Oleh: Ustadz Satria Hadi Lubis
Manhajuna.com – Ketika saya masih kecil, Ibu suka membuat sarapan dan makan malam. Suatu malam, setelah ibu bekerja keras sepanjang hari, ibu menghidangkan sebuah piring berisi telur, saus dan roti panggang yang gosong di depan meja ayah.
Saat itu saya menunggu apa reaksi dari orang-orang di situ. Akan tetapi, yang dilakukan ayah adalah mengambil roti panggang itu, tersenyum pada ibu, dan menanyakan kegiatan saya di sekolah. Saya tidak ingat apa yang dikatakan ayah malam itu, tetapi saya melihatnya mengoleskan mentega dan selai pada roti panggang itu dan menikmati setiap gigitannya!
Ketika saya beranjak dari meja makan malam itu, saya mendengar ibu meminta maaf pada ayah karena roti panggang yang gosong itu. Dan satu hal yang tidak pernah saya lupakan adalah apa yang ayah katakan..“Sayang, jangan khawatir…aku suka roti panggang yang gosong.”
Sebelum tidur, saya pergi untuk memberikan ucapan selamat tidur pada ayah. Saya bertanya apakah ayah benar-benar menyukai roti panggang gosong. Ayah memeluk saya erat dengan kedua lengannya yang kekar dan berkata, “nak, ibumu sudah bekerja keras sepanjang hari ini dan dia benar-benar lelah. Jadi sepotong roti panggang yang gosong tidak akan menyakiti siapa pun!” Tahu kah kamu apa yang menyakiti hati seseorang?…”kata kata kasar…”
Lalu ayah melanjutkan, “kamu tahu, hidup itu penuh dengan hal-hal dan orang-orang yang tidak sempurna. Ayah juga bukan orang yang terbaik dalam segala hal, kadang lupa ulang tahun ibumu, ulang tahun pernikahan, dan lain-lain sama seperti orang lainnya. Yang ayah pelajari adalah menerima kesalahan orang lain dan memilih untuk merayakan perbedaan. Ini adalah kunci terpenting untuk mewujudkan hubungan yang sehat dan harmonis.
Hidup itu terlalu pendek untuk diisi dengan penyesalan dan kebencian. Cintai mereka yang memperlakukanmu dengan baik dan sayangi mereka.
(Manhajuna/GAA)