Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Kolom / Mengenal Tokoh Ahlulbait; Imam Ja’far Ash-Shadiq
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Mengenal Tokoh Ahlulbait; Imam Ja’far Ash-Shadiq

Oleh Ustadz Abdullah Haidir, Lc.

Nasab dan Kelahirannya

Beliau adalah Ja’far bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Alibin Abi Thalib dari perkawinannya dengan Fatimah binti Rasulullah shallallahuh alaihi wa sallam. Beliau dilahirkan pada tahun 80 H di Madinah Al-Munawarah serta tumbuh berkembang di sana.
Itu Nasab dari jalur bapaknya. Adapun nasab dari jalur ibunya adalah Ummu Farwah binti Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Ash-Shidiq. Bahkan nenek dari ibunya juga keturunan dari Abu BakarAsh-Shiddiq. Yaitu Asma binti Abdurrahman bin Abu Bakar Ash-Shiddiq. Karena itu terkenal ucapan Ja’far Shadiq:

وَلَدَنِي أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيْقُمَرَّتَيْنِ

“Aku dilahirkan oleh Abu Bakar Ash-Shidiq dua kali.”

Adapun gelar ash-shadiq (jujur) adalah karena beliau dikenal tidak pernah berdusta. Gelar ini sesuai dengan gelar kakeknya dari jalur ibu; Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Keilmuan dan Kedudukannya

Pertama kali beliau menimba ilmu adalah dari ayahnya Muhammad Al-Baqir, juga darikakeknya dari jalur ibu, yaitu Qasim bin Muhamm bin Abu Bakar yang merupakan tokoh ahli fiqih yang tujuh di Madinah. Di antara gurunya yang terkenal juga adalah Ibnu Syihab Az-Zuhri, Atha bin Abi Rabah dan Muhammad bin Munkadir. Beliau juga melakukan perjalanan ke Irak untuk menuntut ilmu. Setelah diakui keilmuannya, banyak yang berguru kepada beliau, di antaranya adalah paraulama besar, seperti Abu Hanifah, Malik bin Anas, puteranya; Musa Al-Kazim,Sufyan bin Uyaynah, dll.

Bidang yang banyak digelutinya dan sangat dikuasainya adalah fiqih.  Bahkan beliau sudah dikatagorikan sebagai mujtahid yang dapat menyimpulkan sebuah hukum dari Alquran dan Sunah tanpa mengikuti seseorang dalam ijtihadnya. Bahkan beliau telah menetapkan beberapa prinsip (ushul) dalam istimbathnya (mengambil kesimpulan hukum). Di antara kaidah yang beliau tetapkan adalah bahwa asal hukum segala sesuatu adalah mubah hingga ada ketentuan syariat yang melarangnya. Namun memang mazhabnya tidak sempat meluas sebagaimana keempat mazhab yang terkenal.

Dalamkajian hadits, keulamaan beliau diakui oleh para ulama  terpercaya sebagai perawi hadits yang”tsiqah”, sebuah istilah untuk perawi yang telah memenuhi kriteriaketakwaan dan kecerdasan dengan standar yang sangat tinggi di kalangan ulamahadits. Hadits-hadits riwayatnya ada yang tercantum dalam Shahih Muslim dansunan yang empat (Abu Daud, Tirmizi, Nasasi dan Ibnu Majah). Bahkan prestasi ilmiah beliau tidak terbatas pada ilmu syariah, tapi juga sains,khususnya kimia. Disebutkan bahwa tokoh kimia terkenal; Jabir bin Hayyan, berguru kepadanya. Maka, pada diri Imam Ja’far Shadiq, terkumpul sejumlah keutamaan yang jarang dimilikiorang lain; Keutamaan sebagai ahlul bait Rasulullah saw dan orang-orang mulia, serta keutamaan ketakwaan dan kecerdasannya yang diakui kaum muslimin.

Ja’far  Ash-Shadiq, Abu Bakar Ash-Shidiq dan Klaim Kaum Syiah

Penghormatan Ja’far terhadap kakeknya, Ali bin Abi Thalib tentu tidak diragukan lagi. Lalu bagaimana penghormatannya terhadap Abu Bakar Ash-Shiddiq?
Sebenarnya tak sulit untuk menduga sikap Ja’far Ash-Shadiq terhadap Abu Bakar yang taklain adalah kakeknya dari jalur ibu, terlebih beliau adalah ulama yang dikenal ketakwaannya. Pastinya adalah penghormatan dan pemuliaan terhadap Abu Bakar Ash-Shiddiq. Karena pada hakekatnya, kakek dari jalur bapak dan ibu sama saja kedudukannya dalam hal penghormatan dan pemuliaan. Terlebih mereka memang asalnya adalah orang-orang mulia.  Namun hal ini penting dipertegas mengingat kaum Syiah yang gemar mencaci maki para shahabat terutama Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab, mengklaim bahwa Imam Ja’far Ash-Shadiq merupakan salah seorang imam mereka yang ma’shum. Apakah itu artinya Imam Ja’far Ash-Shadiq juga memusuhi dan gemar mencaci maki sang kakek; Abu BakarAsh-Shiddiq?

Secara logika saja, kita sulit menerima hal itu terjadi. Ambillah contoh diri kitasendiri, seandainya kakek kita orang yang tidak benar, apakah tega kita mencaci makinya di depan umum? Orang yang waras tentu tidak akan berbuat demikian, apalagi jika kakek kita adalah orang baik-baik. Ja’far Ash-Shadiq jauh lebih utama dari kita dan Abu Bakar Ash-Shiddiq jauh lebih utama dari kakek kita.

Imam Adz-Dzahabi meriwayatkan dalam kitabnya Siyar A’lam An-Nubala, bahwa Salim binAbi Hafshah pernah bertanya kepada Abu Ja’far dan puteranya; Ja’far Ash-Shadiq tentang Abu Bakar dan Umar. Maka Ja’far  berkata,

يَا سَالِمُ! أَيَسُبُّ الرَّجُلُجَدَّه، أَبُو بَكْرٍ جَدِّي، لاَ نَالَتْنِي شَفَاعَةُ مُحَمَّدٍ -صَلَّى اللَّهُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَوْمَ القِيَامَةِ إِنْ لَمْ أَكُنْ أَتَوَلاَّهُمَا، وَأَبرَأُمِنْ عَدوِّهِمَا

“Wahai Salim! Apakah (wajar) seseorang mencaci kakeknya? Abu Bakar adalah kakekku, Aku tidak akan mendapatkan syafaat Nabi Muhammad shahllallahu alaihi wa sallam padahari kiamat jika aku tidak mencintai keduanya dan berlepas diri dari musuhkeduanya.”

Dari sini saja, selain banyak sekali bukti lainnya, tampak sekali bahwa klaim kaum Syiah terhadap Ja’far Ash-Shadiq, tak lebih merupakan upaya mereka untuk berlindung dibalik tameng kemuliaan Ahlul Bait demi menyebarluaskan kesesatan mereka agar mudah diterima kaum muslimin yang umumnya mencintai Ahlulbait.
Kalau tidak, bagaimana mungkin Ja’far Ash-Shadiq yang berguru dengan para ulama Ahlussunnah dan murid-muridnya adalah para imam dan ulama Ahlussunnah, lalu kemudian dianggap sebagai tokoh dan imam oleh kalangan Syiah??!!

Sumber: Siyar A’lam An-Nubala, ImamAdz-Dzahabi dan berbagai sumber lainnya.

(Manhajuna/AFS)

(Visited 989 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Tentang Qadha, Fidyah dan Kafarat Dalam Puasa

Oleh Ustadz Abdullah Haidir, Lc. Dalam masalah puasa, ada masalah qadha, fidyah dan kafarat. Bagaimana …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *