Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Hikmah / Sudut Pandang Optimistis
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Sudut Pandang Optimistis

Alih bahasa: Ustadz Ahmad Mudzoffar

Seorang istri duduk di ruang kerja suaminya, memegang ballpointnya dan menulis pada selembar kertas:

“Pada tahun lalu, suamiku menjalani operasi pengangkatan batu empedu, yang memaksanya harus bedrest beberapa bulan lamanya. Dan pada usianya yang menginjak 60 tahun itu, diapun harus resign dari pekerjaannya di perusahaan penerbitan yang telah dijalaninya selama 30 tahun..”

“Lalu bapaknya juga meninggal pada tahun yang sama. Masih ditambah lagi, tepat pada tahun itu pula putra kami terpaksa harus mengambil cuti dari kuliahnya di fakultas kedokteran, selama berbulan-bulan, gegara kecelakaan mobil yang dialaminya..”

Lalu di akhir halaman, diapun menutup tulisannya dengan kalimat ini: “Sungguh merupakan tahun yang sangat buruk sekali..!!”.

Sejurus kemudian sang suami masuk dengan niat semula hendak duduk di kursi kerjanya. Namun, saat mengamati pandangan kosong istrinya, diapun mendekatinya. Dan dari balik pundak sang istri dia bisa membaca apa yang telah ditulisnya! Lalu dia tinggalkan ruangan secara perlahan tanpa berkata sepatah katapun!

Akan tetapi hanya berselang beberapa menit saja ia sudah kembali lagi sambil memegang secarik kertas lain yang lalu ia letakkan secara perlahan disamping lembar kertas yang berisi tulisan istrinya tadi..

Sang istripun segera meraih lembar kertas suaminya tersebut, dan langsung membaca isinya sebagai berikut:

“Pada tahun lalu, aku telah sembuh (dengan izin Allah) dari penyakit batu ginjal yang telah menyiksaku selama bertahun-tahun..
Dan aku telah mencapai usia 60 tahun dalam kondisi kesehatan dan kebugaran yang prima.. Alhamdulillah..”

“Selanjutnya (insyaallah) aku akan fokus menulis dan mengarang, setelah terjadinya kesepakatan denganku (dari pihak penerbit) untuk mencetak dan menerbitkan sejumlah buku penting..
Sementara bapakku telah hidup hingga mencapai usia 95 tahun, dengan tanpa menyebabkan kesulitan dan kesusahan bagi siapapun.. Sampai akhirnya beliau wafat dengan tenang (pada tahun lalu), dengan tanpa mengalami derita sakit yang berarti..”

“Selain itu (syukur alhamdulillah pula) putra kamipun selamat dari ancaman kematian akibat kecelakaan mobil, dan akhirnya bisa sembuh serta pulih kembali (berkat pertolongan Allah) dengan tanpa mengalami cacat atau implikasi buruk lain yang timbul..”.

Kemudian sang suami menutup goresan penanya dengan ungkapan berikut:

“Sungguh merupakan tahun yang luar biasa. Dimana Allah telah menganugerahkan kepada kita kenikmatan-kenikmatan yang tidak terhingga. Dan (alhamdulillah) tahun (yang istimewa) itupun berlalu dengan segala kebaikan”.
*******

Coba perhatikan..
Peristiwa-peristiwanya sama saja, itu-itu juga.. Namun (sang suami menyikapi dan membahasakannya) dari sudut pandang yang berbeda dan berdasarkan jiwa optimisme yang indah..

Ya begitulah kita manusia, umumnya terbiasa melihat hal-hal yang (tampak) kurang dalam hidup kita, padahal sebenarnya jumlahnya hanya sedikit saja. Sehingga pikiranpun jadi lebih dominan terfokus pada bagian yang diambil dari kita.. Sementara di saat yang sama, kita justru melupakan dan melalaikan banyak sekali kenikmatan materi dan non matari yang kita miliki..

Begitu pula, dari sisi lain, kitapun terbiasa menafsirkan banyak peristiwa yang terjadi pada kita dengan penafsiran yang selalu negatif. Dan tidak mau berupaya untuk bisa memandangnya dengan pandangan-pandangan (positif) nan indah, yang lebih berorietasi pada nilai dan aspek keimanan, demi mengharap pahala besar dari Allah Ta’ala..

Sehingga gegara ini dan itu, engkaupun jadi mendapati kita:

1. Sangat abai dan sedikit sekali dalam memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya atas semua kenikmatan yang diberikan oleh-Nya kepada kita… Padahal bersyukur adalah jalan untuk mendapatkan tambahan..
2. Selalu merasa sengsara, papa dan merana atas apa yang menimpa kita atau berkurang dari kita..

Padahal itu semua adalah pola sikap yang tidak benar di dalam menjalani hidup, dan hanya merupakan pandangan-pandangan kelam yang (seharusnya) tidak punya tempat di alam pikir seorang muslim sejati..

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Sungguh Allah benar-benar mempunyai karunia (besar) yang dilimpahkan atas manusia, akan tetapi kebanyakan manusia justru tidak bersyukur” (QS. Ghafir: 61).

Ya Allah, jadikanlah kami semua termasuk kelompok orang-orang yang pandai bersyukur dan ahli dzikir, serta saat ada bala’ dan musibah termasuk para penyabar! Amin.

(Manhajuna/IAN)

(Visited 53 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

ETIKA MENDENGAR, KAEDAH ‘8-M’ (Tafsir Qurtubi 11/176)

Bersama Buya (Dr.) Ahmad Asri Lubis (غفر الله له ولوالديه وللمؤنين). Menurut Imam Qurtubi, Ibnu …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *