Manhajuna.com – Mencium anak adalah sunnah Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam. Mencium sebagai salah satu wujud kasih sayang kepada buah hati. Sehingga janganlah ragu apalagi malu untuk melakukannya.
Dalam Shahih Imam Bukhari dan Imam Muslim, ada hadits dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah mencium Hasan bin ‘Ali. Ketika itu ada seorang bernama al-Aqra’ bin Habis at-Tamimi sedang duduk di sisi beliau. Berkatalah al-Aqra’, “Sesungguhnya saya punya sepuluh orang anak. Saya tidak pernah mencium soerang pun dari mereka.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من لايرحم لايرحم
“Siapa saja tidak mengasihi, tidak dikasihi.” (HR. Bukhari 5997 dan HR. Muslim 2318)
Dalam Shahih Imam Bukhari dan Imam Muslim, ada pula hadits dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, ada beberapa orang Badui datang menemui Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka berkata, “Apakah kalian menciumi anak-anak kalian?” Para sahabat menjawab, “Ya.”
Mereka berkata, “Demi Allah! Kami tidak pernah mencium.”
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أو أملك إن كان الله نزع من قلوبكم الرحمة
“Aku tidak kuasa menjamin jika Allah mencabut rasa kasih sayang dari hati kamu sekalian.” (HR. Imam Bukhari 5998 dan HR. Muslim 2317)
Dalam Musnad, ada pula hadits dari ‘Ummu Salamah, suatu hari ketika Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam berada di rumahku, tiba-tiba pelayan (kami) berkata, “Sesungguhnya Ali dan Fathimah ada di pintu gerbang.”
Kata ‘Ummu Salamah melanjutkan periwayatannya, Rasul berkata kepadaku, “Berdirilah dan menjauhlah dari ahli baitku.”
“Aku pun berdiri,” kata ‘Ummu Salamah, “lalu menjauh sedikit tetapi (masih) dalam rumah itu. Selanjutnya, masuklah ‘Ali dan Fathimah membawa Hasan dan Husain. Waktu itu keduanya masih anak kecil. Rasul meraih kedua anak itu dan meletakkan keduanya di pangkuan beliau. Beliau mencium mereka, merangkul ‘Ali dengan salah satu tangan beliau dan (merangkul) Fathimah dengan tangan yang lain. Kemudian, belian mencium Fathimah dan mecium ‘Ali seraya membentangkan kain hitam pada keduanya dan berdoa, “Ya Allah! Kepada-Mu, bukan ke neraka, aku dan ahli baitku.”
Kata ‘Ummu Salamah, aku pun berkata, “Aku bagaimana, ya Rasul Allah?” Rasul berkata, “Kamu juga.”(*) Menurut jalur sanad lain, seperti itu dengan tambahan, “Sesungguhnya kamu pun kepada kebaikan.”(**)
(*) Musnad Imam Ahmad 6/296, 304-305, hadits shahih karena dukungan jalur sanadnya dan hadits-hadits lainnya
(**) Musnad Imam Ahmad 96/292, 304, 323 , dan Sunan Imam Tirmidzi 3871, hadits shahih karena dukungan jalur sanadnya dan hadits-hadits lainnya
Referensi
Fiqih Bayi karangan Ibnul Qayyim al-Jauziyah terbitan Rabbani Press 2010
[Manhajuna/IAN]