Oleh: Ustadz Rijal Mahdi.,Lc.,MA
Dengan izin Allah SWT kita bertemu dengan Ramadhan 1438H. Tentunya kita bahagia dan senang karena Ramadhan adalah bulan rahmat, bulan maghfirah, dan bulan pengampunan dosa. Siapa diantara kita yang tidak berdosa? Tidak ada! Semua kita berdosa, karena kita adalah manusia biasa, bukan seorang nabi yang ma`sum seperti Rasulullah SAW yang telah diampuni dosa-dosa nya yang berlalu dan yang akan datang. Ya, itulah diantara alasan kita bahagia menyambut bulan Ramadhan dan menyelenggarakan acara tarhib (menyambut dengan gembira) bulan ramadhan ini! Karena pada bulan ramadhan syaitan dan jin akan dibelenggu, pahala kebaikan akan dilipat gandakan, jaminan ampunan dosa, dll.
Ramadhan demi Ramadhan telah berlalu berulang kali dalam kehidupan kita. Akan tetapi apakah Ramadhan yang lalu telah kita maksimalkan dan manfaatkan sebaik-baiknya? Apakah goal taqwa yang menjadi ending Ramadhan telah tercermin dalam sikap dan prilaku kita sehari-hari? Jika sudah alhamdulillah, jika belum kita khawatir momen ramadhan akan menjadi rutinitas biasa yang tidak memberikan manfaat apa-apa untuk kepribadian dan ketaqwaan kita. Bukankah Allah SWT mewajibkan puasa Ramadhan ini kepada kaum muslimin pada tahun ke-2 Hijriyah dan Rasulullah SAW wafat pada tahun ke-11 Hijriyah? Iya, dan ini berarti bahwa Rasulullah SAW hanya bertemu 9 kali Ramadhan saja!
Semua kebaikan menjadi prioritas pada bulan Ramadhan. Kedermawan misalnya: (baca hadist Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW adalah manusia paling dermawan, kedermawanannya pada bulan Ramadhan melebihi hari-hari yang lain). Kebaikan secara umum (baca hadist Ahmad bahwa Rasulullah terdepan dalam kebaikan, bahkan kecepatannya dalam kebaikan melebihi cepatnya angin sekalipun). Memberi Perbukaan: (baca hadist Zaid Bin Khaled al-Juhani bahwa siapa yang memberikan perbukaan kepada orang yang puasa, maka dia mendapatkan pahala seperti orang yang puasa tanpa mengurangi pahalanya sedikipun). Tilawah Al-Quran menjadi prioritas utama: (baca kisah Imam Az-Zuhri saat ramadhan datang hanya memperbanyak tilawah al-quran dan bersedekah makanan). Bahkan Imam Malik Rahimahullah meninggalkan sementara membaca buku-buku hadist dan halaqat ilmu dan memprioritaskan tilawah Al-Quran dengan mushafnya.
Disebuah riwayat diceritakan bahwa pada suatu peperangan diluar Madinah, seorang sahabat yang bernama Ibad Bin Bisyr menjaga perkemahan kaum muslimin dimalam hari. Semua pasukan kaum muslimin tidur karena lelah disiang hari, dia bangun dan melaksanakan shalat nafilah dan membaca surat yang tergolong panjang dalam Al-Quran. Saat shalat, dia ditembak oleh pasukan musuh beberapa kali dengan anak panah, dia tidak menghentikan shalatnya sampai menyelesaikan tilawah surat yang dibacanya dan berkata: “Saat musuh memanahku, aku sedang membaca sebuah surat dalam Al-Quran, aku tidak suka menghentikan tilawahku sampai menyelesaikannya”. Lalu bagaimana dengan kita? Kita sering menghentikan tilawah kita karena dering telepon, sms, dan hal-hal remeh lainnya.
Tilawah Al-Quran merupakan satu dari berbagai tanggungjawab seorang muslim terhadap Al-Quran selain membacanya, menghayati, memahami, tadabbur Al-Quran, berinteraksi, mendakwahkan Al-Quran, menjadikan Al-Quran sebagai sumber hukum, menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup, dll). Sila rujuk buku “Kaifa Nata`amal Ma`al Qur`anil Azim?” Karya Syeikh Dr. Yusuf Al-Qaradhawi!
Diantara adab dalam tilawah Al-Quran adalah: Mengikhlaskan niat saat memulai tilawah, sucikan diri atau dalam kondisi berwudhu`, siapkan hati dan pikiran saat membaca, baca dengan tajwid, Jadikan al-Quran sebagai prioritas utama, Hayati ayat yang dibaca, fokus dan merespon ayat-ayat yang dibaca, kenali pintu dan sumber hidayah dari ayat yang dibaca, serta mengulangi ayat-ayat yang dapat menyentuh dan yang berkesan, dll.
Ramadhan ibarat musim semi yang indah dan penuh dengan bunga. Apabila taman dan kebun masih gersang pada musim bunga, maka kapan kebun itu akan dihiasi oleh bunga-bunga yang mekar dan indah? Jika kita tidak giat dan meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah kita pada bulan Ramadhan ini, maka kapan kita akan dekat dengan Allah SWT?
Wallahu a`lam bisshawab!
(Manhajuna/IAN)