahan pada sunnah Allah.” (QS. al-Ahzab: 60-62)
Semoga Allah memberi kita semua manfaat dari petunjuk al-Qur’an dan Sunnah. Akhirnya, aku memohon ampunan Allah untuk kita semua dan untuk segenap kaum muslimin dari segala dosa dan salah. Mohonlah ampunan dariNya, sungguh Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Khutbah Kedua
Segala puji bagi Allah atas hidayahNya. Kesyukuran bagiNya atas segala karuniaNya. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata. Tiada sekutu bagiNya, yang tetap dengan keesaanNya. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Allah merahmati semesta alam dengan mengutus beliau. Semoga shalawat dan salam keberkahan tercurah baginya, beserta keluarganya, pemuka yang suci dan bagi sahabatnya yang mulia, juga bagi segenap tabi’in dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan, meniti jalan beliau, menempuh jejak beliau dan mengikuti sunnah beliau. Semoga salam terlimpah dan bertambah bagi beliau selamanya hingga akhir masa.
Amma ba’du..
Kaum muslimin sekalian..
Boleh jadi ada orang yang baik niatnya dan benar maksudnya, dia menyangka bahwa dalam tindakan menyebar berita palsu itu terdapat kebaikan, perubahan dan perbaikan. Dan dia mengira pula bahwa dia sedang memberikan isyarat waspada dan mencegah orang lain agar tidak terjerumus ke dalam bahaya. Akan tetapi, dia tidak menimbang antara kebaikan dan keburukannya, antara sisi positif dan negatifnya. Oleh karena itu, dia sejatinya hanya menggantungkan bencana dan kerusakan pada diri pendengar dan orang yang mengambil berita darinya. Akibatnya, semangat pun menjadi redup dan tekad pun menjadi luntur.
Oleh sebab itu, perlu dibedakan antara tindakan menyebar berita palsu dengan nasihat dan mengingkari sesuatu. Nasihat itu suatu kemestian dan mengingkari kemungkaran itu adalah niscaya, serta melakukan amar makruf itu wajib. Sementara tindakan menyebar berita palsu berpotensi menyebarkan ruh inferior dan pesimisme, sesuai dengan sabda Nabi saw,
“Siapa yang mengatakan manusia telah celaka, maka dialah yang paling celaka.” (HR. Muslim)
Adapun nasihat dan peringatan bagi kaum muslimin, maka hal itu dilakukan dalam rangka meluruskan kerusakan dan penyimpangan. Tentu dengan kata-kata yang seimbang dan memperhatikan kondisi, situasi dan momentum. Demikian itu sesuai dengan tuntunan berlaku bijak dan dengan tutur yang baik. Bahkan lebih dari itu, dia dapat memberikan solusi yang efektif dan jalan keluar yang tepat. Orang yang ingin memperbaiki mengetahui penyakit karena dia mendiagnosa agar dia dapat memberikan terapi yang tepat. Dia juga mengetahui berbagai aib untuk mengobatinya dan mengetahui pula kadarnya jika dibandingkan dengan keutamaan yang dimiliki.
Kaum muslimin sekalian…
Dan di antara bentuk tindakan menyebar berita palsu dan jalan para penyebar berita dusta adalah upaya menyebarkan desas-desus atas nama kaum muslimin. Tujuannya adalah menyebarkan gejolak dan kekacauan dengan isu apapun. Mereka juga menyasar kesatuan kaum muslimin yang tidak tergantikan dengan kesatuan apapun dan ikatan dalam agama yang tidak dapat diserupai dengan ikatan apapun. Terlebih ketika kaum muslimin datang ke negeri dan tanah suci ini, baik untuk menunaikan haji, umrah maupun berziarah, mereka merefleksikan satu kesatuan yang padu seraya melepaskan segala bentuk perbedaan yang ada. Allah berfirman,
فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ ٱلْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِى ٱلْحَجِّ
“Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat Fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.” (QS. al-Baqarah: 197)
Bahkan mereka meyakini bahwa negeri yang suci ini, pada syi’ar dan tempat sucinya bukanlah medan untuk saling berselisih dan membersihkan sikap. Namun, para penyebar berita palsu itu datang untuk berusaha mengalihkan pandangan dari segala masalah yang mereka hadapi di negeri-negeri mereka dan problem yang menimpa bangsa mereka. Dari tersebarnya berita dusta itu, mereka ingin memanfaatkan momentum musim ibadah, saat kaum muslimin berkumpul dan di tempat-tempat suci untuk kepentingan politis, membuat kegaduhan dan kekacauan yang ujungnya adalah tersebarnya perpecahan dan merebaknya fitnah. Sesungguhnya menarik kaum muslimin ke dalam kondisi ini adalah merupakan tindakan merusak maqashid (tujuan) dari syi’ar dan tempat suci tersebut, juga merupakan upaya untuk mencegah tetamu Allah dari rasa aman dan tenang, serta konsentrasi di dalam beribadah dan merasakan aura kesucian waktu dan tempat ini.
Upaya tersebut bisa berupa demonstrasi, komunitas, slogan maupun syi’ar yang tidak bersesuaian sama sekali dengan agama Allah, yang tidak diizinkan oleh Allah di dalam kitabnya dan tidak pula oleh RasulNya di dalam hadits-hadits yang shahih, serta tidak dikatakan oleh seorangpun dari para ulama dan tidak pernah dilakukan oleh umat Islam, salaf maupun khalaf.
Oleh karena itu, dalam kebijakan politik Kerajaan Saudi Arabia, pelayan Dua Tanah Suci beserta rakyat dan pelindungnya, dengan izin Allah, menegaskan tidak bolehnya bagi siapa pun atau pihak manapun untuk mengeruhkan stabilitas sosial di Tanah Suci ini dan merbuat gaduh terhadap keamanan jamaah haji, umrah dan peziarah. Ia berkomitmen dan bertanggung jawab untuk membuat setiap aturan yang tegas dan tidak main-main dalam rangka memelihara keamanan negeri dan penduduk, baik warga asli maupun pendatang, baik yang ada di kota maupun di desa.
Sesungguhnya pelayan Dua Tanah Suci beserta wakilnya, pejabatnya dan warganya mencurahkan segenap upaya dalam rangka melayani Dua Tanah Suci ini dan segenap orang yang mengunjunginya, sebagai bentuk ibadah kepada Allah dan rasa tanggung jawab. Bukti dari itu semua adalah segala sesuatu yang dapat menyejukkan mata setiap muslim, berupa karya, pelayanan, pembangunan dan prestasi, seperti yang disaksikan oleh para tetamu Allah dan disaksikan pula oleh segenap peziarah Tanah Suci ini secara langsung. Dan sungguh mereka akan menyaksikan lebih dari ini, dengan izin Allah.
Bertakwalah kepada Allah, semoga Allah merahmati kalian. Dan tetaplah saling menolong, saling merangkul, saling menasihati secara ikhlas dan saling menyayangi antar sesama. Dan senantiasalah melakukan amal yang dapat menyatukan kalimat dan membuang jauh perselisihan, membuat mulia Islam dan kaum muslimin, memelihara bagi kaum muslimin agama mereka, serta melanggengkan rasa aman di negeri mereka. Sungguh Allah Maha Mendengar lagi Maha Menjawab doa.
Mekkah, 13 Sya’ban 1437 H
(Manhajuna/IAN)