Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Kolom / Mengenal Syekh Abdulqadir Jailani (2): Komentar Para Ulama Tentang Beliau
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Mengenal Syekh Abdulqadir Jailani (2): Komentar Para Ulama Tentang Beliau

Oleh ustadz Abdullah Haidir, Lc.

Manhajuna – IbnuKatsir Dalam Kitabnya Al-Bidayah wan-Nihayah berkata;
Beliau sering menyampaikan ceramah  memberikan nasehat yang banyak dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Kepribadiannyaberwibawa, tenang selain dalam masalah amar ma’ruf nahi munkar. Beliau banyakmenerapkan prilaku zuhud, dikenal berhati baik dan memiliki karomah. Parapengikut dan murid-muridnya banyak menuliskan kisahnya, baik ucapan,perbuatannya, maupun karomahnya. Sebagian besar berlebih-lebihan. Dia adalah orang saleh, wara’. Penyusun kitab Al-Ghaniah dan Futuh Algaib. Di dalam keduakitab tersebut terdapat banyak materi yang baik, namun di dalamnya terdapat hadits dhaif dan maudhu (palsu). Kesimpulannya, beliau merupakan salah seorang tokoh ulama yang wafat pada usia 90 tahun. Dimakamkan di madrasah miliknya.
(Albidayah Wa Annihayah, 12/252)

IbnuQudamah;
“Kami menemuinya di akhir usianya. Beliau memberikan kami tempat tinggal disekolahnya. Dia sangat memperhatikan kami, kadang dia utus anaknya Yahya untukmeletakkan alas. Kemudian dikirimakan untuk kami makanan dari rumahnya. Beliaubiasanya shalat fardhu menjadi imam kami….. Aku belum pernah mendengar ada orang yang sering diceritakan karamahnya lebih sering darinya. Akupun belum pernah melihat ada orang yang lebih dimuliakan karena agamanya selain dia….”
(Siyar A’lam Nubala, hal. 39/460, dengan sedikit saduran)

ImamAdz-Dzahabi saat mengawali biografinya berkata;
“Syekh (Abdulqadir Jailani) adalah seorang imam, ‘alim, zuhud, ‘aarif (mengenalAllah), teladan, syaikhul Islam, tokoh para wali, muhyidin (penghidup agama)….”

Namundi akhir tulisannya tentang beliau, Adz-Dzahabi berkomentar,”Kesimpulannya, Syekh Abdulqadir Jailani memiliki kedudukan yang besar. Namun dia memiliki beberapa catatan dalam sebagian ucapan dan perbuatannya,semuanya dikembalikan kepada Allah, sebagian lagi adalah dusta atas namanya.
(SiyarA’lam An-Nubala, 39/457, 471)

As-Sam’aani berkata;
“Abdulqadir (Jailani) berasal dari negeri Jailan, seorang pemuka mazhab Hambali, syaikhzamannya, seorang faqih saleh, taat beragama dan orang baik. Selalu berzikirdan berfikir dan cepat menangis…..
(Siyar A’lam An-Nubala, 39/459)

SyaikhulIslam Ibnu Taimiah memasukkan Syekh Abdulqadir Jailani dalam jajaran tokoh tasawuf yang dianggap masih dalam jalan istiqomah. Beliau berkata;
“Adapun orang-orang yang istiqomah seperti mayoritas syekh salaf, seperti Fudhail binIyadh, Ibrahim b in Adham, Abu Sulaiman Ad-Daroni, Ma’ruf Karkhi, Sarri Siqthi, Junaid bin Muhammad dan generasi awal lainnya. Berikutnya adalah Syekh Abdulqadir Jailani, Syekh Hamad, Syekh Hamad, Syekh Abul Bayan dari kalangan generasi belakangan. Mereka tidak melegalkan kebolehan keluar batasan perintah larangan syari bagi para pelaku ibadah, walaupun mereka dapat terbang di udaraatau berjalan di atas air, tapi (menurut mereka) perintah harus dikerjakan, dan larangan harus dijauhi hingga mati. Inilah pandangan yang benar sesuai petunjuk Alquran dan Sunah serta ijmak kaum salaf.”
(Majmu Al-Fatawa,10/516-517)

(Visited 595 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Tentang Qadha, Fidyah dan Kafarat Dalam Puasa

Oleh Ustadz Abdullah Haidir, Lc. Dalam masalah puasa, ada masalah qadha, fidyah dan kafarat. Bagaimana …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *