Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Search Results for: abdullah haidir (page 18)

Search Results for: abdullah haidir

Mengenal dan Mensikapi Syekh Abdulqadir Jailani RA. (Bagian 1)

Oleh Ustad Abdullah Haidir, Lc.

Manhajuna – Beliau adalah Syekh Abdulqadir Abu Muhammad bin Abu Shaleh Abdullah Al-Jily, Al-Hambali.

Dilahirkan pada tahun 470 H (1077 M) di Jailan, sebuah perkampungan sekitar 40 km sebelah selatan dari kota Baghdad. Nama daerah inilah yang dinisbatkan pada namanya sehingga dia lebih dikenal dengan sebutan Abdul Qadir Jailani. Kadang ‘Jailani’ disebut juga dengan istilah ‘Kailani’, kadang juga disebut ‘Al-Jiily’

Lahir dan tumbuh di tengah keluarga yang taat beragama. Bapaknya, Abu Shalih dikenal sebagai orang yang zuhud. Masa kecil dilalui dengan gemar menuntut ilmu. Beranjak dewasa, di usia 18 tahun, pada tahun 188 H, beliau pergi ke Baghdad untuk memperdalam ilmu agama. Maka beliau menimba ilmu dari sejumlah ulama di Baghdad.

Guru yang paling berpengaruh baginya adalah Abu Sa’ad Al-Mukharimi. Darinya Syekh Abdul Qadir mendalami fiqih mazhab Hambali sehingga mengantarkannya di kemudian hari sebagai salah seorang ulama terpandang dalam mazhab Hambali. Bahkan buah dari ketekunannya dan kepadaiannya, kurang lebih 30 tahun kemudian, syekhnya; Abu Saad Al-Mukharrimi menyerahkan madrasah yang dikelolanya kepada beliau untuk melanjutkannya. Maka sejak saat itu, jadilah beliau pengajar di madrasah yang didirikan oleh gurunya.

Setelah diamanahkan melanjutkan pengajian di madarasah yang dirintis oleh gurunya, jadilah Syekh Abdul Qadir Jailani sebagai ulama terpandang di tengah masyarakat kota Baghdad. Banyak murid-murid yang berdatangan dan menuntut ilmu darinya. Di antara muridnya yang terkenal adalah Muwaffaquddin yang lebih dikenal dengan Ibnu Qudamah, pengarang kitab Al-Mughni yang menjadi salah satu rujukan utama fiqih dalam mazhab Hambali.

Selain dikenal dengan kedalaman ilmunya, SyekhAbdul Qadir Jailani juga dikenal dengan kemampuannya berbicara dan memberikan nasehat yang sangat menyentuh hati. Hal itu ditambah dengan kepribadiannya yang dikenal sebagai orang yang zuhud dan tak banyak cakap. Maka wajar jika lambat laun semakin banyak orang yang menghadiri pengajiannya. Banyak orang bertaubat dan masuk Islam setelah mendengarkan pengajiannya.

Satu hal lagi yang sangat khas dari riwayat hidup Syekh Abdul Qadir Jailani adalah kisah-kisah tentang karomahnya. Ibnu Qudamah mengatakan, “Aku belum pernah mendengar orang yang banyak dikisahkan karomahnya selain beliau.” Abdul Iz bin Abdussalam, ulama dalam mazhab Syafii mengatakan, “Tidak ada riwayat yang sampai kepada kami tentang karomah seseorang yang disampaikan secara mutawatir selain Syekh Abdul Qadir Jailani.” Akan tetapi, menurut Adz-Dzahaby, penyusun kitab bioghrafi para ulama; Siyar A’lam An-Nubala, “Syekh Abdul Qadir Jailani adalah orang yang paling sering diceritakan karomahnya, namun banyak di antara cerita tersebut yang tidak benar.”

Di antara kisah menarik yang dikutip oleh Azzahaby dari  Ibnu Najjar dari Abu Bakar Abdillah At-Taimi, dia mendengar Syekh Abduul Qadir Jailani berkata,

“Aku pernah mengalami masa yang sangat sulit, sehingga beberapa hari tidak makan. Sehingga aku mencari bekas-bekas makanan, itu pun sering kalah cepat dari orang miskin lainnya. Sehingga ketika merasa aku sudah tak kuat lagi, maka aku berlindung ke masjid, seakan menunggu kematian. Tak lama kemudian masuklah pemuda asing membawa roti dan daging, lalu dia mulai makan. Setiap kali dia hendak menyuap, mulutku pun terbuka. Lalu dia menoleh kepadaku dan memberikan makanannya. Aku menolak, tapi dia memaksa. Akhirnya dengan rasa menyesal aku memakannya. Lalu dia bertanya,

“Apa pekerjaanmu? Sedang belajar ilmu agama?’

“Aku dari kampung Jailan. Apakah engkau kenal pemuda yang bernama Abduul Qadir yang dikenal cucu Abu Abdullah Ash-Shaumai yang zuhud itu?”

“Akulah orangnya.”

Orang itu sangat terkejut… lalu berkata,
“Demi Allah wahai saudaraku, aku tiba di Baghdad dan aku membawa ongkos dari uangku sendiri. Aku tanya kesana kemari tentang engkau, namun tidak ada seorang pun yang memberitahu. Akhirnya uangku habis, aku bertahan hingga tiga hari, tidak ada biaya makanku kecuali dari hartamu.  Maka setelah hari keempat, aku berkata bahwa kini telah halal bangkai bagiku. Maka aku gunakan uang titipan milikmu untuk membeli roti dan daging ini. Makanlah, ini milikmu, sekarang aku yang menjadi tamumu.”

Aku bertanya, “Bagaimana ini?”

“Ibumu menitipkan uang 8 dinar kepadaku untukmu, demi Allah, aku tidak pernah khianat kepadamu hingga hari ini.”

Maka akhirnya aku sambut dia, aku tenangkan pikirannya dan aku berikan sebagian uangnya kepadanya.

Berdasarkan semua itu wajar kalau banyak murid-muridnya yang sangat mencintainya. Sebagian pada taraf berlebih-lebihan. Dari sinilah muncul beberapa sikap melampaui batas terhada Syekh Abdul Qadir Jailani dalam bentuk keyakinan-keyakinan yang tidak dibenarkan oleh syariat dan beliau sendiri tidak membenarkannya. Karena beliau adalah orang yang sangat memperhatikan ketentuan syariat, khususnya dalam masalah halal dan haram.

Dikisahkan bahwa suatu hari Syekh Abdul Qadir Jailani suatu saat sangat kehausan. Tiba-tiba datang awan kepadanya dan menurunkan hujan gerimis, sehingga dia dapat minum dan hilang dahaganya, lalu dibalik awan itu muncul seruan: “Wahai fulan, aku adalah Tuhanmu, dan Aku telah menghalalkan bagimu segala sesuatu yang diharamkan.” Maka dia segera berucap:  “Enyahlah engkau wahai laknat!”, kemudian dengan serta merta awan itu sirna. Ketika ditanya kepadanya dari mana dia tahu bahwa itu adalah Iblis?!, beliau menjawab: “Dari ucapannya: Telah aku halalkan apa yang diharamkan.”

Di usia tuanya, Syekh Abdulkadir Jailani lebihsuka menyendiri di padang pasir dan menerapkan kehidupan zuhud. Beliau hidup hingga berusia 90 tahun. Wafat tahun 561 tahun, dimakamkan di sekolahnya, di Baghdad.

Sumber:

– Siyar A’lam An-Nubala, Adz-Dzahabi
– Karomatul Auliya’illah, Al-Laalika’i

Mari Kita Belajar Bersyukur

Oleh Ust. Abdullah Haidir Lc.

Lihatlah orang sakit, perhatikan yg tertimpa bencana, lihat orang terpenjara, kan kau dapati, pada dirimu ternyata menyimpan segudang nikmat…

Nikmat itu yang penting bukan apa yang kita miliki, tapi apa yang kita rasakan dan syukuri…

Dua orang mendpatkan keuntungan yang sama; Bisa jadi yang satu merasa untung tiada kira, yang satu merasa kurang dan merana… Ini soal bagaimana mensyukuri…

Dalam bahasa Arab antara nikmat نعمة dan niqmah نقمة yang berarti azab sangat tipis bedanya. Nikmat yang sama dpt jadi berkah, dpt jadi azab..

Nikmat menjadi barokah, ketika kita gunakan pada apa yg Allah cintai dan ridhai, tapi jadi sumber azab, kalau digunakan di jalan kemaksiatan..

Bahkan dalam kekurangan, keterbatasan, keterhalangan, keterdesakan boleh jadi tersimpan nikmat.

Betapa banyak kekurangan kita menyebabkan berkurangnya potensi keburukan yang akan kita dptkan apabila diberi kelebihan….

Betapa banyak keterhalangan kita, menghalangi kita untuk melakukan perbuatan nista dan tercela dibanding bila segalanya terbuka…

Betapa banyak keterdesakan kita, mendesak kita untuk kuat berikhtiar dan kian pasrah, dibanding apabila segalanya serba lapang kita rasakan..

Betapa banyak keterpurukan kita, membuat kita terpuruk dan tersungkur di hadapan kebesaran Allah, memohon ampun dan pertolongannya….

Belajarlah mensyukuri hal2 yg dianggap sepele; udara segar, tidur nyenyak, pedasnya sambel,  anak-anak yang sehat, keluarga rukun… dll.

Yang mudah mensyukuri hal-hal kecil, tentu akan lebih bersyukur pada kenikmatan yang lebih besar.

Riyadh, Shafar, 1435.

Keluarga Bahagia Itu Sederhana Saja

Oleh Ust. Abdullah Haidir, Lc.
Manhajuna – Keluarga mesra itu sederhana saja; Kalau suami tanpa beban dapat bilang sama istrinya, “Bu pijitin bapak dong.. pegel neh kerja seharian.” Sementara sang istri di lain waktu juga dapat dengan ringan bilang, “Pak, pijitan ibu dong, pegel neh seharian bersihin rumah…”

Keluarga rukun itu sederhana saja; Kalau suami tanpa beban dapat melihat akun FB, Twitter atau HP istrinya tanpa istri merasa dicurigai dan istri dengan ringan dapat melihat akun FB, Twitter atau HP suaminya tanpa suami merasa dimata-matai….

Keluarga hangat itu sederhana saja; Kalau suami dan istri dapat ngobrol panjang lebar berduaan dengan tema apa saja, dapat diselingi joke ringan sampai bercanda hingga ‘tonjok-tonjokan’….

Keluarga damai itu sederhana saja; Kalau suami dengan tulus memuji masakan istrinya yang sedap sedangkan di lain waktu dengan ringan dapat menegur makanannya yang kurang garam…. Sementara istri tidak terlalu khawatir jika makanan yang dia sediakan membuat suaminya marah, atau bahkan dengan ringan suatu saat dia mengatakan, “Pak, hari ini ibu tidak masak, kita beli saja yak…”

Keluarga akrab itu sederhana saja; Kalau suami senang berkunjung ke rumah orang tua istri dan istri riang jika berkunjung ke rumah orang tua suami. Kalau suami senang membantu keluarga istrinya dan istri dengan suka hati membantu keluarga suaminya…

Keluarga terbuka itu sederhana saja; Kalau istri dengan mudah dapat mengetahui isi kantong dan jumlah uang yang terdapat dalam rekening suami, sedangkan suami dengan mudah mengetahui dan memenuhi kebutuhan istri untuk keperluan diri dan urusan rumahtangganya…

Keluarga cinta ilmu itu sederhana saja, jika suami senang istrinya suka mengaji dan suka hati mengantarkannya ke pengajian walau melelahkan, sedangkan istri tidak menggerutu jika suami pulang malam karena menghadiri pengajian atau mereka datang bersama-sama ke pengajian..

Keluarga damai itu sederhana saja; Kalau suami dapat memahami jika sewaktu-waktu sang istri tidak dapat menunaikan kewajiban yang menjadi haknya dan istripun mau mengerti kalau sewaktu-waktu sang suami tidak dapat memenuhi kebutuhan yang diperlukan istrinya…

Keluarga akur itu sederhana saja; Jika istri dengan mudah dapat mengetahui posisi suami dan apa yang dia kerjakan tanpa suami merasa ‘dibuntuti’ sedangkan istri merasa selalu perlu izin suami jika ingin pergi tanpa merasa dikuasai…

Keluarga tenang itu sederhana saja, kalau marahnya suami kepada istri tidak berujung sumpah serapah dan tidak melupakan kewajibannya terhadap istri dan marahnya istri terhadap suami tidak berujung kata-kata keji dan tidak mengabaikan kewajibanya terhadap suami.

Keluarga aktif itu sederhana saja, jika suami merasa tenang dengan lingkungan pergaulan dan aktifitas istri di luar rumah karena sudah dia ketahui positifnya sedangkan istri juga merasa tenang dengan lingkungan pergaulan dan akifitas suami di luar rumah karena sudah disadari kedudukan dan manfaatnya. . ..

Penjara Dunia

Oleh Ust. Abdullah Haidir, Lc.

 

Manhajuna – Penjara bukan terminal akhir bagi perjalangan seorang pejuang…. dalam sejarahnya, dia sering menjadi tempat singgah para pejuang melawan kezaliman…

Syaikhul Islam Ibnu Taimiah: Apa yg dpt diperbuat musuhku? surgaku ada di dadaku. Dipenjara = menyepi (khalwat), dibunuh = syahid, dibuang = wisata..

Dipenjara karena membawa kebenaran jelas lebih mulai dibanding orang yang bebas karena pandai menyimpan kejahatan…

Fisik dapat dipenjara, namun keyakinan, fikrah, spirit perjuangan, cita-cita dan khayalan tdk dpat dipenjara….!

Lagipula, asalnya, sbg muslim kita ini terpenjara oleh ajaran dan ketentuan Allah. “Dunia adalah penjara mukmin dan surga org kafir.” (HR. Muslim)

Suatu saat Hasan Al-Basri yg berpakaian bagus berjalan, lalu dihadang seorang non muslim yang keadannya lusuh… maka dia bertanya kpdnya

Ya syekh, katanya dunia adalah penjara seorang mukmin dan surga orang kafir, kok engkau tampak perlente sedangkan saya menderita…?

Hasan Albasri menjawab, Seenak2nya orang muslim di dunia, dibanding kemewahan dan kebebasan surga, maka dunia baginya bagai penjara….

Sedangkan org kafir, semenderita2nya di dunia, dibanding kepedihan dan kesengsaraan di neraka, maka dunia baginya bagai surga…..

Jika ada akitifis dakwah dipenjara karena sepak terjang dakwahnya, ketahuilah, ini bukan yang pertama dan terakhir kali…!

Imam Ahmad, Syaikhul Islam Ibnu Taimiah, Sayid Qutub, HAMKA, Syekh Mohmad Ghozali; Di antara dai yg pernah dipenjara. Jasad mereka telah terkubur, namun semangat mereka tetap ‘hidup’.

Perihal Mendirikan Bangunan Diatas Kuburan

Oleh Ust. Abdullah Haidir, Lc.

Manhajuna – Soal mendirikan bangunan di atas kuburan, saya kutipkan dari salah satu kitab rujukan mazhab Syafii “Syarah Al-Muhazzab” yang disusun oleh ulama besar dan menjadi rujukan dalam mazhab Syafii juga… Imam Nawawi rahimahullah…

قال الشافعي والأصحاب يكره أن يجصص القبر وأن يكتب عليه اسم صاحبه أو غير ذلك وان يبني عليه وهذا لا خلاف فيه عندنا وبه قال مالك واحمد وداود وجماهير العلماء

وقال أبو حنيفة لا يكره

دليلنا الحديث السابق قال اصحابنا رحمهم الله ولا فرق في البناء بين ان يبنى قبة أو بيتا أو غيرهما

ثم ينظر فان كانت مقبرة مسبلة حرم عليه ذلك قال اصحابنا ويهدم هذا البناء بلا خلاف

قال الشافعي في الام ورأيت من الولاة من يهدم ما بني فيها قال ولم أر الفقهاء يعيبون عليه ذلك ولان في ذلك تضييقا علي الناس

قال أصحابنا وان كان القبر في ملكه جاز بناء ما شاء مع الكراهة ولا يهدم عليه

Imam Syafii dan para ulama dalam mazhab (Syafii) menyatakan makruh memlester kuburan, menuliskan di atasnya nama penghuninya atau lainnya, serta mendirikan bangunan di atasnya. Hal ini tidak ada perbedaan di antara kami. Inilah yang dinyatakan oleh Malik, Ahmad, Daud dan mayoritas ulama. Sedangkan Abu Hanifa mengatakan, tidak makruh.

Dalil kami adalah hadits sebelumnya. Para ulama dari kalangan kami (bermazaha Syafii) rahimahumullah berkata, “Tidak ada bedanya dalam masalah bangunan, apakah yang dibangun adalah kubah, rumah atau selainnya (tetap dimakruhkan).

Berikutnya hendaknya di perhatikan, apabila kuburannya terletak di pekuburan umum (yang telah diwakafkan), maka hal itu diharamkan. Karena itu, para ulama dari kalangan kami berkata, hendaknya bangunan tersebut diruntuhkan. Masalah ini tidak ada perselisihan pendapat di antara kami.

Asy-Syafii berkata dalam kitab Al-Umm, “Aku melihat para pemimpin meruntukan sesuatu yang dibangun di atasnya (kuburan) dan saya tidak melihat para fuqoha mengecam perbuatan tersebut, disamping karena tindakan tersebut (mendirikan bangunan di atas kuburan) mempersulit orang lain.

Para ulama dari kalangan kami berkata, jika kuburan terletak di tanah milik sendiri, dibolehkan membangun sesukanya, namun tetap dimakruhkan dan tidak boleh dirobohkan (oleh pihak lain).

Periksa Akhlakmu

Oleh Ust. Abdullah Haidir, Lc.


Saat di jalanan, bukan saat di masjid,
Saat di depan anak isteri, bukan saat di depan kiyai,
Saat bersama teman, bukan bersama atasan,
Saat marah, bukan saat senang,
Saat sempit, bukan saat lapang,
Saat sakit bukan saat sehat,
Saat tersinggung, bukan saat tersanjung,
Saat sendirian, bukan saat keramaian.

Imam Ghozali, “Akhlak adalah kondisi kejiwaan yang tertanam kuat sehingga melahirkan sikap perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa berfikir dan menunda-menunda….”

Kepada Panitia Miss World dan Pendukungnya

Oleh Ust. Abdullah Haidir, Lc.

Kepada Panitia Miss World dan siapa saja yang ikut mendukungnya ….

Beritahukan kepada kami, agama apa yang mengajarkan pemeluknya untuk telanjang di muka umum layaknya binatang?
Beritahukan kepada kami, agama apa yang yang mengajarkan memamerkan kecantikan?
Beritahukan kepada kami, agama apa yang melombakan kemolekan?
Beritahukan kepada kami, agama apa yang menjajakan kaum wanitanya di atas panggung untuk dipertontonkan?

Kalau tidak ada….. lah terus agamamu apa?

Nikmati Saja Perjalanan Ini

Oleh Ust. Abdullah Haidir, Lc.


Manhajuna – Jika kita menempuh perjalanan jauh, lalu kita selalu menghitung-hitung setiap kilometer yang kita lewati untuk tiba ditujuan dengan selalu mengulang pertanyaan, ‘Kapan akan tiba?’ Pastilah perjalanan akan terasa melelahkan, tidak menarik dan membosankan. Desah kekesalan kerap akan muncul, rona wajah letih pun kerap timbul.

Bagaimana halnya jika kondisinya kita ubah. Abaikan berapa kilometer lagi sisa perjalanan kita. Toh, tujuannya sudah diketahui, jaraknya pun sudah jelas, waktu tempuhnya juga sudah dapat diperkirakan. Kalau begitu, tinggal kita nikmatilah perjalanan ini. Arahkan pandangan anda kepada pemandangan yang silih berganti dapat anda saksikan di tengah perjalanan, atau lihatlah ke atas, langit cerah dengannya awannya berarak, atau anda dapat membuat acara ringan di dalam kendaraan bersama teman perjalanan, atau bahkan diskusi hangat dengan tema menarik. Maka, bisa jadi kenangan indah selama perjalanan akan lebih membekas di hati ketimbang tempat tujuan yang sudah anda jajaki.

Dalam banyak hal, kehidupan kita sering terjebak pada situasi seperti ini. Ketika sedang belajar sesuatu, kita selalu bertanya, ‘Kapan saya bisa?’ Jika sedang mengawali menulis buku, “Kapan selesainya?” Ketika mengawali usaha, “Kapan untungnya?” ketika sedang menggarap lahan dakwah, “Kapan futuhnya.” dst.

Saya teringat ketika dahulu pernah membuka kursus bahasa Arab. Ada seorang pendaftar bertanya, “Berapa bulan saya bisa bahasa Arab?” Saya hanya menjawab, “Belajar saja yang rajin.” Sambil dalam hati saya berkata, ‘Sejak kecil saya belajar di Madrasah Ibtida’iyah, belajar ngaji sama orang tua, lalu tsanawiyah dan aliyah di pesantren, kemudian masuk LIPIA dengan pengantar bahasa Arab, itupun saya merasa masih belum bisa bahasa Arab. Ini orang bertanya berapa bulan?”

Itulah yang dijawab kiyai saya di pesantren ketika saya mengeluhkan merasa belum dapat apa-apa dalam belajar baca kitab arab. Beliau hanya bilang, “Terusin saja belajar, nanti juga bisa sendiri.”

Bahkan, ketika kita sedang menjalani sesuatu dalam kehidupan ini, di tengah perjalanan sudah kita dapatkan berbagai hal yang dapat kita anggap sebagai hasil dari usaha kita, sebelum kita sampai pada tujuan yang dimaksud.

Jadi…. nikmati saja perjalanan ini….

Riyadh, Syawal 1434

Syair Imam Syafi’i Tentang Para Pengembara

Oleh Ust. Abdullah Haidir, Lc.

مَا فِي اْلمَقَامِ لِـِذي عَقْـلٍ َوذِي َأَدَبٍ ***** مِنْ رَاحَةٍ فَـدَعِ الأَوْطـَانِ وَاغْتَـِربِ

Menetap, bagi orang berakal dan beradab, tidaklah nyaman. Tinggalkan negeri dan mengembaralah

سَافِرْ تَجِـدْ عِوَضـاً عَمَّـنْ تُفَارِقُـهُ ***** وَانْصَبْ فَإِنَّ َلذِيذَ اْلعَيْشِ فِي النَّصـَبِ

Safarlah, kau kan dapat ganti dari yang kau tinggalkan. Berletihlah, sesungguhnya kelezatan hidup pada keletihan

إِنِّي رَأَيـْتُ وُقُـوفَ اْلمَـاءِ يُفْسِـُدُهُ ***** إِنْ سَاحَ طَابَ وَإِنْ لَمْ يَجْرِ لَمْ يَطِـبِ

Aku lihat, air jika menggenang kan rusak. Jika air mengalir, dia kan baik, jika dia menetap air kan rusak

وَالأَسَدُ لَوْلاَ فِرَاقُ اْلأَرْضِ مَا افْتَرَسَتْ ***** وَالسَّهْمُ لَوْلاَ فِرَاقُ اْلقَوْسِ لَمْ يُصِـبِ

Singa, jika tidak meninggalkan tempat tinggalnya, tak dapat buruan. Panah, jika tak berpisah dari busurnya tak mengenai sasaran.

وَالشَّمْسُ لَوْ وَقَفَتْ فِي اْلَفَلكِ دَاِئمَـةً ***** لَمَلَّهَا النَّاسُ مِنْ عَجَـمٍ وَمِـنْ عَـَربِ

 

Matahari, jika berdiam saja angkasa, manusia kan bosan, baik orang Arab atau non Arab

وَالْبَدْرُ لَوْلَا َأفُولُ مِنْهُ مَا َنظَرَتَ ***** إِلَيْهِ فِي كُلِّ حِينٍ عَيْنٌ مٌرْتَقِبِ

Bulan purnama, jika tidak menghilang, engkau tak akan melihatnya dengan penuh rindu.

وَالتِّبْرُ كَالتُّرَبِ مُلْقَـي فِـي أَمَاكِنِـهِ ***** وْالعُوْدُ فِي أَرْضِهِ نَوْعٌ مِنَ اْلحَطَـبِ

Perak jika masih tertanam di tempatnya bagai debu, cendana jika masih di bumi tak beda dengan kayu bakar.

فَـإِنْ تَغَـرَّبَ هَـذَا عَزَّ مَطْلَـبُـهُ ***** وَإِنْ تَغَـَّربَ ذَلِـكَ عَـزَّ كَالـذَّهَـبِ

Tapi jika (cendana) meninggalkan tempatnya, harganya kan mahal, dan
jika (perak) meninggalkannya tempatnya, nilainya bagai emas

Abu Dhabi International Airport, Syawal 1434 H

Mesir-Suriah …. Suriah Mesir, Adalah Satu

Oleh Ust. Abdullah Haidir, Lc.

Mesir-Suriah adalah negeri Islam utama….
Mesir-Suriah adalan negeri para ulama…
Mesir-Suriah adalah negeri tempat menimba ilmu-ilmu Islam…
Mesir-Suriah adalah negeri yang menyimpan sejarah peradaban Islam…
Mesir-Suriah adalah negeri yang menyimpan kisah heroik perjuangan para mujahid..
Mesir-Suriah adalah negeri para syuhada….

Mesir-Suriah kini menghadapi konspirasi besar musuh-musuh Islam….
Mesir-Suriah kini menghadapi pasukan ahzab; Liberal-zionis-syiah-imperialis
Mesir-Suriah kini bermandikan air mata dan darah…
Mesir-Suriah kini harus ada shalat mayat setiap detik….
Mesir-Suriah menghadapi jagal papan atas abad ini; As-Sisi dan Basyar Asad…
Mesir-Suriah kini sedang mengalami tirani minoritas….
Mesir-Suriah kini sedang mencatat sejarah pembantaian sadis di abad modern…

Duka kita satu untuk Mesir-Suriah…
Pembelaan dan pertolongan kita satu untuk rakyat Mesir-Suriah….
Doa-doa dan simpati kita satu untuk korban pembantaian rakyat Mesir-Suriah…
Kutukan kita satu untuk rezim diktator dan pembantai di Mesir-Suriah…

Karena kita umat yang satu, Tuhan yang satu, tauhid yang satu, hati yang satu…..

Smoga Allah merahmati umat ini dan segera menurunkan pertolongannya…. Ya Rahmaan Yaa Rahiiim…

Semoga Allah segera menurunkan azab dan kesengsaraan kepada Assisi dan Basyar Asad dan balatentaranya serta siapa saja yang membantu dan bersimpati kepada mereka…. Yaa Aziiiz Yaa Jabbaar….

Depok, 1434 H