Oleh: Syekh Abu Umar Al-Iedan
Alih Bahasa: Arwani Amin Supar
Ada seseorang ingin berbagi pengalaman. Ia menuturkan: Dulu saya mengira bahwa kesibukan kerja, urusan sekolah anak-anak, dan kesibukan hidup lainnya adalah penyebab utama yang membuat saya melalaikan agenda-agenda keimanan, seperti membaca dan memperbanyak tilawah Al-Qur’an, menjaga dzikir, wirid harian dan lainnya, terutama menambah bacaan dan ilmu pengetahuan.
Di saat wabah menerpa seluruh belahan dunia, dan jumlah korban yang meninggal dunia terus bertambah dengan cepat di sini dan di negara-negara lain, saya menduga bahwa jiwa ini akan tersadar dan terbangun dari kelalaiannya, serta berkomitmen menjalankan perintah Tuhannya. Hal mana akan mendorong saya untuk bersegera dalam kebaikan, tidak melalaikan hak Allah swt, dan menjauhi dosa besar dan kecil selagi hayat masih di kandung badan. Karena, saya tidak tahu, boleh jadi saya akan terpapar wabah -Semoga Allah tidak mentakdirkan demikian- kapan saja, sementara saya belum memiliki persiapan untuk berjumpa Ilahi Rabbi.
Akan tetapi setelah saya perhatikan, ternyata problem saya dengan agenda-agenda keimanan tadi bukanlah terletak pada alasan semu dengan kesibukan-kesibukan di atas. Melainkan, terletak pada lemahnya jiwa, kerasnya hati dan pengaruh setan terhadap kemauanku.
Ini yang saya tangkap dari keadaanku sendiri dan keadaan sebagian orang yang saya kenal, semoga ini bukan fenomena umum. Tentu setiap orang lebih tahu perihal dirinya sendiri dan aktifitas amaliahnya. Saya hanya mengajak setiap muslim dan muslimah untuk waspada dan jangan berdusta pada diri sendiri. Jangan menipunya dengan kemalasan, penundaan dan kelalaian, dengan alasan menyayangi diri dan memuliakannya, padahal sejatinya sedang berbuat buruk kepadanya bahkan mencelakannya.
Karenanya, dengan penuh cinta dan penghormatan, saya ingin berbagi pengalaman pribadi dan nasehat persaudaraan, kepada setiap orang yang realitanya seperti saya. Semoga ada pelajaran yang bisa diambil, sehingga mau menyadari keadaan diri dan segera memperbaikinya sebelum berlalunya umur yang mahal ini, dan sebelum datangnya kematian, dimana penyesalan tak berguna lagi.
Dengan izin Allah, saya telah bertekad untuk mengalahkan alasan semu dengan kesibukan-kesibukan tersebut. Saya berjihad melawan nafsu yang sering mengajak kepada keburukan, dan mengalahkan tipu daya setan -si musuh bebuyutan- dengan cara bertaubat kepada Allah dengan ikhlas, memperbanyak dzikir dan istighfar, banyak membaca Al-Qur’an, menjaga shalat fardhu pada waktunya disertai sunnah rawatibnya, puasa sunnah, berdoa dan mengiba kepada Allah Pencipta langit dan bumi, menunaikan shalat malam dan amal-amal ketaatan lainnya.
Buah yang saya harapkan setelah adanya tekad kuat yang penuh tawakkal kepada Allah ini adalah:
Saya melihat…
Perubahan jiwaku menjadi lebih baik…
Hati dan ruhaniku menjadi bersih…
Iman dan ketakwaanku meningkat…
Berbagai aspek dalam kehidupanku menjadi lebih indah dan mulia: aspek ruhani, kejiwaan, keluarga, dakwah dan lainnya…
Semoga saya berada dalam keadaan aman, penjagaan, ketentraman, dan selalu dalam kebahagiaan dan kegembiraan, berkat anugrah dan rahmat Allah
(Manhajuna/IAN)