Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Hikmah / Serangkai Nasehat Untuk Tetamu Allah
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Serangkai Nasehat Untuk Tetamu Allah

Oleh: Ustadz Fir’adi Nasruddin, Lc.

» الْحَجُّ أَشْهُرُُ مَّعْلُومَاتُُ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلاَ رَفَثَ وَلاَ فُسُوقَ وَلاَ جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَاأُوْلِي اْلأَلْبَابِ «

“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (qs. Al-Baqarah: 197).

saudaraku,
Haji adalah perjalanan yang suci, membawa hati dan diri menuju negeri yang aman berseri untuk bersimpuh di hadapan Rabb al ‘Alamin.

Ia adalah rihlah yang indah, menyejukan pandangan mata, menggetarkan hati, menyentuh perasaan jiwa, menenangkan sanubari, menebar kebahagiaan dan kesejukan di jiwa yang hidup.

Pernahkah kita menyaksikan pakaian yang lebih indah dari pakaian orang yang sedang ihram?, dan pernahkah kita melihat kepala manusia yang lebih mulia dan terhormat dari kepala jama’ah haji yang telah melakukan halq (menggundul rambut kepala) dan taqshir (memendekannya)?, dan pernahkah kita melihat suatu kafilah yang melebihi ketenangan kafilah haji dan umrah?.

Kita merasakan keterpautan hati yang begitu dalam, terbawa suasana ruhani di saat kita mendengar senandung talbiyah dan rintihan orang-orang yang bertaubat, bisikan rindu orang-orang yang khusyu’, serta bersimpuh mengadukan kisi-kisi hati di hadapan Rabbul-Izzati.

Jama’ah haji merupakan duta, delegasi dan tamu Allah. Demikianlah Habibuna Rasulullah menjuluki mereka. Karena mereka telah datang dari seluruh negeri menyambut seruan-Nya, memenuhi panggilan-Nya, maka sebagai timbal baliknya, Allah akan memberi permintaan mereka dan mengabulkan setiap permohonan dan harapan mereka.

Haji merupakan konferensi tahunan umat Islam sedunia, seluruhnya memiliki tujuan, syi’ar, perasaan, amalan, dan perkataan yang satu. Tiada terendus fanatisme golongan, suku, bangsa, ras, warna kulit, bahasa dan yang lainnya. Terlihat jelas potret kesetaraan, persaudaraan dan kesatuan umat.

Rasul junjungan kita telah memberikan janji dalam sabdanya, “Haji yang mabrur itu, tiada balasannya kecuali surga.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud dan yang lainnya).

Disaat surga telah terlihat di pelupuk mata, maka berbagai kenikmatan dunia fana terasa tiada harganya. Segala keengganan pun sirna ditelan masa, menguap dan berpendar seiring dengan kepergian musim hujan.

Rumah yang elok ditinggalkan demi meraih rumah masa depan yang lebih menjanjikan di akherat kelak. Kaki begitu ringan diayunkan, meninggalkan para kekasih yang dicintai dari istri, anak, karib kerabat dan handai taulan. Karena telah terbayang para bidadari bermata jeli dan pelayan nan putih bersih laksana kaca telah menantinya di surga. Terlebih ketika telah terukir gelombang asa dan harapan, agar dapat berkumpul kembali dengan orang-orang tercinta di jannah-Nya.

Tiada seorang jama’ah pun yang tidak mendambakan haji yang mabrur, sa’i yang masykur (dipuji pelaksanaannya) dan dosa yang terampuni. Namun hanya sebagian kecil dari komunitas umat yang mampu meraihnya.

Saudaraku,
Suatu ketika Mujahid rahimahullah pernah bertutur, mengomentari jama’ah yang menunaikan haji pada masa itu, “Alangkah banyaknya jama’ah haji yang datang memenuhi panggailan Allah pada tahun ini!.”

Ibnu Umar r.a merespon ucapan Mujahid dengan sebuah perkataan hikmah, “Jangan engkau katakan jumlah; banyak atau sedikitnya jama’ah haji. Tapi katakanlah, “Betapa banyaknya para pengendara unta di musim haji atau jumlah kafilahnya.”

Saudaraku,
Imam Ahmad meriwayatkan, bahwa Rasulullah pernah ditanya tentang tanda-tanda kemabruran haji seseorang?, maka beliau menjawab, “Setelah haji dia pulang ke negerinya menjadi seorang yang dermawan dan bangsawan.”

Sepulang dari haji kita merasa ringan untuk membantu saudara-saudara kita yang memerlukan bantuan, merasa ringan untuk berderma, merasa terpanggil untuk mengentaskan kesulitan orang lain dan merasa bertanggung jawab menolong sesama.

Sepulangnya dari tanah suci, setiap perkataan dan ucapan kita menjadi terukur dan terarah, bukan malah ngawur, ngelantur dan semakin parah.

Bila dahulu kita sering membeberkan keburukan dan aib orang lain, maka sekarang kita menceritakan kebaikan saudara-saudara kita. Kita tidak pernah lagi mencela, menyakiti hati, melukai perasaan apalagi memfitnah orang lain. Namun perkataan yang benar, baik dan bijak, itulah yang menghiasi bibir kita. bila kita tidak mampu berkata-kata yang baik, maka diam adalah pilihan yang paling bijak.

Demikianlah potret sederhana dari sosok dermawan dan bangsawan, yang lahir dari tanah suci.

Saudaraku,
Pesanan ini kuutuskan buat para tetamu Allah yang melaksanakan haji tahun ini, untuk mempersiapkan bekal agar haji yang mabrur dapat tergapai dalam kehidupan.

Demi kesempurnaan ibadah haji anda, perhatikanlah hal-hal berikut ini :
Lakukanlah shalat istikharah du’a raka’at agar Allah Ta’ala memberikan ketetapan hati dan kemantapan jiwa untuk menunaikan panggilan Ilahi. Agar segala keraguan dan kebimbangan sirna dari hati. Mintalah saran dan wejangan serta berkonsultasilah kepada ahli ilmu, asatidz dan orang yang mempunyai pengalaman dalam masalah ini. Ingatlah bahwa tiada pernah rugi orang yang melakukan istikharah dan tidak pernah menyesal orang yang meminta saran dan pendapat dari orang lain.

Ikhlaskan niat semata-mata mengharapkan keridha’an Allah Ta’ala dan surga-Nya. Hapuskan segala obsesi dan tujuan duniawi yang semu dan menipu. Lepaskan diri dari kungkungan riya’, sum’ah, cinta popularitas dan yang seirama dengan itu. Abaikan bisikan-bisikan setan yang berupaya untuk menyimpangkan tujuan yang suci ini. Senandungkanlah do’a ke hadirat-Nya agar Dia menganugerahkan keikhlasan dan kelurusan orientasi dalam pelaksanaan ibadah yang agung ini.

Pelajari hukum-hukum yang terkait dengan ibadah haji. Pahami syarat, rukun, wajib dan sunnah-sunnahnya haji. Jangan sungkan untuk bertanya kepada ahli ilmu dan perbanyaklah mentela’ah buku-buku dan bulletin haji agar anda dapat beribadah kepada Allah atas dasar bashirah (ilmu) dan agar anda tidak terjebak pada kesalahan dan kekeliruan yang bisa merusak ibadah haji anda.

Perbanyak senandung taubat dan rintihan istighfar atas segala dosa dan maksiat yang pernah terukir dalam kehidupan. Karena dosa dan maksiat ibarat awan kelam yang akan menutupi langkah dan jalan yang anda lalui. Sinar kebenaran tak mampu menembus hati yang gelap akibat dosa dan maksiat yang diperbuat seorang hamba. Dosa dan maksiat akan menghalangi seseorang melakukan kebaikan dan bahkan bisa jadi seseorang akan melakukan kesalahan dan dosa di tanah haram dan di tempat-tempat yang disucikan.

Berwasiatlah terhadap keluarga, kerabat, sanak saudara dan handai taulan yang ditinggalkan untuk senantiasa bertakwa kepada Allah Ta’ala, istiqamah di atas jalan Ilahi, dan bersabar menghadapi tribulasi dan mihnah dalam hidup dan perjuangan suci. Karena bisa jadi mereka tak dapat menatap wajah anda kembali setelah kepergian ini. Salah seorang salaf berwasiat kepada saudaranya, “Kuberwasiat kepadamu untuk senantiasa bertakwa kepada Allah, karena ia merupakan harta simpanan paling berharga, perhiasan yang paling berharga bila ditampakkan dan tabungan yang paling baik.”

Imam Ahmad bin Hanbal memberikan wasiat kepada Ali al-Muzaini rahimahumallah, “Jadikanlah taqwa sebagai bekalmu dan jadikanlah negeri akherat terpatri di depan matamu.”

Tinggalkanlah buat mereka bekal yang cukup selama kepergian anda dan titipkanlah mereka kepada Allah Ta’ala karena Allah adalah sebaik-baik pelindung dan penolong.

Berbekallah untuk ibadah haji ini dengan bekal yang cukup dan memadai. Berkata seorang laki-laki kepada Imam Ahmad, “Aku ingin pergi ke Mekkah dengan tawakkal kepada Allah tanpa bekal yang mencukupi.”

Imam Ahmad menjawab, “Jika demikian silahkan anda pergi ke Mekkah tetapi bukan dengan kafilah kami.” Begitu pula hendaknya bekal yang anda bawa ke sana adalah dari harta yang halal lagi baik. Hindarkanlah bekal yang diperoleh dari rizki yang haram, yang akan menghalangi kemabruran haji dan terhijabnya do’a serta tersia-sianya suatu amalan.

Pilihlah orang yang shalih dan baik sebagai teman perjalanan. Safar adalah bagian dari azab. Namun di saat anda melakukan safar bersama orang-orang yang shalih, setia, ikhlas, dan mampu menjadi penasehat, maka perjalanan yang melelahkan terasa menyenangkan, seolah-olah kesulitan yang ada telah terhapus, hilang dan sirna.

DR. Nashir az-Zahrany menjelaskan, “Sebuah perjalanan dinamakan dengan safar karena ia akan yusfir (membuka tabir) perilaku dan tabiat seseorang dan membuka tabir jati diri seseorang yang sesungguhnya”.

Ketika Umar bin Khattab r.a melihat ada seorang sahabat yang memuji kebaikan saudaranya, maka Umar bertanya kepadanya, “Apakah anda pernah melakukan safar dengan dia?.” Ia menjawab, “belum”, Umar berkata, “berarti anda belum mengenalnya.”

Jangan lupakan keluarga, sanak saudara, handai taulan dan saudara-saudara anda dari kaum muslimin dan muslimat dalam do’a-do’a tulus anda di tempat-tempat yang disucikan. Dan jangan anda lalai pula untuk berdo’a buat kemenangan dan kejayaan kaum muslimin.

Akhirnya mudah-mudahan Allah Ta’ala memudahkan dan meringankan langkah kaki anda dalam pelaksanaan ibadah haji ini, sehingga haji yang mabrur dapat terwujud di alam realita kehidupan. Amien ya Mujibas Sailin.

Selamat jalan para tetamu Allah, adalah hari yang bersejarah dalam hidup anda. Karena anda mengawali status anda yang baru. Yakni menjadi tamu-Nya di tanah suci. Mudah-mudahan anda dapat memelihara adab-adab anda sebagai tamu Ilahi. Merawat kesucian tanah suci dan mampu mengukir amal-amal suci di sana. Sehingga anda pulang ke tanah air setelah pelaksanaan haji ini dengan menyandang sarjana haji, dengan predikat “haji mabrur”. Amien.

Saudaraku,
Kapan kita menyusul mereka?. Mudah-mudahan dalam waktu yang tiada lama lagi, tahun depan atau tahun berikutnya. Wallahu a’lam bishawab.

(Manhajuna/GAA)

(Visited 323 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Rajab, Sya’ban dan Ramadhan

Manhajuna – Bulan rajab baru saja datang, dan berlalu tanpa terasa. Setelahnya adalah sya’ban, kemudian bulan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *