Oleh: Ustadz Drs. DH. Al Yusni
لَيْسَ المُحِبُّ الَّذي يَرْجو مِنْ مَحْبوبِهِ عِوَضاً أوْ يَطْلُبُ مِنهُ غَرَضاً، فَإنَّ المُحِبَّ مَنْ يَبْذُلُ لَكَ، لَيْسَ المُحِبُّ مَنْ تَبْذُلُ لَهُ.
“Seorang pecinta bukanlah orang yang mengharapkan imbalan dari orang yang dicintainya, atau menuntut sesuatu dari kekasihnya itu. Akan tetapi sejatinya, pecinta itu adalah orang yang bermurah hati memberi kepada kekasihnya, bukan malah memperoleh sesuatu darinya”. (AL HIKAM IMAM IBNU ‘ATHAILLAH SAKANDARY – 243)
Terkadang hubungan mencintai menjadi hubungan SIMBIOSIS MUTUALISMA dengan harapan dapat saling menguntungkan. Memberi dan menerima, bahkan kadang menerima lalu memberi. Dia akan melakukan sesuatu bilamana telah mendapatkan sesuatu. Hingga akhirnya muncullah sikap saling menuntut HAK DAN KEWAJIBAN.
Sejatinya memang, hubungan mencinta itu selalu melahirkan sikap memberi untuk yang kita cintai tanpa berharap imbalan dan balasan atas apa yang kita lakukan. Seyogyanya itulah sikap mencinta kita pada Sang Kekasih Rabbul Izzati.
Namun acap kali mencinta kita kepada-Nya dilandasi hubungan simbiosis mutualisme. Akhirnya berakibat pada “KEHAMBARAN RASA” kita untuk-Nya. Padahal sesungguhnya kita memang sangat berhajat kepada-Nya untuk mencinta.
(Manhajuna/GAA)