Oleh: Sya’i bin Muhamamd Al-Ghubaisyi*
Mencintai sesuatu berarti menunggu-nunggu kedatangannya. Dalam konteks ini kisah cinta yang dimaksud adalah kisah cinta yang agung lagi unik. Keunikannya adalah perpisahan antara kedua pihak yang mencintai cukup lama, melewati hari, minggu dan bulan. Dan perindu selalu menghitung setiap detik, hari, dan bulan dalam harapan untuk bertemu.
Adapun keagungan yang dicinta terletak pada keagungan Ramadhan dalam kehidupan para pecintanya; kaum Muslimin dengan berbagai kelas-kelas keimanan mereka, tak kenal muda, tua, laki-laki, perempuan.
Untuk memahami keagungannya, mari cermati beberapa teks ini;
Allah berfirman;
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ (البقرة 185)
Bulan Ramadhan, yang diturunkan di dalamnya AlQur’an, sebagai petunjuk bagi manusia, dan bukti-bukti dari hidayah dan pembeda antara hak bathil. Barang siapa yang menyaksikan kedatangannya, maka berpuasalah (AlBaqarah 185)
Syaikh Abdurrahman AsSa’di mengomentari ayat ini;
“puasa yang diwajibkan atas kalian adalah puasa bulan Ramadhan, bulan yang agung. Yang telah ditetapkan untuk keutamaan bagi kalian yang sangat besar dari Allah, yaitu AlQur’an yang mengandung petunjuk untuk kemaslahatan dunia dan agama, menjelaskan kebenaran, membedakan hak dan kebatilan, pemilik kebahagiaan dan penyandang penderitaan, ini adalah kebaikan Allah atas kalian, maka hendaknya menjadi momentum bagi setiap hamba”.
Ramadhan adalah momentum bagi kita untuk bergabung dalam kafilah orang-orang shaleh. Bergabung dengan kafilah orang-orang shaleh adalah impian para cendekiawan dan orang-orang yang berakal. Bayangkan, jika para Nabi -‘Alaihimussalam- saja memohon pada Allah hal yang sama –padahal merekalah pemimpin kafilah orang-orang shaleh- tidakkah sebaiknya kita berkeinginan hal yang sama?
Kita lihat Nabi Yusuf AS berkata, sebagaimana direkam oleh AlQur’an;
رَبِّ قَدْ آتَيْتَنِي مِنَ الْمُلْكِ وَعَلَّمْتَنِي مِن تَأْوِيلِ الأَحَادِيثِ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ أَنتَ وَلِيِّي فِي الدُّنُيَا وَالآخِرَةِ تَوَفَّنِي مُسْلِماً وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ (يوسف:101)
“wahai Rabbku, Engkau telah karuniakan padaku kekuasaan, telah ajarkan aku tafsir mimpi. Wahai pencipta langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan gabungkan aku bersama orang-orang shaleh”
Juga Ibrahim AS berkata;
رَبِّ هَبْ لِي حُكْماً وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ (الشعراء 83)
“wahai Rabbku, karuniakan aku kebijaksanaan dan gabungkan aku bersama orang-orang shaleh”
Demikianlah, jika kita berkehendak bergabung dengan kafilah orang-orang shaleh, inilah momentumnya. Dalam Ramadhan ada pertemuan dengan Allah Ta’ala melalui Qiyam (Shalat) malam jika kita menginginkan bergabung dengan kafilah orang shaleh. Rasulullah SAW bersabda;
عليكم بقيام الليل، فإنه دأب الصالحين قبلكم، وإن قيام الليل قربة إلى الله، ومنهاة عن الإثم، وتكفير للسيئات، ومطردة للداء عن الجسد (أخرجه الترمذي وابن ماجه والحاكم)
“lakukanlah Qiyamullail, sesungguhnya ia adalah tradisi orang-orang shaleh sebelum kalian, ia juga mendekatkanmu dengan Allah, penjauh dari dosa, dan penghapus keburukan” (HR Tirmidzi, ibn Khuzaimah dan Al-Hakim).
Karena itulah Rasulullah saw selalu memberi kabar gembira dengan kedatangan Ramadhan tercinta, “telah datang pada kalian Ramadhan, bulan penuh keberkahan“.
Beliau juga menyemangati mereka dengan iming-iming pintu surga yang istimewa;
إِنَّ فِى الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ ، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ ، فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ ، فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ (رواه البخاري)
“dalam surga ada sebuah pintu yang dinamai arRayyan, pada hari kiamat hanya dimasuki oleh orang yang berpuasa, mereka diseru; manakah orang yang berpuasa? Mereka pun bergegas, jika sudah masuk, pintu pun ditutup” (HR Bukhari)
Karena itu jangan sampai kita melewatkan momen emas ini sebelum kita menyesal. Ibnul Qayyim berkata; “akan dihukum orang yang terbuka lebar di depannya pintu kebaikan namun tak menggunakannya, ia akan dihukum berupa hatinya akan terhalang dari iradah (kemauan)nya“. Jika kita menyia-nyiakan momen emas, barangkali jika datang momen berikutnya maka takkan muncul iradah (kemauan) karena terhalang dari kebaikan.
Momentum Ramadhan adalah momentum emas untuk;
1) Meraih bahagia di dunia dan akhirat. Sebagaimana Rasul SAW bersabda;
للصائم فرحتان؛ فرحة عند فِطْره، وفرحة عند لقاء ربِّه (رواه مسلم عن أبي هريرة)
“Bagi orang puasa ada dua kebahagiaan; bahagia tatkala berbuka, dan bahagia ketika bertemu Rabbnya”
2) Pembebasan dari api neraka setiap malamnya, sebagaimana sabda Nabi SAW:
إنَّ لله – عز وجل – عند كلِّ فِطْرٍ عُتقاء، وذلك في كل ليلة))؛ رواه ابن ماجه عن جابر
“sesungguhnya bagi Allah Ta’ala setiap setelah momentum berbuka ada hamba-hamba yang Dia bebaskan dari api neraka, dan itu setiap malam”
3) Dikabulkannya setiap doa. Renungkan mengapa Allah Ta’ala meletakkan ayat tentang doa di tengah rangkaian ayat puasa;
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ (البقرة 186)
“jika hamba-hambaKu bertanya padamu tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat”.
4) Pengampunan dosa. Imam Ibn Al-Qayyim berkata; “jika Allah menghendaki kebaikan bagi hambaNya, Dia akan bukakan baginya pintu taubat, penyesalan, penghambaan, dan ketulusan bersandar”. Dan Ramadhan adalah terbukanya pintu pintu tersebut.
Semoga Allah sampaikan kita hingga akhir Ramadhan, dan bimbing kita memanfaatkan momentum emas ini sebaik-baiknya.
*Diterjemahkan dengan editing seperlunya dari http://saaid.net/Doat/shaei/20.htm (FJH)