Oleh: Hatta Syamsuddin
Bagi sahabat pelajar yang bertekad menimba ilmu agama, biasanya yang menjadi cita-cita adalah bisa masuk LIPIA atau universitas Timur Tengah terkemuka. Segala persiapan telah dilakukan sejak lama untuk menyambut ujian masuk yang diadakan, namun memang seleksi tidak mudah dilewati begitu saja. Tidak hanya sekedar kemampuan dalam berbahasa arab, namun juga mental yang kuat ditata saat berhadapan dengan penguji. Memang setiap universitas mempunyai ragam jenis ujian yang berbeda, bahkan beberapa mencukupkan diri dengan sistem murosalah (korespondensi) alias pendaftaran jarak jauh. Namun diantara sekian ragam perbedaan yang ada dalam sistem ujian, tentu saja ada banyak hal yang bisa dianggap sama. Karenanya, berikut tips ujian masuk Lipia dan perguruan tinggi Timur tengah, saya sharing disini sekedar berbagi pengalaman pribadi.
1. Ujian Tulis biasanya menghadirkan soal-soal basic tentang Kaidah bahasa Arab dan Ilmu Islam. Karenanya modal awal setidaknya kita sudah membaca kembali buku-buku bahasa arab dasar dan keislaman yang pernah kita pelajari, agar tidak terlampau jauh terlupa. Mungkin anda bisa menelaah buku-buku bahasa Arab yang pernah dipelajari di LIPIA seperti Arobiyatu Lin Nasyi’in, atau Silsilah Durus Lughoh Arobiyah, atau yang terbaru Arobiyah baina Yadaika. Meskipun belum semuanya kita pahami, coba saja beranikan diri untuk membuka kitab-kitab tadi.
2. Jika memungkinkan cari soal-soal ujian tahun-tahun terdahulu, atau yang mirip saja sebagai persiapan sekaligus ajang mengukur diri. Biasanya ada dauroh/ pelatihan yang dilakukan mahasiswa LIPIA bagi pelajar di daerahnya masing-masing. Melalui soal-soal tadi kita akan terbiasa dan memahami gambaran besar metodologi soal.
3. Khusus untuk Tes Lisan, kita akan berhadapan dengan seorang arobiyun mubin yang barangkali kita tidak terbiasa mendengar atau bercakap-cakap langsung dengannya. Pengucapan intonasi seorang Indonesia ketika berbahasa arab tentu berbeda dengan orang arab asli, maka untuk membiasakan diri perlu sebelumnya kita mendengar ceramah-ceramah dalam bahasa arab atau bahkan siaran televisi al-jazeera.
4. Secara umum karakter orang Arab suka mujamalah, dalam bahasa Indonesia mungkin disebut dengan retorika basa-basi. Karenanya dalam tes Lisan bisa juga kita menjawab dengan nada yang ringan, ada unsur candaan, atau hal lain yang membuktikan semangat kita dalam menuntut ilmu agama. Namun tidak direkomendasikan kita terlalu mengiba-iba mencari belas kasihan, atau sebaliknya memuji-muji dengan terlampau berlebihan.
5. Persiapkan hafalan quran dengan baik, apa yang sudah kita hafal pastikan tetap terjaga dengan memurojaahnya secara rutin sebelum ujian lisan. Memang tidak secara spesifik disyaratkan harus berapa juz – meskipun ada juga yang mensyaratkan – , namun dalam tes lisan biasanya kita diminta membacakan beberapa ayat yang kita hafal. Jangan sampai kita hanya mampu menghafal di juz 30, itupun dengan terbata-bata dan penuh kesalahan. Pastikan juga bahwa praktek tajwid kita tidak terlampau di bawah standar.
6. Yang terpenting dari semua itu tentu persiapan mental. Maka ini bisa dilakukan dengan tidur yang cukup di malam sebelum ujian, dan tentu saja penguatan sisi ruhiyah dengan sholat malam dan doa-doa yang terlantunkan di penghujung malam. Niatan yang tulus akan membantu menguatkan mental kita saat ujian. Jangan biarkan yang telah anda persiapkan tercerai berai karena mental yang kedodoran, atau hal teknis seperti bangun kesiangan.
Sumber: indonesiaoptimis.com
(AFS/Manhajuna)
شكرا
عفوا