Oleh: Ustadz Abdullah Haidir, Lc.
Manhajuna.com – Mengamati sejarah para nabi, kita dapatkan ada Nabi yang jadi penguasa/pejabat, ada pula Nabi yang menyampaikan dakwahnya di depan penguasa. Maka, relasi antara dakwah dan kekuasaan, sebagaimana diungkapkan oleh Abul Hasan An-Nadawi, adalah di antara dua; Menyampaikan nilai keimanan kepada orang yg sedang duduk di kursi kekuasaan, atau mengantarkan orang beriman pada kursi kekuasaan.
Yang mana saja dari keduanya yang lebih dahulu sampai dan lebih bermanfaat, maka kita menyambutnya dengan gembira, terlepas apakah kita lebih cenderung pada salah satu dari keduanya.
Berlapang dada, apalagi jika saling membantu dan menyempurnakan dalam hal ini, tentu lebih baik, bukan? ketimbang saling tuding dan menafikan peran masing-masing.
Moga kita selalu diberikan kepahaman dan keikhlasan serta kelapangan dada dalam setiap langkah dakwah dan kehidupan.
Ustadz Abdullah Haidir, Lc. ,lahir dan besar di Depok, menyelesaikan pendidikan sarjana di LIPIA jurusan syari’ah. Sehari-hari beliau menjadi da’i di Kantor Jaliyat Sulay, sebuah lembaga yang memberikan penyuluhan tentang Islam kepada pendatang di Riyadh Arab Saudi. Selain itu aktifitas beliau adalah menjadi penulis buku dan kontributor artikel dakwah, mengisi taklim komunitas WNI, serta juga menjadi penerjemah khutbah Jum’at di Masjid Al Rajhi. Setelah 15 tahun berdidikasi di kota Riyadh, beliau memutuskan untuk kembali ke tanah air. Twitter: @abdullahhaidir1 | FB: /abdullahhaidir.haidir