Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Kajian / Adzan dan Pintu Surga
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Adzan dan Pintu Surga

Oleh : Abu Kautsar

Kasih sayang, lemah lembut dan perhatian adalah salah satu sifat dan karakter khusus Rasulullah SAW. Kasih sayangnya meliputi seluruh makhluk hidup manusia, jin, binatang dan tumbuhan.

وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين {الأنبياء ١٠٧}

Tidaklah kami mengutusmu kecuali membawa rahmat bagi alam semesta” [QS. Al-Anbiya : 107]

Kasih sayang yang beliau berikan kepada umatnya bukan hanya sebatas teori dan kata-kata, dan beliau memikirkan umatnya bukan hanya sebatas kebaikan dunianya tapi juga kebaikan sampai akhiratnya.

Fitrah, jika setiap orang punya cita-cita tertinggi dan cita-cita tertinggi seorang muslim adalah bisa menempati syurga-Nya. Namun, seringkali kita saksikan pemandangan yang kontradiktif, kebanyakan manusia ingin masuk syurga tapi amalanya amalan calon penghuni neraka. Banyak manusia terbuai oleh gemerlap dan sibuknya kehidupan dunia sehingga keinginan menjadi penghuni syurga sebatas keinginan dan fatamorgana tanpa dibarengi dengan amalan soleh.

Rasulullah SAW dan para sahabatnya ketika selesai membangun masjid Nabawi di Madinah Al-Munawwarah ditahun pertama hijrah, Islam sudah mulai kokoh, shalat didirikan, zakat dan puasa diwajibkan, hukum had ditegakan dan halal haram telah dijelaskan, tetapi masih ada satu hal yang Rasulullah SAW pikirkan, tentang cara bagaimana membuat seruan untuk mengumpulkan umat Islam shalat berjamaah ke Masjid.

Rasulullah SAW melakukan syura mengumpulkan para sahabatnya dan meminta pendapat dan masukan mereka tentang panggilan shalat wajib, diantara mereka ada yang mengusulkan meniup terompet, tetapi beliau sangat membencinya karena itu adalah tradisi Yahudi. Ada pula yang mengusulkan dengan lonceng, beliau juga tidak menyukainya karena itu juga tradisi Nasrani.

Ditengah kebuntuan syura datanglah sahabat Abdullah bin Zaid bin Tsa’labah bin Abdi Rabbih Al-Khazraj Al-Anshari, lalu menyampaikan mimpinya kepada Rasulullah SAW seraya berkata :”Wahai Rasulullah, tadi malam aku telah bermimpi ada seorang lelaki yang mengitariku lalu melintas seorang laki-laki berpakaian serba hijau, ditangannya ada sebuah lonceng. Lalu aku berkata kepadanya: “Hai hamba Allah maukah engkau menjual lonceng itu kepadaku? Lalu ia menjawab “apa gunanya lonceng ini bagimu ?” Lalu Abdulllah menjawab, “Untuk memanggil orang shalat”. Lalu ia berkata, “Maukah aku tunjukkan sesuatu yang lebih baik dari ini?” Abdullah bertanya, “Apa itu ?” Lalu ia berkata lagi, “Ucapakanlah Allahu Akbar tiga kali (shigah adzan sampai selesai).”

Setelah Abdullah bin Zaid selesai memberitahukan perihal mimpinya kepada Rasulullah SAW kemudian beliau bersabda :

إنها لرؤيا حق إن شاء الله،فقم مع بلال فألقيها عليه،فليؤذن بها فإنه أندى صوتا منك

Sungguh ini mimpi yang benar in sya Allah, berdirilah engkau dengan Bilal dan ajarkan ia bacaan tersebut agar dia mengumandangkannya karena suaranya lebih merdu darimu” (Al-Bidayah wannihayah).

Adzanpun dikumandangkan oleh Bilal, tidak lama Umar Bin Khattab datang menghampiri Rasulullah seraya mengatakan “wahai Nabi Allah..demi yang mengutusmu dengan kebenaran! Sungguh aku telah bermimpi seperti mimpinya”. Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Segala puji bagi Allah”. Dan hadits serupa diriwayatkan juga oleh alhafidz Imam At-Tirmidzi.

Adzan bukan hanya sekedar berfungsi sebagai sarana untuk mengumpulkan orang shalat berjamaah di Masjid, tetapi adzan adalah satu sarana diantara banyak sarana syiar-syiar Islam, dan juga sekaligus menjadi ujian keimanan umat Islam, ujian ketaatan, ujian hawa nafsu sejauh mana sensitifitas hatinya dalam merespon adzan, sedalam apa keimanan seseorang dalam merespon cepat dengan lisan, hati dan gerakan badannya untuk menanggalkan semua aktifitas ketika Adzan berkumandang menembus sampai langit.

Parameter keimanan juga bisa terlihat secepat apa respon menjawab adzan lalu menanggalkan segala aktifitas dunia lalu berwudhu dan masuk Masjid, lalu shalat rawatib secara rutin, rumah di syurga menantinya. Kemudian berdoa sebelum shalat wajib waktu yang mustajab, takbir dan berada di shaff paling depan mendapat doa dari para malaikat dan diakhir shalat setelah salam membaca ayat kursi secara rutin tidak akan tersentuh api neraka.

Adzan adalah salah satu pintu gerbang untuk meraih surga-Nya. Rasulullah SAW bukan hanya menjanjikan pahala bagi muslim yang cepat merespon panggilan adzan, tetapi setelah itu beliau juga menjanjikan, bagi yang sudah bersuci lalu berjalan ke masjid baginya Syurga, dan setelahnya menjanjikan bagi siapa saja yang masuk mendahulukan kaki kanannya lalu mengucapkan dzikir masuk masjid baginya rahmat dari Allah SWT.

Muslim era sekarang banyak mengabaikan adzan, apakah karena ketidak fahaman dan kesibukanya membuat mereka lupa akan keutamaan dan pahala menjawab adzan yang bisa menggugurkan dosa-dosanya dan menjadi safaatnya kelak di hari kiamat sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

إذا سمعتم المؤذن فقولوا مثل ما يقول ثم صلوا علي فإنه من صلى علي صلاة صلى الله عليه بها عشرا ثم سلوا الله الوسيلة فإنها منزلة في الجنة لا تنبغي إلا لعبد من عباد الله وأرجو أن أكون انا هو فمن سأل لي الوسيلة حلت له الشفاعة [رواه مسلم]

Jika kalian mendengar muadzin maka ucapkanlah sebagaimana apa yang diucapkanya. kemudian bersolawatlah kepadaku, karena siapa yang bershalawat kepadaku sekali maka Allah akan bershalawat padanya sepuluh kali, kemudian mintalah wasilah kepada Allah untukku, karena wasilah itu tempat di surga yang diperuntukan bagi hamba Allah, dan aku berharap kamulah yang mendapatkanya, siapa yang minta wasilah seperti itu dialah yang berhak mendapat syafaatku.” [HR.Muslim]

Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda :

عن سعد بن أبي وقاص رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال:”من قال حين يسمع المؤذن : وأشهد أن لا اله إلا الله وحده لا شريك له وأن محمدا عبده ورسوله رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا غفر له ذنبه” [رواه مسلم]

Dari Saad bin Abi Waqas Radiyallahu anhu dari Nabi SAW bahwasanya beliau berkata,”Siapa yang ketika mendengar muadzin mengucapkan “aku bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, tidak ada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwasannya Muhamad adalah hambanya dan utusanya. Dan aku ridha Allah sebagai tuhanku dan Islam sebagai agamaku, maka diampuni dosanya” [HR.Muslim]

Ibnul Qayim menjelaskan, ada lima amalan yang harus dilaksanakan bagi yang mendengarnya yakni: mengucapkan apa yang diucapkan muadzin, membaca shalawat kepada Nabi, mohon kepada Allah untuk Rasulullah SAW wasilah dan keutamaan, mengucapkan dua kalimat syahadat dan ridha bahwa Allah sebagai Tuhan dan Islam sebagai agama dan memanjatkan doa sesuai kebutuhan masing-masing (Jalaaul afham).

Masuk surga adalah kalimat yang mampu menyihir semua manusia, setiap muslim merindukanya dan berusaha sekuat jiwa dan raga merealisasikannya, karena syurga bukanlah keyakinan fatamorgana tapi benar adanya.

(Manhajuna/IAN)

Fathurrahman Abu Kautsar

Fathurrahman Abu Kautsar, pekerja yang sedang berdomisili di Riyadh Arab Saudi. Beliau yang dulu sempat menimba ilmu di Lembaga Bahasa Arab dan Ilmu keislaman Ustman bin Affan Jakarta, juga aktif dalam mengelola Forum Majelis Taklim Riyadh (FORMATRA) sebagai Wakil Ketua. Selain itu ditengah kesibukannya, beliau juga menyempatkan diri untuk menimba ilmu dari beberapa ulama negeri Arab Saudi
(Visited 387 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Tentang Syafa’at

Oleh: Ustadz Abdullah Haidir, Lc. Ingin bicara tentang #syafaat. Semoga bermanfaat… #Syafaat adalah menjadi perantara …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *