Apa itu Paedofilia ?
Paedofilia merupakan suatu gangguan jiwa yang masuk kepada gangguan preferensi seksual menurut PPDGJ III (pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa) di Indonesia. Orang dengan gangguan paedofilia memiliki obyek seksual yaitu anak anak. Orang dengan gangguan paedofilia menyalurkan hasrat seksualnya terhadap anak laki-laki atau perempuan dengan berbagai cara, bisa dengan memegang tubuh si anak sampai kepada melakukan persetubuhan dengan anak tersebut. Asosiasi Psikiatri Amerika (APA, 2000) mendefinisikan paedofilia sebagai minat seksual yang menetap, kuat, dan berulang terhadap anak pra pubertas, berumur kurang dari 13 tahun.
Mengenali Ciri Pelaku Paedofila
Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa dari Rumah Sakit Jiwa dr Soeharto Herdjan, Suzy Yusna Dewi, mengungkapkan ciri pelaku paedofilia
1- Paedofil biasanya menunjukkan gelagat jika ingin menjadikan anak-anak sebagai target. Paedofil akan melakukan pendekatan pada anak atau disebut “grooming”, seperti perhatian terhadap anak, memenuhi semua permintaan anak. Paedofil memiliki perilaku sayang atau sangat cinta terhadap anak, serta ramah dan hangat ketika berbicara dengan anak.
2- Ketika dia ingin sekali (merasakan dorongan seksual), seorang paedofil akan gemetar, deg-degan, calon korban (anak yang menjadi sasaran) harus ditangkap.
3- Paedofil juga memiliki kepribadian atau karakter yang khas. Penelitian menunjukkan, paedofil umumnya orang yang kesepian, antisosial, rendah diri, punya ketidakdewasaan emosional, hingga dysphoria.
4- Paedofil biasanya juga memiliki hubungan terbatas dengan teman sebaya, dan lebih senang beraktivitas dengan anak-anak. Perilaku lainnya adalah memiliki fantasi seksual terhadap anak-anak, seperti suka memotret anak-anak dan mengoleksi benda pornografi atau erotis anak.
Tanda dan Gejala Anak Menjadi Korban
Orang tua sering sekali tidak menyadari atau terlambat mengetahui bahwa anaknya menjadi korban. Oleh karena, itu penting bagi orang tua untuk mengenali tanda dan gejala kemungkinan anak menjadi korban, antara lain adalah seperti yang disebutkan oleh Dr.Lahargo Kembaren, SpKJ – Psikiater RS. Dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor :
- Mimpi buruk tanpa bisa dijelaskan penyebabnya
- Perhatian yang mudah teralihkan atau banyak melamun
- Terdapat perubahan pada pola makan, seperti tidak mau makan, nafsu makan yang berkurang, kesulitan menelan
- Adanya perubahan mood yang tiba-tiba dari baik ceria menjadi mudah marah dan tersinggung, merasa tidak aman dan takut
- Menunjukkan “kata kunci” seperti membicarakan tentang bagian tubuh terutama alat kelamin dan masalah seksual
- Menulis, menggambar, atau bermain hal hal yang berhubungan dengan masalah seksual
- Berpikir atau merasa dirinya kotor dan jahat
- Muncul perasaan takut terhadap orang tertentu atau tempat tertentu yang sebelumnya tidak pernah demkian
- Tiba–tiba memiliki benda atau uang atau pemberian tanpa alasan yang jelas
- Menunjukkan perilaku seksual orang dewasa
- Pada anak yang lebih besar tiba tiba perilakunya seperti anak kecil lagi yaitu mengompol, menggigit gigit jari, dan lain sebagainya
- Menolak membuka baju dan pakaian lainnya pada saat mandi atau saat ke toilet
Langkah Untuk Mencegah dan Melindungi Anak
Diantara langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah dan melindungi anak dari sasaran paedofilia menurut dr.Andri, spesialis kedokteran jiwa dari RS.Omni Alam Sutera adalah:
1. Percaya kepada apa yang dikatakan anak
Ketika anak-anak mengungkapkan mereka mengalami pelecehan seksual, hampir 98 persen yang dikatakan adalah kebenaran.
2. Awasi anak dan sediakan waktu bagi anak
Pelecehan seksual terjadi ketika seorang anak sendirian dengan paedofil di dalam mobil, toilet, ruang kelas kosong atau lorong, atau bahkan di daerah tersembunyi dari tempat umum seperti sleeping bag di saat kemping bersama atau bioskop yang gelap. Hindari membiarkan mereka sendirian tanpa pengawasan orang tua. Tambahan dari Dr Suzy Yusna Dewi yang dikutip dari Sindonews, orang tua harus lebih banyak waktu sama anak. Harus lebih peka sama anak. Karena terkadang anak sudah memberikan tanda, sudah menunjukkan ciri depresi tapi orang tua tidak mengetahui itu dan jangan lupa orang tua harus mengenali ciri-ciri pedofilia dan mengenali lingkungan sekitar.
3. Memantau komunikasi
Orang dewasa yang tidak dikenal tidak diperbolehkan memiliki komunikasi pribadi dengan anak kita melalui SMS, aplikasi WhatsApp, BBM, email, panggilan telepon, atau sendirian dengan mereka.
Jangan lupa masalah kekerasan seksual kepada anak juga bisa melibatkan orang terdekat, seperti paman atau guru.
4. Kata yang benar untuk bagian tubuh
Pastikan anak tahu dan menggunakan kata-kata yang benar untuk bagian pribadi mereka: penis, vagina, skrotum, testis, anus, payudara, puting, dan sebagainya.
Misalnya jika mereka mulai merujuk ke vagina sebagai sesuatu yang bisa “dimakan” atau dinikmati, kita harus mulai menanyakan secara detail kepada anak kita tentang siapa yang mengatakan hal tersebut pertama kepada mereka.
5. Situasi rumah tangga yang rentan
Ayah yang kurang peduli atau kedua orangtua terlalu sibuk, serta keluarga yang bercerai, bisa membuat anak tumbuh kurang perhatian. Anak yang sedih, kesepian, atau penuh konflik lebih mudah untuk dimanipulasi oleh pedofil.
6. Komunikasi yang baik
Jangan bereaksi berlebihan saat anak mulai bercerita pengalamannya yang mungkin bernuansa seksual. Dengarkan ceritanya secara lengkap. Reaksi berlebihan, bahkan menganggap anak berbohong justru membuat anak menyimpan sendiri ceritanya.
7. Bawa anak kita ke pusat rehabilitasi atau crisis center yang ditangani oleh profesional terlatih (psikiater, psikolog anak, psikolog klinis, pekerja sosial terlatih) di bidang ini.
Peran Dari Pemerintah Untuk Mencegah dan Menghukum Pelaku Paedofilia
Adapun rencana pemerintah untuk memberikan hukuman seberat-beratnya bagi pelaku paedofilia mutlak untuk didukung agar pelaku tindakan kekerasan seksual pada anak ini bisa mendapat efek jera sekaligus memutus rantai kejadian paedofila berikutnya. Anak-anak yang menjadi korban kasus paedofilia pada saat ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Richard Von Krafft-Ebing dalam bukunya berjudul Psychopathia Sexualis memiliki kecenderungan untuk menjadi paedofil pula ketika telah dewasa. Di sisi lain, para paedofil itu sendiri pun saat ini tetap dapat menularkan ‘virus’ paedofilia kepada anak-anak yang menjadi korbannya karena sanksi hukumnya tidak mampu menutup potensi para paedofil untuk tidak dapat kembali mengulang perbuatan mereka.
Sumber:
1- http://www.pdskji.test123.org/article_det-26-paedofilia-menyakiti-masa-depan-anak.html
2- http://health.kompas.com/read/2016/03/02/170000123/Mencegah.Anak.Jadi.Sasaran.Paedofilia
3- http://lifestyle.sindonews.com/read/1055279/155/lindungi-anak-kenali-ciri-ciri-pedofilia-1445494475
4- Kasus Paedofilia dan Bonus Dernografi, oleh Pangki T. Hidayat, Direktur Eksekutif Research Center for Democratic Education Alumnus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Artikel diterbitkan Media Indonesia, dapat di download di http://perpustakaan.bphn.go.id/index.php/searchkatalog/byId/56525
(Manhajuna/IAN)