Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Kajian / Hadist / Rosululloh dan Prinsip I’tikaf 11 Bulan 20 Hari
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Rosululloh dan Prinsip I’tikaf 11 Bulan 20 Hari

Oleh: Jundi Imam Syuhada

Dimulai dari tadabbur kisah keluarga terbaik, yang diabadikan dari dari banyaknya hadits dan riwayat, keluarga Rosululloh dan umul mu’minin Aisyah. Tidak pernah Rosululloh tersibukkan kecuali dengan sibuknya urusan ibadah jika telah datang 10 hari terakhir Ramadhan, sebagaimana Aisyah menuangkannya dalam hadits dari riwayat imam Muslim

عن عائشة في رواية لمسلم عنها قالت: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يجتهد في العشر الأواخر ما لا يجتهد في غيره كان النبي صلى الله عليه وسلم يخص العشر الأواخر من رمضان بأعمال لا يعملها في بقية الشهر

“Dari Aisyah rodhiallohuanha berkata; Rosululloh sangat bersungguh-sungguh dalam beribadah jika telah masuk 10 hari terakhir, yang dimana kesungguhannya tidak sebesar itu dibulan selain Ramadhan, baginda Nabi juga mengkhususkan 10 hari terakhir Ramadhan dengan amalan-amalan kebaikan yang beliau tidak melakukannya diselain bulan itu.”(1)

Mulai dari membangunkan keluarganya, mengajak untuk lebih _ngegas_ beribadah. Meminimalisir berhubungan muamalah dengan manusia lainnya, sibuk dan tenggelam dalam nuansa ibadah. Selaras dengan kalimat 11 bulan 20 hari dan prinsip itikaf.

Maka menjadi pertanyaan apa hubungan 11 bulan 20 hari dengan prinsip itikaf ? Sadarkah kita dengan ribuan bahkan jutaan dosa telah kita lakukan selama hampir 1 tahun, kebanyakan dosa itu dihasilkan dari interaksi kita dengan manusia, mulai dari lisan yang jarang dijaga, sampai pada tingkah laku yang banyak menyakiti manusia. Banyaknya saudara, teman, keluarga, rekan bisnis, menjadikan kita terseret dalam jutaan dosa.

Maka inilah hikmah mengapa Allah juga Rosulnya mengkhususkan pada 10 hari terakhir, agar kita mempersempit interaksi dengan manusia dan mulai memperbanyak interaksi dengan Allah. Sudah cukupkan dulu untuk urusan dunia dan muamalah pada manusia jika tiba 10 hari terakhir ini, karena tidak semua orang yang masuk bulan Ramadhan bisa sampai pada hari itu. Sudah seharusnya kita puas dengan interaksi antar sesama selama 11 bulan 20 hari.

Kita semua tau bahwa prinsip itikaf itu adalah menyendiri, seperti menyendirinya Rasululloh dahulu ketika menerima wahyu, menyendiri bermunajat dan beribadah sehingga waktu yang digunakan lebih banyak untuk ibadah, berhubungan dengan Allah. Meneladani kepribadian baginda Rasulullah bahwa beliau di 9 tahun terakhir dalam usia tidak pernah melewatkan itikaf. Ada 2 hadits yang dalam konteksnya mempunyai kesinambungan.

” عن أبي هريرة قال: قال رسولُ الله – صلى الله عليه وسلم -: من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه”

“Dari Abi Hurairah berkata, Rosululloh shollallohualaihi wasallam bersabda; Barangsiapa yang berpuasa (di Bulan) Ramadhan (dalam kondisi) keimanan dan mengharapkan (pahala), maka dia akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu”.

” عن أبي هُريرةَ رضيَ الله عَنهُ، أَنَّ رسولَ الله – صلى الله عليه وسلم – قالَ: من قام رمضان إيماناً واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه”

“Dari Abi Hurairah berkata, Rosululloh shollallohualaihi wasallam bersabda; Barangsiapa yang berdiri (menunaikan shalat malam) di bulan Ramadan dengan iman dan mengharap (pahala), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni”

Sebuah keterkaitan kuat antara puasa, tarawih, dan qiyamullail pada bulan Ramadhan. Berujung pada muara kesimpulan menyedikitkan tidur dan mengganti dengan banyaknya ibadah. Mulailah mempersiapkan untuk datangnya10 hari terakhir nanti.

Kalau ini Ramadhan terakhir kita bagaimana ?

(1) Kitab Lathoiful Maarif

(Manhajuna/IAN)

(Visited 78 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Percikan Hikmah Nablusi

Oleh: Prof. Dr. Syeikh Muhammad Ratib Nablusi (حفظه الله) Alih Bahasa: Dr. Ahmad Asri Lubis, …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *