Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Hikmah / Sungguh Manusia Itu Benar-benar Melampaui Batas!
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Sungguh Manusia Itu Benar-benar Melampaui Batas!

Oleh: Imaduddin Adib (Koran Al-Wathan, Ahad 15 Maret 2020)

Alih bahasa: Ahmad Heryawan

Jauh dari analisis ilmiah berdasarkan uji laborat mengenai wabah virus yang disebut dengan virus corona, akalku yang sederhana dan pemahamanku yang terbatas ini telah menggiringku kepada pemahaman yang lebih dalam mengenai apa yang sedang terjadi sekarang.

Meski saya sebenarnya tidak suka kepada mereka yang selalu mengusung slogan-slogan agama atau masuk ke dalam interpretasi kegaiban sampai batas kesufian, menyimpang dari pemahaman agama yang lurus dan hakikat iman, namun apa yang kami saksikan sekarang ini merupakan peristiwa dahsyat yang harus dipahami oleh orang yang memiliki akal, hati dan jiwa yang beriman.

Sejak awal mula penciptaan sudah ada berbagai tantangan yang dihadapi oleh manusia. Yaitu mencari lahan pertanian, air, api, potensi, tempat tinggal yang aman, serta menjaga diri dari kemungkinan terjadi bencana alam. Manusia pun mengenal tha’un (wabah), malaria, influensa, sapi gila, aids, kanker, dan alzheimer. Setiap kali muncul penyakit, sesudah itu ditemukan vaksin atau obatnya. Dan sesudah itu para ilmuwan meyakini bahwa manusia bisa menjadi aman dari penyakit tersebut.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan kemajuan para ilmuwan, menarik pusat-pusat penelitian untuk berupaya mencari cara bagaimana memanjangkan usia, mengatasi penuaan dini, serta mengkaji tentang kemungkinan keabadian dengan cara rekayasa genetika atau pencangkokan, bahkan hingga berani merekayasa penciptaan manusia dari A sampai Z.

Ilmu pengetahuan dan para ilmuwannya sudah sampai kepada membuat akal pada manusia robot. Juga membuat alat dan perangkat elektronik di dalam tubuh manusia.

Ini semua membawa kita kepada kondisi yang begitu serius, dimana ilmu pengetahuan telah berani melawan kuasa Sang Pencipta. Lantas orang yang pandai pun meyakini bahwa dirinya naudzu billah adalah pengganti bagi Tuhan Yang Mulia.

Arogansi akal manusia dan kebablasan akal keilmuan yang membuat iman itu terlepas, memberikan kepada umat manusia sekarang ini kondisi yang sangat menakutkan. Yaitu berupa kepalsuan, kesombongan, dan ketertipuan jiwa. Hal ini menjadikannya merasa bahwa dirinya dapat melintasi kehendak Sang Pencipta Yang Maha Esa, Dzat yang menata secara mutlak seluruh alam ini.

Setiap kali manusia merasa bahwa dirinya menguasai pengetahuan yang mutlak, sehingga mampu melakukan segala sesuatu, dan bahwa kehendaknya mutlak tanpa batas, maka datanglah pesan dari langit yang mengatakan kepadanya: “Wahai manusia, kamu tidak ada apa-apanya. Kamu hanya sayap nyamuk di hadapan kuasa Allah Yang Maha Esa.”

Nah, sekarang ini semua bangsa yang ada di dunia terisolasi di dalam kamar masing-masing, atau di dalam rumah-rumah mereka. Baik di kampung maupun di kota. Tanpa ada aktivitas penerbangan atau naik kereta. Tidak ada kegiatan ke luar rumah, apalagi berwisata. Atau pergi ke restoran, apalagi ke tempat hiburan. Mereka menyiapkan persediaan air dan makanan. Mereka hidup dengan penuh perasaan cemas, takut, khawatir, kesendirian dan terisolir.

Manusia tadi, sebelum muncul virus corona, biasa berbisnis, bergerak dengan bebas ke sana sini, melancong dari ujung ke ujung dunia, membangun properti, membuat senjata, serta menjual berbagai komoditi mulai dari barang biasa hingga barang yang paling berharga. Ia meyakini bahwa dirinya adalah pemilik bumi ini dengan segala isinya. Bahkan ia bersiap membangun kota di planet yang ada di angkasa.

Berusaha untuk terus maju, melakukan perbaikan, serta membuat kreasi, merupakan penghormatan atas anugerah akal yang dikhususkan oleh Allah kepada kita, sementara makhluk lainnya tidak. Akan tetapi ketika jiwa manusia sudah dihinggapi oleh kesombongan, lalu ia membayangkan bahwa dirinya adalah tuan seluruh alam ini, pemegang seluruh kunci-kuncinya, serta pemilik segala yang ada di alam semesta ini, maka datanglah pesan dari langit yang dengan tegas mengatakan: “Hidupmu bisa jadi dalam bahaya hanya tersebab oleh percikan orang bersin, atau sentuhan pada sesuatu yang tercemar!”

Pesan itu mengatakan: Wahai manusia, ketahuilah hakikat dimensimu, tempatmu dan posisimu di hadapan jagat raya yang besar ini. Lalu perhatikanlah perekonomian dunia sekarang ini, semuanya mengalami kerugian besar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Triliyunan dolar hilang seketika.

Berbagai manufaktur, seperti transportasi udara, bisnis wisata, serta perhotelan mengalami sekarat. Dalam industri minyak terjadi kejatuhan yang sangat drastis sepanjang sejarah hingga mencapai 25 dolar per barrel. Berbagai perusahaan besar dan menengah serta kecil, tidak lagi mengerti apa yang harus dilakukan terhadap para pegawai dan pekerjanya dan bagaimana cara menjamin mereka secara kesehatan dan materi.

Lihatlah berbagai masjid, gereja serta tempat ibadah lainnya, stadion sepak bola, beberapa acara pesta, pertemuan-pertemuan umum, cafe-cafe, serta rumah-rumah makan semua sepi tanpa pengunjung. Bahkan di Masjid Al-Haram dan Masjid Nabawi sangat dibatasi pengunjungnya. Dan untuk pertama kalinya, Paus di Roma menyampaikan khotbah mingguannya tanpa dihadiri oleh jemaat.

Perekonomian, para petinggi negara, pemerintah, ulama, para dokter, dinas kesehatan, nilai mata uang, bursa saham, perdagangan internasional, serta transportasi domestik dan internasional, semua berada dalam tekanan besar yang belum pernah terjadi sebelumnya. Singkatnya: Umat manusia tiba-tiba berada dalam krisis.

Sungguh ini semua merupakan pelajaran yang mengajak kepada seluruh penghuni bumi ini agar merenung dalam-dalam serta memetik pelajaran. Dunia setelah corona tidaklah seperti dunia sebelum corona. Demikian juga nilai-nilai, perasaan, dan keputusan yang diambil oleh umat manusia setelah corona. Penilaian akan dikembalikan dan dikaji dengan perspektif manusia yang rendah hati, tawadhu, dan jauh dari kezaliman (thughyan: kebablasan) yang disebabkan oleh kekuatan ilmu dan materi.

Definisi thughyan (kezaliman) dalam fiqih adalah sikap melampaui batas. Pelakunya adalah orang yang bermaksiat, arogan, dan membangkang. Dalam pengertian lain yang terdapat dalam berbagai kamus bahasa: orang yang tolol, sombong lagi zalim.

Kekuatan ilmu, hegemoni pemikiran material, pertumbuhan yang menakjubkan dalam bidang teknologi ilmu pengetahuan modern serta revolusi komunikasi dan meletusnya ilmu pengetahuan tanpa batas; semuanya menggiring kepala manusia sehingga mereka mengira punya kemampuan untuk mengatur bumi dan segala isinya.

Ketika manusia terpedaya oleh dirinya dan kemampuannya, berlakulah padanya firman Allah Ta’ala: “Sungguh manusia itu benar-benar melampaui batas, karena ia melihat dirinya serba kecukupan.” (Al-Alaq: 6-7). Sungguh Maha benar Allah atas segala yang difirmankan-Nya.

(Manhajuna/IAN)

(Visited 83 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Percikan Hikmah Nablusi

Oleh: Prof. Dr. Syeikh Muhammad Ratib Nablusi (حفظه الله) Alih Bahasa: Dr. Ahmad Asri Lubis, …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *