Oleh Ust. Abdullah Haidir
Manhajuna-Jubir pejuang Yaman tergabung dalam Lajnah Muqawamah Sya’biyah Yamaniah, Hari Rabu kemarin, sebagaimana dilansir oleh situs Aljazeera.net, mengumumkan bahwa mereka selangkah lagi akan berhasil menguasai kota Abiyan, Yaman Selatan. Hasil ini semakin melengkapi kemenangan signifikan yang telah diraih oleh para pejuang Yaman di wilayah selatan dalam pertempuran mengusir pemberontak houtsi yang bersekutu dengan pasukan presiden terguling, Ali Abdullah Saleh.
Sebelumnya para pejuang Yaman yang mengakui presiden terpilih secara konstitusional, Abdu Rabih Manshur Hadi dan dibantu oleh pasukan koalisi negara-negara Islam yang dipimpin Arab Saudi, telah berhasil merebut kota-kota penting di Yaman Selatan dari tangan pemberontak houtsi, seperti Aden, Dali dan Lahj. Bahkan pesawat-pesawat bantuan kemanusiaan serta militer sudah mulai berdatangan di Airport Aden, disusul kemudian dengan datangnya beberapa pejabat teras dalam pemerintahan Manshur Hadi ke kota Aden. Berita terakhir, pesawat sipil sudah berdatangan dan penduduk yang mengungsi sudah mulai berdatangan. Semua itu mengindikasikan dengan jelas bahwa kota yang sangat strategis di Yaman Selatan itu sudah dibersihkan dari kekuatan pasukan houtsi.
Laporan dari beberapa medan pertempuran di wilayah Yaman selatan, Pasukan pejuang mengalami kemajuan signifikan, sementara posisi pasukan houtshi dan Ali Abdullah Saleh kian terjepit. Bahkan diberitakan bahwa sejumlah pasukan pro Abdullah saleh membelot dan bergabung dengan pasukan Pejuang Yaman. Karena itu, banyak pengamat memperkirakan, tidak lama lagi Yaman Selatan akan berhasil ditundukkan oleh pasukan rakyat Yaman dari cengkeraman pemberontak Houthi.
Perlu diketahui sebelumnya, secara geopolotik, Yaman umumnya dibagi menjadi dua wilayah utama; Yaman Selatan dan Yaman Utara. Hubungan kedua wilayah ini dalam sejarah Yaman mengalami pasang surut dan sempat berpisah satu sama lain dengan pemerintahannya masing-masing. Namun pada tahun 1990 secara resmi diumumkan penyatuan Yaman. Ali Adullah Saleh ketika itu ditunjuk sebagai presidennya sebagai representasi Yaman Utara, sedangkan representasi Yaman Selatan diangkat Ali Salim Baidh sebagai perdana menteri. Abdu Rabih Manshur Hadi sendiri, presiden terpilih pasca revolusi Arab beberapa tahun lalu, berasal dari Aden, Yaman Selatan.
Tampaknya siasat militer pasukan koalisi pimpinan Saudi ingin menyelesaikannya secara bertahap. Sebab mengatasi Yaman langsung secara menyeluruh, bukan hal yang mudah mengingat kuatnya koalisi pasukan houtsi yang didukung total oleh Iran dengan agenda politik dan idiologi Syiahnya dan pasukan Ali Abdullah Saleh yang sebelumnya menguasai struktur militer Yaman.
Mengapa dimulai dari selatan? Karena di Yaman Selatan inilah perlawanan paling kuat menentang pemberontak houtsi sejak awal dan relatif jauh dari pusat kekuatan houtsi yang terpusat di Shana’a di Yaman Utara.
Dengan kemenangan di wilayah Yaman Selatan, perlawanan melawan pemberontak houtsi memiliki pijakan lebih kuat di lapangan. Legalitas pemerintahan Hadi pun semakin kokoh secara de fakto. Pasukan koalisi pun semakin mudah mengirimkan suply persenjataan dan berbagai bantuan yang dibutuhkan rakyat Yaman, baik logistik maupun persenjataan perang.
Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah setelah berhasil menguasai selatan Yaman, para pejuang Yaman dan pasukan koalisi akan bergerak ke Utara, khususnya Shana’a, melalui darat untuk membebaskan Yaman seluruhnya dari gerombongan houtsi? Sebelumnya, pesawat-pesawat tempur pasukan koalisi sudah memborbardir gudang-gudang persenjataan dan markas-markas militer pemberontak Houthi di Yaman Utama, namun yang menentukan kemenangan militer sesungguhnya adalah serangan darat.
Para pengamat mengatakan bahwa bahwa Yaman Utara harus segera ditundukkan. Sebab, hanya menundukkan Yaman Selatan saja sementara membiarkan Yaman Utara dalam genggaman Houthi, beresiko berat. Pertama Yaman akan kembali terpecah menjadi dua bagian, Selatan dan Utara, ini berarti mundur ke belakang dan pada saat yang bersamaan, akan memberi cita rasa kemenangan bagi pasukan Houthi, walaupun di selatan mereka telah ditundukkan, namun setidaknya mereka masih berhasil menguasai Utara. Pada gilirannya hal ini sangat membahayakan Saudi, karena Yaman Utaralah yang berbatasan langsung dengan Saudi dengan garis perbatasan mencapai ratusan kilometer.
Mengapa harus segera? Karena semakin berlarut-larut krisis Yaman, akan semakin berat ditanggung oleh rakyat Yaman akibat perang. Di sisi lain, moril pasukan rakyat Yaman sedang tinggi untuk mengusir pasukan pemberontak Houthi, sebaliknya moril pasukan Houthi cenderung melemah, bahkan tersiar berita bahwa mereka mulai berselisih dengan sekutu mereka, pasukan Ali Abdullah Saleh. Di pihak lain, Iran sebagai penyokong utama Houthi dari luar, juga sedang kewalahan dengan kasus Irak dan Suriah. Khusus di Suriah, para pejuang Suriah pun sedang mengalami kemajuan signifikan. Beberapa kota berhasil mereka rebut dari tangan tentara rezim Suriah Basyar Asad. Hanya sadisnya, rezim Asad yang masih menguasai udara Suriah, melalu jet-jet tempurnya melakukan politik bumi hangus terhadap kota-kota yang akan dikuasai oleh para pejuang tersebut, tak peduli dengan terbunuhnya kaum sipil dan hancurnya fasilitas-fasiltas umum. Dukungan total Iran terhadap rezim Basyar Asad, baik secara finansial maupun peralatan dan personel militer, ternyata tidak mampu membuat Asad dapat memberangus para pejuang Suriah, justeru sebaliknya, para pejuang Suriah makin kuat dan semangat. Sementara di sisi lain, negara-negara barat, bahkan termasuk Rusia yang menjadi salah satu penyokong Asad selain Iran, sudah mulai memberikan sinyal bahwa Asad sudah tidak dapat diharapkan lagi.
Dengan beberapa latar belakang di atas, maka menyusun kekuatan untuk merebut Yaman Utara, khususnya ibu kota Shana’a menjadi amat mendesak untuk segera dilaksanakan pasukan rakyat Yaman dan pasukan koalisi. Ini memang berat, karena pusat kekuatan Houthi ada di Yaman Utara. Namun, sebagaimana diungkapkan oleh Syekh Abdul Aziz Ath-Thuraify, sepanjang sejarahnya, Syiah tidak akan menang menghadapi Ahlussunah jika harus berhadapan secara militer. Semoga Allah bebaskan negeri Yaman dari pemberontak syiah Houthi dan para pengkhianat negara Yaman. Aamiin.
(Mhj/AA)