Oleh: DR Adil Bana’imah (Dosen Universitas Ummul Qura, Makkah)*
Saat ini banyak terjadi kerancuan dalam masyarakat dalam permasalahan Houthi. Siapakah mereka? Apakah mereka termasuk kelompok Zaidiyah? atau Syiah? Maka saya sampaikan tulisan ringkas ini, semoga bisa memberikan pencerahan tentang hakikat mereka.
Sebagaimana diketahui bahwasanya dahulu Zaidiyah merupakan mazhab mayoritas sebelum revolusi rakyat Yaman menetapkan untuk menghidupkan kembali ijtihad Imam AsSyaukani yang lebih dekat kepada mazhab Ahlussunnah, dan sebelum persatuan Yaman berkontribusi dalam penyebaran mazhab Syafi’i.
Mazhab Zaidiyah dinisbatkan kepada seseorang dari yang bernama Zaid bin Ali Zainal Abidin bin Al Husain bin Ali rahimahumullah. Zaid ini membelot dari rezim Hisyam bin Abdul Malik penguasa Dinasti Umayyah dengan bujukan dari penduduk Kufah (syiah). Ketika mereka mengetahui bahwasanya Zaid tidak mengkafirkan Abu Bakar dan Umar, serta tidak menghina para sahabat, mereka menghinanya dan menolaknya, kemudian Zaid tewas dalam salah satu pertempuran melawan pasukan Hisyam.
Di dalam kitabnya -Siyar A’laminnubala- Imam Adz Dzahabi meriwayatkan bahwasanya suatu hari Zaid didatangi oleh sekelompok orang dari Kufah, sepulangnya ia dari bertemu dengan penguasa Irak, Yusuf bin Umar, yang merupakan orangnya Hisyam. Lalu mereka -orang-orang Kufah- berkata: “wahai Zaid, kembalilah maka kami pasti membai’atmu, Yusuf bukanlah siapa-siapa”. Ia pun menuruti perkataan mereka, dan bersiap perang (melawan Yusuf).
Diriwayatkan pula dari Isa bin Yunus, beliau berkata: sekelompok Syiah Rafidhah mendatangi Zaid kemudian berkata, “berlepas dirilah engkau dari Abu Bakar dan Umar agar kami menolongmu”. Maka Zaid menjawab, “tidak akan, bahkan aku berwala’ kepada mereka”. Kemudian kaum Rafidhah tersebut berkata, “kalau begitu kami menolakmu (رفض)”. Sejak saat itulah mereka disebut Rafidhah. Adapun Zaidiyah mengikuti perkataannya dan berperang bersamanya.
Sekte Zaidiyah ini telah lama mengakar di Yaman semenjak Yahya Hamiduddin sukses memisahkan Yaman dari kekuasaan Turki, dan mendirikan negara Zaidiyah hingga tahun 1962 di saat meletusnya revolusi Yaman, dan di saat itu pula berakhir kekuasaan Zaidiyah di Yaman, walaupun hingga saat ini eksistensi mereka tetap kuat.
Mayoritas Zaidiyah mengakui keabsahan khilafah Abu Bakar dan Umar serta tidak melaknat mereka, bahkan mereka ber-taraddhi (mendoakan keridhaan Allah) bagi mereka dan mengakui keabsahan khilafah Utsman terlepas dari beberapa hal yang mereka anggap kesalahan yang melekat dalam diri Utsman. Secara garis besar Zaidiyah memiliki kesamaan dengan Ahlussunnah dalam masalah ibadah dan kewajiban-kewajiban, kecuali beberapa hal kecil dalam masalah furu’. Mereka tidak meyakini adanya Imam Mahdi yang ditunggu kedatangannya, dan mereka juga tidak meyakini bahwasanya para imam terbebas dari dosa sebagaimana yang diyakini Syiah. Di kalangan Zaidiyah sendiri mucul banyak ulama besar yang kemudian mereka menjadi bagian Ahlussunnah seperti: Ibnul Wazir, AsSyaukani, dan AsShan’ani.
Tidak ada satupun dari kelompok Zaidiyah ini yg menyimpang kecuali 3 kelompok, dan mereka saat ini hampir hilang eksistensinya; AlJarudiyyah, AsSolihiyyah, dan AlBatriyyah. Ketiga kelompok ini dalam aqidahnya lebih icondong kepada sekte Syiah 12 Imam (Itsna ‘Asyariyyah), khususnya Aljarudiyyah yang kelompok ini dinisbatkan kepada Abu Aljarud AlHamadzani, yang disebutkan tentang dirinya bahwa dia mati karena minum khamr.
Nah, dari Jarudiyah inilah muncul Houtsi yang saat ini menyebabkan kerusakan di Yaman. Kemudian mereka menambah-nambahi dalam agama secara berlebihan (ghuluw) dan bid’ah, sehingga tak ada sedikitpun hubungan antara Houthi dengan Zaidiyah. Oleh karena itu adalah suatu kesalahan apabila memikulkan tanggungjawab kepada madzhab Zaidiyah dan menuduh mereka dalang pemikiran dibalik aksi para Houtsi.
Houtsi yang ada di zaman sekarang dinisbatkan kepada seseorang yang bernama Badruddin AlHoutsi yang sudah wafat sejak 4 tahun yang lalu dan pada awalnya dia memunculkan pemikiran-pemikiran AlJarudiyah yang sesat dan menggabungkan pemikiran-pemikiran tersebut dengan beberapa pemikiran Syiah Imamiyah. Karena hal tersebut terjadilah perselisihan antara Badruddin dengan para ulama Zaidiyah yang menyebabkan dia melarikan diri ke Iran dan hidup disana beberapa lama, sambil menimba ilmu-ilmu sesat dari Syiah Imamiyah, kemudian dia kembali ke Yaman pada tahun 2002 untuk menyebarkan pemikiran yang ia dapat dari Iran, antara lain; bahwa para sahabat terlaknat dan mereka telah kafir, wajibnya menerapkan khumus (pungutan 1/5 harta untuk ahlul bait/imam), dan hal-hal lainnya yang sesuai dengan ajaran Syiah Imamiyah. Mereka juga mengirim para pemuda Sha’dah (basis mereka) untuk belajar di kota Qom dan Najaf.
Para keturunan Badruddin inilah yang sekarang menjadi para pemimpin kelompok Houtsi dalam melawan rakyat Yaman dan Saudi Arabia. Badruddin AlHoutsi adalah seorang da’i yang menyeru ke paham Syiah, dan anaknya yang bernama Husain merupakan pendiri sesungguhnya Harokah Syabab Mu’min (cikal bakal dari tanzim angkatan bersenjata Houtsi yang lebih dikenal saat ini sebagai Harokah Ansorullah) dan anaknya yang kedua yang bernama Abdul Malik inilah yang merupakan pemimpin pasukan mereka dalam perang yang terjadi saat ini yang banyak disiarkan di berbagai media massa. Husain telah terbunuh 10 tahun lalu oleh pasukan Yaman, sedangkan sang ayah telah mati 4 tahun yang lalu, dan tersisa hingga saat ini sang anak – Abdul Malik- yang terus menerus menyebarkan kerusakan di muka bumi.
sumber: http://www.banaemah.com/Pspeech1.asp?ID=272
(Manhajuna/MAM)