Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Kolom / Musibah itu Menguatkan
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Musibah itu Menguatkan

Tidak ada seorang pun yang ingin tertimpa musibah. Namun ketika musibah telah terjadi, tidak ada sikap yang paling terpuji kecuali ridha terhadap ketetapan Allah pemilik seisi langit dan bumi. Bahkan lebih dari itu, dengan sikap dan pandangan positif, justeru dia dapat memetik keuntungan berupa kekuatan-kekuatan yang boleh jadi tidak dapat dia raih seadainya dirinya tidak tertimpa musibah. Ibarat tikungan tajam bagi pembalap yang sepintas membahayakan, justeru disitulah, jika pandai memanfaatkan peluang, sang pembalap akan mampu menyalip dan meraih keunggulan.

Musibah Menguatkan Iman

Musibah dan keberuntungan adalah sama-sama takdir Allah. Namun di antara keduanya, manakah yang biasanya kita anggap sebagai takdir? Yap, musibah! Jarang seseorang ketika sedang beruntung, berhasil, naik jabatan, dll dengan spontan menganggap itu sebagai takdir. Tapi jika dia mengalami musibah, orang beriman umumnya akan langsug kaitkan itu sebagai takdir. Artinya musibah, tentu dengan iman yang masih aktif, lebih cepat menumbuhkan kesadaran seorang muslim akan kebesaran dan kemahakuasaan Allah terhadap alam ini. Artinya, imannya semakin kokoh.

Musibah Menguatkan Mental

Ibarat fisik, akan semakin kuat jika sering ditempa oleh hal-hal yang memberatkannya. Begitulah halnya dengan jiwa, musibah ibarat latihan berat yang harus dia alami. Walau tampak berat, namun di sisi lain akan membuatkan jiwa yang kuat; Sabar, tabah, tangguh menghadapi berbagai cobaan. Hal mana yang sangat dibutuhkan dalam mengarungi kehidupan. Dalam berbagai episode kehidupan, kekuatan mental mutlak dibutuhkan sebelum berbagai kompetensi lainnya.

Musibah Menguatkan Kepedulian

Kepedulian adalah barang mahal dalam kehidupan bermasyarakat. Sesederhana apapun sebuah masyarakt, namun jika masing-masing anggotanya punya rasa saling peduli, saling menolong dan saling berbagi, maka masyarakat tersebut akan sehat dan menyenangkan.

Musibah adalah moment yang sangat besar berpeluang menumbuhkan kepedulian. Bahkan di saat-saat seperti ini, sekat-sekat yang selama ini sering memisah dan membatasi, seperti ras, agama, afiliasi politik, dll, tidak dianggap lagi. Hal ini akan sangat mudah didapati dalam berbagai peristiwa musibah, baik yang sifatnya pribadi maupun masal.

Ketiga perkara ini saja, jika benar-benar diraih dibalik musibah yang dialami, sudah merupakan keberuntungan yang besar

Allah berfirman;

وَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ

(سورة البقرة: 216)

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)

Dahulu orang bijak berkata,

رُبَّ ضَارَّةٍ نَافِعَة

“Betapa banyak perkara-perkara buruk ternyata mendatangkan manfaat.”

(Manhajuna/IAN)

(Visited 121 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Percikan Hikmah Nablusi

Oleh: Prof. Dr. Syeikh Muhammad Ratib Nablusi (حفظه الله) Alih Bahasa: Dr. Ahmad Asri Lubis, …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *