Oleh: Ustadz Ahmad Mudzoffar Jufri, MA
Manhajuna – Yang umum, kesalehan seseorang selalu diukur dengan standar ibadah ritualnya. Padahal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam justru lebih menekankan aspek kesalehan sosial.
Meskipun yang ideal tentulah yang padu kesalehan ritual dan kesalehan sosialnya sekaligus. Akan tetapi dengan kesalehan sosial-lah Islam akan tampak dan tampil indah. Begitu pula hiduppun menjadi demikian luar biasa indah.
Mari mencermati beberapa contoh hadits berikut ini.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Muslim yang baik adalah ketika orang lain telah merasa aman dari gangguan lidah dan tangannya” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Demi Allah tidak beriman. Demi Allah tidak beriman. Demi Allah tidak beriman. Para sahabat RA. bertanya: Siapakah gerangan ya Rasulallah? Beliau menjawab: “Dia adalah seseorang yang membuat tetangganya tidak merasa aman dari gangguan dan keburukannya” (HR. Al-Hakim).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Penyantun janda tua dan orang miskin itu nilainya setara dengan orang yang berjihad fi sabilillah, atau seperti orang yang berpuasa tanpa putus dan yang shalat malam tanpa henti” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: “Tidaklah beriman kepadaku seseorang yang tidur malam dengan kenyang, sedangkan ia tahu bahwa, tetangga sebelahnya tengah kelaparan” (HR. At-Thabrani, Al-Bazzar dan lain-lain, serta dihasankan oleh Al-Albani).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Maukah kalian Aku beri tahu tentang amal yang lebih tinggi daripada derajat puasa, shalat dan sedekah?”. Para ahabat menjawab: Tentu saja kami mau. Beliau lalu melanjutkan sabdanya: “Yaitu mendamaikan hubungan sesama. Karena rusaknya hubungan sesama itu ibarat gunting penyukur. Tapi bukan gunting yang mencukur rambut, melainkan yang menggunting agama” (HR. Abu Dawud).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Tidaklah beriman salah seorang dari kamu, sampai ia mampu menyukai untuk saudaranya seperti apa yang ia sukai untuk dirinya sendiri” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Diantara tanda baiknya tingkat dan kualitas keislaman seseorang adalah ketika ia telah mampu meninggalkan hal-hal yang tidak perlu baginya” (HR. At-Tirmidzi).
(Manhajuna/GAA)