Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Hikmah / Luar Biasanya Fadhilah 10 Hari Pertama Dzulhijjah (Lanjutan)
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Luar Biasanya Fadhilah 10 Hari Pertama Dzulhijjah (Lanjutan)

Oleh: Ustadz Ahmad Mudzoffar Jufri, MA

Manhajuna.com – Oleh karena itu semua, seharusnya sikap kita dalam mengistimewakan hari-hari termulia ini dengan amal-amal yang serba istimewa, utamanya untuk waktu siangnya, minimal seperti dan setara dengan sikap pengistimewaan kita terhadap bulan suci Ramadhan setiap tahun. Jika demikian, lalu apa sikap yang harus kita tunjukkan dan amal serta ibadah apa sajakah yang sebaiknya kita kerjakan dalam upaya mengistimewakan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah ini? Berikut ini disebutkan beberapa poin sekadar sebagai pengingat, semoga bermanfaat:

1. Hal pertama yang harus dilakukan oleh setiap muslim dalam konteks ini adalah, menumbuhkan, menjaga dan meningkatkan keyakinan, kesadaran serta perasaan akan mulia, utama dan istimewanya 10 hari pertama bulan Dzulhijjah ini.

2. Memiliki dan menyimpan kejujuran niat, kesungguhan tekad dan ketinggian semangat untuk benar-benar mengistimewakan hari-hari teristimewa ini dengan bermacam ragam amal dan ibadah yang serba istimewa, demi mengharap derajat taqwa dan nilai pahala nan istimewa pula. Serta bermujahadah sebisa mungkin untuk tidak melewatkan sedikitpun dari waktu-waktunya secara sia-sia.

3. Menguatkan dan meningkatkan kepekaan rasa kewaspadaan keimanan, dengan senantiasa berupaya keras untuk menghindarkan diri dari berbagai bentuk kemaksiatan dan pelanggaran syar’i pada hari-hari termulia tersebut, baik dalam bentuk meninggalkan kewajiban maupun dengan melakukan yang dilarang dan diharamkan.

4. Karena amal yang diistimewakan pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, berdasar hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma diatas, tidak dibatasi pada jenis amal tertentu, maka pada prinsipnya amal atau ibadah apapun, sekali lagi amal saleh dan ibadah apapun, baik yang bersifat ritual, sosial maupun lainnya, sesuai situasi, kondisi, kebutuhan dan kesanggupan masing-masing kita, bisa saja dilakukan dan sekaligus berpotensi untuk menjadi amal yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala, yang tentu saja berarti akan bernilai pahala super istimewa tiada tara. Dan itu meliputi (sekadar contoh) misalnya: shalat, zakat, infak, sedekah, dakwah, mencari nafkah, menuntut ilmu atau mengajarkannya, juga membaca Al-Qur’an, mempelajarinya dan mengajarkaannya, berdzikir, beristighfar dan berdoa, berbakti kepada orang tua, menyambung tali silaturrahin dengan keluarga dan lainnya, membantu sesama, berbagi hikmah dan kebajikan dimana serta kepada siapa saja, dan seterusnya dan seterusnya.

5. Jika amal yang lebih diutamakan pada sepuluh malam terakhir Ramadhan adalah ibadah-ibadah spesial malam hari, seperti qiyamullail atau tahajjud, tadarus Al-Qur’an, itikaf, dzikir, doa, munajat, istighfar, dan semacamnya, maka yang lebih diistimewakan pada 10 hari pertama Dzulhijjah ini adalah jenis-jenis amal ibadah spesial siang hari, dan salah satu yang paling utama tiada lain adalah ibadah puasa. Maka disunnahkan dan dianjurkan agar setiap muslim memperbanyak puasa pada 10 hari ini, tentu saja kecuali tanggal 10-nya yang merupakan hari raya Idul Adha, dan yang memang diharamkan puasa padanya. Namun untuk ibadah puasa ini terbagi dua, yakni yang berifat umum dan khusus. Yang umum adalah puasa dari anggal 1 – 8 Dzulhijjah, dimana kesunnahannya tidak berdasarkan dalil khusus, melainkan mengacu pada keumuman hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dimuka, dimana setiap amal saleh pada 10 hari pertama Dzulhijjah adalah yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala. Dan sudah barang tentu ibadah puasa menempati peringkat utama dan istimewa dalam daftar amal saleh yang disebutkan itu. Apalagi, seperti yang telah disebutkan, yang lebih utama dari 10 hari pertama Dzulhijjah itu adalah waktu siangnya, dan puasa merupakan salah satu jenis amal ibadah spesial siang hari yang teristimewa. Oleh karenanya dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam An-Nawawi rahimahullah menulis bab khusus dengan judul: Fadilah Puasa dan Amal-amal Lain Pada 10 Hari Pertama Dzulhijjah, lalu beliau menyebutkan hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, yang telah dikutip dimuka. Adapun puasa yang bersifat khusus dengan dalil khusus dan fadilah khusus pula, adalah puasa hari Arafah, yakni pada tanggal 9 Dzulhijjah. Dimana saat ditanya tentang fadhilah dan keutamaan puasa hari wuquf di Arafah (bagi selain jamaah haji), Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ia bisa menghapuskan (dosa) satu tahun yang telah berlalu dan (dosa) satu tahun lagi yang akan datang.” (HR. Muslim dari sahabat Abu Qatadah radiyallahu ‘anhu).

6. Memperbanyak kumandang takbir, tahlil dan tahmid dengan suara keras di rumah-rumah, masjid-masjid, jalan-jalan, pasar-pasar dan lain-lain, pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Tiada hari yang lebih agung bagi Allah, dan amal saleh padanya lebih dicintai oleh-Nya, dibandingkan 10 hari (pertama Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah padanya ucapan tahlil, takbir dan tahmid.” (HR. Ahmad dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, dan dishahihkan sanadnya oleh Syaikh Ahmad Syakir rahimahullah). Imam Al-Bukhari rahimahullah menyebutkan bahwa, sahabat Ibnu Umar dan Abu Hurairah dulu biasa pergi ke pasar pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah seraya mengumandangkan takbir, sehingga masyarakatpun bertakbir mengikuti takbir keduanya. Itu untuk tuntunan takbir yang bersifat umum. Adapun untuk praktik takbir yang bersifat khusus terkait dengan syiar hari raya Idul Adha, maka menurut jumhur ulama disunnahkan agar dilakukan mulai selepas shalat subuh pada hari Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah) sampai shalat asar hari terakhir tasyriq (tanggal 13 Dzulhijjah), dimana ucapan takbir dikumandangkan pada setiap usai shalat fardhu dan diutamakan pada pagi hari raya Idul Adha saat seseorang berangkat ke tempat shalat Id.

7. Menyembelih hewan qurban, dengan motivasi utama sebagai sebuah bentuk ibadah ritual persembahan kepada Allah, bukti penghambaan dan syiar deklarasi kemurnian tauhid kepada-Nya, dan bukan dengan sekadar niat bersedekah daging. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Tiada satu amal pun yang dilakukan seseorang pada Yaumun-Nahr (hari raya qurban) yang lebih dicintai oleh Allah daripada mengalirkan darah (hewan qurban yang disembelih). Maka berbahagialah kamu dengannya.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim dengan sanad yang shahih).

8. Mengikuti shalat Idul Adha, dan mendengarkan khutbah seusainya. Adapun bagi kaum perempuan yang berhalangan, maka dianjurkan untuk tetap turut menghadiri penyelenggaraan shalat, meskipun tentu tidak boleh mengikutinya, melainkan untuk mendapatkan siraman rohani dan pencerahan ilmu dari khutbah yang disampaikan, serta sekaligus untuk turut menyemarakkan, memeriahkan dan meramaikan suasana hari raya sebagai momen kegembiraan ummat Islam dan syiar kebersamaan serta persatuan kaum muslimin.

9. Dan last but not least, tentu saja amal ibadah paling agung dan tertinggi pada bulan Dzulhijjah ini, bagi yang mampu dan berkesempatan, tiada lain adalah ibadah haji dan umrah di Tanah Suci Mekkah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Ibadah umrah satu ke umrah yang lain adalah penghapus dosa antara keduanya, dan haji yang mabrur itu tiada balasan baginya kecuali Surga.” (HR. Muttafaq ‘alaih).

Demikian, wallahu a’lam. Wallahul Muwaffiq ila aqwamith-thariq. Wa Huwal Hadi ila sawa-issabil.

(Manhajuna/GAA)

(Visited 263 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Rajab, Sya’ban dan Ramadhan

Manhajuna – Bulan rajab baru saja datang, dan berlalu tanpa terasa. Setelahnya adalah sya’ban, kemudian bulan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *