Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Kolom / Sabar; Bahan Bakar Dakwah Yang Tidak Boleh Berkurang
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Sabar; Bahan Bakar Dakwah Yang Tidak Boleh Berkurang

Oleh: Ustadz Abdullah Haidir, Lc.

Manhajuna.com – Bahan bakar yang tidak boleh berkurang di jalan dakwah, apalagi di saat-saat berat adalah sabar. Sebab, berdakwah artinya kita akan berhadapan dengan berbagai macam  goncangan dan badai yang menghadang. Meskipun dakwah mengusung ajaran Islam rahmatan lil aalamiin, justeru demi hal tersebut, ada pohon kebatilan yang harus tumbang, kekuatan zalim yang harus hilang dan pengusung kesesatan yang harus hengkang.

Maka, pastinya dia akan menghadapi perlawanan, karena tidak semua orang dapat menerima rahmat sebagai rahmat, justeru menganggapnya sebagai bahaya dan ancaman  berat. Tak heran, jika kemudian mereka melancarkan  ejekan, tekanan, hingga unjuk kekuatan. Ini memang tabiat dakwah yang tak pernah berubah, sejak dahulu hingga sekarang, sejak Nabi pertama hingga rasul akhir zaman. Maka bersabar adalah bekal penting yang harus dimiliki di jalan ini agar gerbong dakwah terus melaju, berjalan menyusuri lorong kehidupan,  menembus badai tantangan. Sabar tidak boleh kekurangan, apalagi kehabisan.

Suatu saat Rasulullah saw mendapatkan pengaduan yang tidak mengenakkan tentang prasangka buruk yang dialamatkan kepada dirinya. Seketika itu dia ingat dengan kesabaran Nabi Musa alaihissalam  yang menghadapi kedegilan kaumnya, maka beliau bersabda,

رَحِمَ اللَّهُ مُوسَى قَدْ أُوذِيَ بِأَكْثَرَ مِنْ هَذَا فَصَبَرَ

“Semoga Allah merahmati Musa, dia telah disakiti lebih dari ini, namun dia bersabar,” (Muttafaq alaih)

Jika Nabi yang begitu mulianya, sempurna kepribadiannya, lembut perangainya  masih menghadapi cemoohan, berbagai prasangka hingga tindak kekerasan, apalagi kita sebagai umatnya?!  Boleh jadi kita harus mengevaluasi hal-hal yang harus diperbaiki. Tapi jangan sekali-kali mengira bahwa semua itu membuat jalan dakwah ini lurus dan lempang tanpa onak duri menghadang.

Sabar di sini tentu bukan bersifat pasif, juga bukan menganut prinsip gereja ‘Apabila pipi kananmu ditampar, maka berikan pipi kirimu’.  Tapi yang dituntut adalah sabar  yang mendatangkan keteguhan, tidak mudah goyah dan lemah oleh tekanan, tegar menjawab berbagai tuduhan, baik dengan lisan atau perbuatan, terus bekerja dan tidak pernah surut mengayuh langkah di jalan perjuangan. Sementara di sisi lain, emosi tetap terjaga dan tidak hilang kendali diri.

Inilah gambaran kesabaran yang Allah simpulkan dari pribadi para Nabi dan pengikutnya,

وَكَأَيِّن مِّن نَّبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُواْ لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَمَا ضَعُفُواْ وَمَا اسْتَكَانُواْ وَاللّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ (سورة آل عمران: 146)

“Berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikutnya yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, tidak lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imran: 146)

Ketahuilah, tidak ada yang paling menyenangkan musuh-musuh dakwah, kecuali mereka melihat para dai menjadi lesu dan tidak berani lagi mengusung dakwah akibat benturan yang mereka hadapi.  Atau, mereka berharap aktifis dakwah menjadi kalap, emosi liar dan melakukan tindakan merusak tak terkendali sehingga menjadi amunisi berharga bagi mereka untuk membangun opini memojokkan  dakwah.

Sebaliknya, tidak ada yang paling membuat musuh-musuh dakwah merana dan nestapa, kecuali para pengusung dakwah tetap tegar meniti  jalan dakwah walaupun berbagai ujian berat menerpa, serta tetap dapat mengendalikan emosi dan tidak terseret pada tindakan di luar kendali.

Maka, langkah pertama menghadapi guncangan  di jalan dakwah adalah bersabar, berikutnya, bersabar dan seterusnya, bersabar. Apapun yang terjadi di jalan dakwah ini, jika sabar selalu menyertai, sesungguhnya kemenangan sudah kita bukukan dan kemenangan-kemenangan berikutnya kian mendekati kenyataan.  Insya Allah.
Riyadh, Dzulqaidah, 1434 H

Ust. Abdullah Haidir, Lc.

Pembina at Manhajuna.com
Alumni Syariah LIPIA ini adalah pengasuh utama manhajuna.com. Setelah 15 tahun menjadi Penerjemah dan Penyuluh Agama (Da'i) di Kantor Jaliyat Sulay, Riyadh, beliau memutuskan pulang mengabdikan diri di tanah air. Kini selain tetap aktif menulis dan ceramah di berbagai kesempatan, ustadz humoris asal Depok ini juga tergabung dalam mengelola Sharia Cunsulting Center.
(Visited 844 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Tahun Baru = Jatah Usia Kita Semakin Berkurang

Oleh: Ustadz Fir’adi Nasruddin, Lc » يا مُحَمَّدُ، عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ ، وَأَحْبِبْ مَنْ أَحْبَبْتَ …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *