Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Search Results for: abdullah haidir (page 16)

Search Results for: abdullah haidir

Benarkah Saudi Hukum Cambuk Wanita Korban Perkosaan ?

Oleh Ustadz Abdullah Haidir, Lc.

Manhajuna – Pemberitaan yang cukup ramai tentang hukuman cambuk terhadap wanita korban perkosaan di Arab Saudi kembali menjadi berita yang heboh di media sosial. Kontan saja, pemberitaan ini bak durian runtuh bagi kaum liberal yang selama ini memang getol mencari amunisi untuk menyerang negara-negara yang dekat dengan penerapan syariah Islam.

Padahal kalau ditelusuri, media-media lokal (Saudi) tidak ada yang memuat berita tersebut. Justru berita lokal yang sedang menjadi polemik saat ini adalah tentang hukuman cambuk terhadap seorang pemuda yang membuat publikasi tentang paham atheis yang dianutnya. Berita heboh ini beredar di media Twiter, disebarkan oleh salah satu akun yang sangat bersikukuh bahwa peristiwa ini benar-benar terjadi.

Setelah kami telusuri, ternyata ada dua media yang menjadi sumber rujukan tentang pemberitaan ini. Yang menarik, sumbernya tak lain adalah media Iran dan aktivis human rights. Tampaknya sumber ini pula yang dirujuk oleh media tanah air (Koban Pemerkosaan Dijatuhi Hukuman 200 Kali Cambuk). Anehnya, media ini hanya menyebutkan “Press TV” sebagai sumbernya, bukan Iranian Press TV. Kenapa begitu? anda sendiri tentu sudah tahu jawabannya. Masih ingat tentang berita isu pembongkaran makam Nabi Muhammad? (Isu Pembongkaran Makam Nabi adalah Fitnah untuk Mengadu Domba). Maka pemberitaan ini kurang lebih sama kasusnya.

Sumber berita yang kedua berasal kicauan Kenneth Roth, salah seorang direktur sebuah lembaga human rights, yang kemudian berita ini langsung di-RT oleh ribuan orang. Kontan saja berita ini langsung dibantah oleh media lokal Saudi. Tak kurang MBC yang selama ini lumayan dikenal liberal pun ikut membantahnya (كشف-حقيقة-جلد-فتاة-سعودية-مغتصبة). Tak ayal ketika Kenneth Roth menyadari bahwa berita tersebut hoax, maka buru-buru menghapus twit tersebut (بعد اتّهامه السعودية بجلد فتاة مغتصبة.. مدير “هيومن رايتس ووتش” يحذف تغريدته المفبركة). Berita ini menyebutkan bahwa gambar yang dipakai oleh Kennteh Roth dalam twit-nya sebenarnya berasal dari foto peristiwa di Indonesia.

Kemungkinan berita hoax ini didaur ulang dari putusan pengadilan Saudi yang pernah terjadi di tahun 2006 silam berisi tentang pengaduan korban perkosaan. Para pelaku yang berjumlah 6 atau 7 orang langsung dijatuhi hukuman penjara. Sedangkan wanita pelapor dijatuhi hukuman cambuk karena dalam putusan pengadilan, wanita tersebut terlibat dalam kasus yang lain yaitu hubungan gelap. Dalam hukum Saudi, perbuatan zina masuk dalam delik hukum. Jika ada pria dan wanita tertangkap berdua-duaan ditempat yang mencurigakan, pasangan tersebut bisa terjerat hukum. Lalu berita tersebut dijadikan komoditas oleh media barat untuk memojokkan negara Islam, dengan isu sudah jadi korban perkosaan, dihukum pula. Belum lama ini, peristiwa yang serupa juga pernah terjadi di Aceh, dimana wanita korban perkosaan dihukum cambuk dan ternyata wanita tersebut tersangkut kasus lain yang mengakibatkan dia dihukum cambuk.

Berita-berita seperti ini seperti menjadi makanan lezat bagi para kaum liberalis. Begitulah kalau orang yang nalarnya mati, dengkinya setengah mati.

(Manhajuna/GAA-AFS)

Meluruskan Persepsi Tentang Zikir dan Jihad

Oleh Ustadz Abdullah Haidir, Lc.

dzikir

1. Saya mau ngetwit nih tentang zikir dan jihad… serem ga nih judulnya?

2. Insya Allah tidak, karena baik zikir dan jihad, adalah dua kosa kata yang sangat dikenal dalam Islam, bahkan hubungannya sangat erat….

3. Bahkan ada ulama yg berkata, “Sebaik-baik org yang berzikir, adalah yg berjihad. Sebaik-baik orang yang berjihad adalah yang suka berzikir.”

4. Zikir sering dipersepsikan sebagai tindakan membersihkan hati dan jiwa dari berbagai karat dan kehidupan duniawi dengan khusyuk bermunajat.

5. Pemahaman zikir seperti ini tidak keliru, namun tidak utuh. Apalagi jika implikasinya menarik diri dari berbagai problematika kehidupan yang dihadapi

6. Gemar berzikir namun menarik diri dari problematika dan tantangan umat, bukanlah maksud dan tujuan dari syariat berzikir.

7. Justru dengan zikirlah kita mendapatkan energi dan kekuatan jiwa dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan, termasuk ranah perjuangan.

8. Karenanya, zikir mestinya tidak boleh menjadi alibi seseorang untuk melanggar syariat Allah, atau enggan berjuang membela agama Allah.

9. Pihak2 tertentu ingin membelokkan makna zikir sebagai sikap tak peduli dengan aturan syariat dan apatis terhadap problematika umat.

10. Maka jangan heran, ketika Ust. Arifin Ilham sebutkan kita jihad untuk hadapi Syiah, mereka banyak yang marah. Lalu tuduh agenda zikir beliau sebagai kedok.

11. Karena yang mereka mau, kalau orang yang suka berzikir itu, tidak usah bersikap tegas, ‘hatinya bersih’ karena tidak punya musuh.

12. Maka penting bagi kita menyegarkan kembali makna dari syariat zikir yg sesungguhnya, agar tak mudah dibelokkan oleh pemahaman sesat.

13. Zikir memang ibadah yang sangat dianjurkan dalam syariat. Ibadah yang sangat mudah, tapi besar kedudukan dan dampaknya.

14. Dia adalah ibadah yg dpt dilakukan kapan saja, di mana saja (kecuali di tempat yg kotor), bahkan saat junub pun dibolehkan berzikir.

15. Rugilah orang yang tidak suka berzikir. Bukan hanya karena kesempatan pahala yang hilang, tapi juga asupan jiwa yang sngt dibutuhkan pun berkurang.

16. Syaikhul Islam menghabiskan waktunya yang lama setiap harinya sehabis shalat Fajar untuk berzikir.

17. Dia katakan, kebutuhannya terhadap zikir, sama dengan kebutuhannya terhadap makanan. Jika hari itu tidak berzikir, maka dirinya akan lemah.

18. Maka sesibuk apapun kita dlm berbagai aktifitas, termsuk dalam dakwah dn berbagai perjuangan… jangan lupakan zikir…. zikir… dan zikir.

19. Bahkan di sanalah salah satu sumber keberhasilan kita atau solusi atas setiap permasalah kita.

20. Bahkan Ibnu Katsir berkata, Allah akan memberikan kepada orang-orang yang suka berzikir, lebih banyak daripada orang yang suka meminta…

21. Tak harus masuk tarekat atau disebut sufi utk rajin berzikir. Setiap muslim, seharusnya orang yang rajin berzikir.

22. Sejak bangun tidur sampai tidur lagi, nyaris tidak ada aktifitas harian yang tidak diajarkan zikirnya. selain zikir yang dapat dibaca kapan saja

23. Namun, sekali lagi, jgn jadikan zikir ini sebagai alibi untuk melanggar aturan syariat, atau abai terhadap perjuangan umat.

24. Apalagi makna zikir yg utuh adalah, hati yg selalu ingat Allah, lisan yang selalu sebut nama Allah dan gerak yang taat terhadap ajaran Allah,..

25. Dalam Alquran, makna kata zikir dan variannya sangat beragam… dia dapat bermakna ilmu, Alquran, peringatan, penjelasan, shalat, dll.

26. Ahluzzikri yg disebut dlm Alquran adalah para ulama yang ilmunya mumpuni dan dekat kepada Allah…

27. Dalam hadits tentang haji, Rasulullah saw perintahkan thawaf, sai, melontar jumrah, sebagai bentuk zikir kepada Allah… karena ketaatan adalah zikir.

28. Maka, hakekatnya, majelis zikir itu adalah majelis utk mengingat Allah, menuntut ilmu Allah, melaksanakan dan perjuangkan syariat Allah

29. Gemar berzikir, tapi enggan mempelajari ilmu agama yg benar, apalagi enggan perjuangkan agama, bukanlah zikir yg dikehendaki dalam Islam.

30. Karena itu, dahulu, Fudhail bin Iyadh pernah disurati dan dinasehati oleh Abdullah bin Mubarak.

31. Disaat kaum muslimin sibuk berjihad menghadapi pasukan Tartar, dia asyik dengan kekhusyuan ibadahnya di Masjidil Haram.

32.Bahkan beliau berkata “Wahai ahli ibadah di Tanah Haram, jika kau perhatikan perjuangan kami, kan kau dapati bahwa ibadahmu adalah main-main”

33. Para ulama kita hingga masa-masa belakangan, yang menjadi pejuang heroik berjihad melawan para penjajah, dikenal sebagai ahli zikir.

34. Hubungan zikir dn jihad memang erat. Dalam surat Al-Anfal: 45, Allah perintahkan para mujahid untuk teguh berjuang seraya terus berzikir.

35. Justeru, jihad adalah bagian dari zikir itu sendiri dan zikir adalah salah satu unsur dasar dalam berjihad.

36. Jangan ada dikotomi antara zikir dan jihad atau membanding-bandingkan mana yg paling baik, berzikir ataukah berjihad.

37. Adakah medan jihad di Negara kita. Amat banyak. Jihad intinya adalah mengerahkan segenap tenaga dan potensi bela agama Allah.

38. Diantara jihad terbesar sekarang ini adalah jihad menghadapi aliran dan pemikiran sesat yang kotori kesucian ajaran agama.

39. Menyadarkan umat, membongkar kesesatan aliran-aliran sesat, rapatkan barisan umat, adalah jihad yang amat dibutuhkan kita sekarang.

40. Ini memang sangat tidak disukai oleh para pengikut aliran sesat dan simpatisannya. Jangan sampai sikap kita diarahkan oleh mereka.

41. Mari kita hidupkan semangat bezikir sekaligus semangat berjihad dengan makna yang utuh dan benar. Wallahu a’lam.

Sumber: http://chirpstory.com/li/252832?page=2

(Manhajuna/AFS)

Besarnya Keutamaan Sholat Jama’ah

Oleh Ustadz Abdullah Haidir, Lc.

sholat

Bagaimana #ShalatBerjamaah kita hari ini? Izinkan saya berbagi menasehati diri dan semua ttg kedudukan dan kemuliaan Shalat Berjamah

Syariat ttg #ShalatBerjamaah tdk diragukan lagi. Tak ada ulama yg mengingkarinya. Karena ayat2 dn haditsnya, juga hikmanya sangat jelas…

Kalaupun ada perbedaan ttg hukum #ShalatBerjamaah, itu seputar wajib tidaknya, minimal dia dianggap sunah, itupun sunah yg sngat ditekankan

Namun perbedaan pendapat para ulama ini jgn membuat kita meremehkan perkara #ShalatBerjamaah. Krn dalil2 yang menyatakan wajib sangat kuat..Bahkan kalaupun kita memilih pendapat bhw #ShalatBerjamaah tdk wajib, tp sunah, itupun bukan berarti kita gampang meningglkannya begitu saja

Jgn terpaku pd terminology fiqih bhw sunah itu dikerjakan berpahala, ditinggalkan tdk apa2, lalu kt wujudkn dg mengabaikan #ShalatBerjamaah

Lihat pula dg paradigma lain, bhw sunah itu dikerjakan berpahala, ditinggalkan rugi, krn menyia2kan kebaikn, apalgi semisal #ShalatBerjamaah

Betapa tdk rugi org yg mengabaikan #ShalatBerjamaah, sederet keuntungan dunia dan akhirat dia abaikan begitu saja.

Keutamaan #ShalatBerjamaah tak terbilang. Sebagian jelas2 disebutkan dlm hadits, sebagian lagi bersifat ikutan yg dpt kita simpulkan

Fadhilah #ShalatBerjamaah yg paling terkenal adlh mendapatkan 27 derajat, dlm riwayat lain, 25 derajat lebih banyak dibanding shalat sendiri

Namun sesungguhnya keutamaan #ShalatBerjamaah masih banyak lagi selain yg tercantum dalam hadits tsb. Baik yg tersurat ataupun tersirat…

Bahkan dg hadits itupun saja, semestinya sudah menggerakkan jiwa dan fisik kita utk gemar #ShalatBerjamaah… apalagi dg keutamaan2 lainnya.

Jadi, fadhilah atau keutamaan #ShalatBerjamaah itu bukan cuma urusan 25 atau 27 derajat, masih banyak dari selain itu…

Dengan #ShalatBerjamaah, umumnya akan menggiring kita untuk shalat di awal waktu, amalan yg kata Nabi saw termasuk amalan utama.

Hal ini pada gilirannya akan menutup celah kita melalaikan shalat akibat menunda2 pelaksanaannya #ShalatBerjamaah

Di sisi lain, shalat di awal waktu akan membuat kita ringan dg aktifitas sesudahnya. tdk digelayuti beban krn blm shalat #ShalatBerjamaah

#ShalatBerjamaah termasuk syiar Allah. Menghidupkannya pertanda takwa masih bersemayam di dada. Syiar Allah adalah ibadah yg tampak

وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ – الحج 32
Siapa yg agungkan syiar2 Allah, sungguh itu dr ketakwaan hati

Mengagungkan syiar Allah yg paling utama adalah mengerjakan ibadah yg memang harus tampak agar memasyarkat #ShalatBerjamaah

Jgn beralibi takut riya sehingga enggan #ShalatBerjamaah. Ikhlaskan ibadahmu, shalatlah berjamaah!

#ShalatBerjamaah merupakan cara paling riil utk memakmurkan masjid. Memakmurkan masjid adalah indikasi kuat keimanan (At-Taubah 18)

Jangan sampai masjid yang megah dalam fisik dan arsitekturnya, namun sepi dari #ShalatBerjamaah. Kemegahan masjid justeru pada jamaahnya..

Masjid yang ramai dg #ShalatBerjamaah dijamin akan megah..
Masjid yang megah tidak menjamin ramai ShalatBerjamaah…

Takmir berasal dari kata تعمير artinya meramaikan masjid. Meramaikan masjid yang paling utama adalah dg #ShalatBerjamaah

Maka tugas utama takmir masjid sesungguhnya adalah bagaimana agar penduduk di sekitar masjid gemar #ShalatBerjamaah

Tentu yg paling utama adalah pengurus atau takmir masjid sendiri rajin #ShalatBerjamaah, berikutnya tinggal cari cara ajak masyarkat..

#ShalatBerjamaah membuat gerak kita bertambah, pahala berlimpah, hubungan sosial pun makin berkah. Fisik dn sosial sehat, pahala pun didapat

#ShalatBerjamaah membuka peluang amal2 kebaikan, doa keluar rumah, langkah2 berpahala, doa menuju masjid, doa masuk masjid, tahiyatul masjid

Peluang amal lain dari #ShalatBerjamaah, ucapkan salam bertemu saudara, menunggu shalat, berbincang hangat dan tebar senyum dg saudara2..

Lebih khusus fadhilah #ShalatBerjamaah ada pada shalat Isya dan Shubuh. Dua shalat ini yg dahulu org munafik berat melaksanakannya

“Siapa yg #ShalatBerjamaah Isya, seakan dia qiyamullail setengah malam. Jk juga shalat Shubuh berjaamah, seakan shalat malam full” (hadits)

#ShalatBerjamaah Fajar atau Shubuh, lebih khusus lagi. Org yg shalat Shubuh berjamaah, mendapat jaminan dr Allah…

“Kabar gembira bg mereka yg menembus gelap utk menuju masjid (#ShalatBerjamaah), baginya cahaya sempurna di hari kiamat.” (HR. Tirmizi)

#ShalatBerjamaah Shubuh mestinya paling ramai di masjid2 kita, krn umumnya warga ada di rumah. Kenyataannya? Mari periksa diri masing2…

Demikian.. sharing ttg #ShalatBerjamaah. Kita semua punya kewajiban menyuburkan amal besar ini di tengah masyarakat. Mulai dr diri sendiri.

@abdullahhaidir1, chirpstory.com/li/248378

(Manhajuna/AFS)

Kultwit Jawaban Atas Tuduhan @sahal_AS: Siapakah Yang Nalarnya Bengkok Dan Picik?

Jawaban Atas Tuduhan @sahal_AS oleh Ustadaz Abdullah Haidir, Lc. (@abdullahhaidir1)

http://chirpstory.com/li/253148

  1. Bismillah, saya ingin tanggapi kultwit @sahaL_AS BENGKOKNYA NALAR SBG SUMBER KEPICIKAN DAN INTOLERANSI chirpstory.com/li/252874
  2. @sahaL_AS kembali mempermasalahkan pihak yg mengharamkan ucapan selamat hari raya agama lain sbg sikap intoleran dn kebengkokn berpikir..
  3. Tak dinafikan, mengucapkan selamat hari raya agama lain adalah masalah ikhtilaf ulama masa kini, antara yg membolehkan dn melarang.
  4. Meskipun Ibnu Qayim sempat menyatakan bhw haramnya mengucapkan selamat hari raya agama lain adalah perkara ijmak.
  5. Tapi ok lah, ulama masa kini yang membolehkannya pun diakui kredibiltasnya plus argumentasinya…dr mulai Rasyid Ridha, Alqardhawi, dll
  6. Begitupun yg mngharamkannya, disuarakan o/ ulama2 yg kredibel, lngkap dg dalil dn istidlalnya. Ulama2 Saudi umumnya berpndapat demikian
  7. Bisa digoogling argumentasi masing2….., meski lumayan panas diskusinya, tapi sangat hidup dan ilmiah…
  8. Jd, kalau hal ini dimasukkan sbg ranah ikhtilaf, ga perlu saling menjudge, masing2 silakan sampaikan sikapnya dg argumentatif.
  9. @sahaL_AS pun mestinya konsisten, jgn pula dia menjudge bhw yg mengharamkannya adalh org2 yg berpikir bengkok dan bernalar picik…
  10. Apalagi di awal twitnya dia mengutip ucapan AlGazali bhw ulama suu’ adalah yg terlalu gampang berfatwa tanpa mendalami dalil….
  11. Ucapan ini boleh jadi benar, namun @sahaL_AS ingin menggiring opini ini kpd ulama yg mengharamkan ucapan selamat hari raya agama lain..
  12. Beginilah kalau ucapan para ulama sering dieksploitir, “anak kecl” berani berikan stigma kepada para ulama besar.
  13. Tak sepakat dg pendapat seorang ulama itu wajar, apalagi jk punya argumentasi. Tp jgn berikan stigma buruk seperti itu….
  14. Jika demikian, apa bedanya @sahaL_AS dgn orang2 yg sering dia kecam krn sikap kasarnya. Jk mrk kasar kpd anda, anda kasar kpd ulama.
  15. Lebih parah lagi @sahaL_AS menggiring masalah ini kpd opini yg kuat mengandung dusta…moga tdk sengaja. Kalau sengaja, allahulmustaan.
  16. Di no. 23, dlm kultwitnya, @sahaL_AS katakan bhw wahabi haramkan ziarah kubur dan keris. Saya pastikan ini dusta!
  17. Istilah wahabi itu sendiri sangat debatable. Ok lah, disepkati saja, wahabi itu ulama2 saudi. Entah, mengapa sensi bener sih sama ulama saudi?
  18. Mohon @sahaL_AS buktikan kalau wahabi haramkan ziarah kubur dan keris. Kalau terbukti ada, saya tak ragu bersama anda utk menentangnya
  19. Lebih 15 tahun saya tinggal di Saudi dan di tengah2 ‘wahabi’ tulen, belum pernah saya dengar ada yg haramkan ziarah kubur..
  20. Justeru yg ada, anjuran utk banyak berziarah kubur. Di masjid dekat saya tinggal, disediakan bus antara jemput gratis ke kubur, setiap hari
  21. Kalau pun ada larangan dn peringatan, adalah pd tata cara ziarah kubur yang, berdasarkan sejumlah dalil, tidak sesuai dgn panduan syariat.
  22. Kalau @sahaL_AS tak setuju, misalnya, dg beberapa pendapat dlm masalah ziarah kubur… sebutkanlah secara detail, berikan dalilnya…
  23. Jangan generalisasi masalah spt itu, apalagi jika akhirnya mengundang antipati berlebihan yg tidak perlu di antara umat Islam.
  24. Kalau @sahaL_AS sering gaungkan kerukunan antara umat beragama, mestinya dia lebih gaungkan kerukunan antar ‘faksi’ dlm tubuh kaum muslimin sendiri
  25. Bikin stigma buruk kpd ulama, lalu tebar dusta thd sebagian kaum muslimin, apakah itu bukan memperkeruh dlm tubuh kaum muslimin?
  26. Belum lagi dari segi akhlak. Apakah spt itu akhlak dan etika moral yang sering digaungkan oleh @sahaL_AS thd ulama dan kaum muslimin?
  27. Begitupun soal keris. Tidak ada yg mengharamkannya. Kalau pun ada paling juga soal keyakinan dan ritual yang menyertainya…
  28. Jika keris dianggap sebagai jimat dan menyimpan kesaktian atau sumber barokah, siapakah ulama yang membolehkannya? Tidak ada!
  29. Tapi kalau disimpan sbg barang antik biasa, sekedar hobi, tidak ada ulama yg mengharamkannya! Sama lah spt cincin giok, dll. Jangan lebay!
  30. Adapun soal patung…. dalil keharamannya banyak pak @sahaL_AS! Ibnu Hajar dlm Fathul Bari nyatakan itu sebagai ijmak!
  31. Apa mau bilang Ibnu Hajar Al-Asqolani wahabi gara2 haramkan patung? Silakn kalau berani! Nanti saya laporkan kpd para kyai NU..:)
  32. Sekarang ini, utk bangkitkan sentimen massa, jk ada yg berpendapat berbeda tingga bilang, itu org wahabi
  33. Padahal sering, apa yg sering diuduh sbg pendapat wahabi, tak lain jga pendapat ulama2 salaf yg mrk hormati. Di situ saya mrasa sedih..:)
  34. Kalau kalangan awam, masih wajar, tapi terpelajar, kandidat Phd, masih bawa2 sentimen Wahabi dlm diskursus keagamaan, menyedihkan
  35. @sahaL_AS pun bermain2 dg hukum syirik dg mengatakan bahwa niat menentukan sebuah perbuatan syirik atau bukan…
  36. Memberi statment dg kalimat ini tanpa penjabaran rinci, rawan penyalahgunaan… bahasan ttg tauhid itu harus jelas, lugas, bkn diplomatis
  37. Niat dpt menghindarkan seseorang dr syirik jika dia dipaksa, spt Ammar bin Yasir yg dipaksa mengucapkan kalimat kufur, lalu dia ucapkan
  38. Tapi kalau perbuatannya sudah dihukumi syirik dan dia tdk terpaksa, spt berdoa kpd selain Allah, dia tetap dihukumi syirik, walau niatnya benar.
  39. Kalau niat begitu saja dianggap dpt menghalangi status org dr hukum syirik, kaum musyrikin pada masa Rasulullah saw dianggap tdk syirik.
  40. Sebab, dlm Surat Az-Zumar: 3 Allah sebutkan alasan mrk menyembah berhala, tujuannya adalah utk beribadah kpd Allah. Tp niat mrk tdk guna
  41. Terakhir soal Valentin..@sahaL_AS tampaknya sangat bersemangat mmbela org2 yg merayakan valentine, dn sangat sinis thd mrk yg melarngnya
  42. Padahal tidak ada agama yg mengusung perayaan valentine ini. @sahaL_AS sendiri mengakui bhw ini cuma ikon global, tergantung pemaknaanya
  43. Sekarang tinggal kita lihat saja pemaknaannya yg terjadi di generasi muda kita? Mohon kita obyektif thd masalah ini…
  44. Tengoklah satu berita saja ttg pemaknaan Valentine di Negara kita… surabayapagi.com/index.php?read… Ini di Jombang lho… bagaimana di Jakarta?
  45. Memang Valentine bkn satu2nya sebab kerusakan moral ..Tapi kalau jelas berdampak, apa salahnya dilarang..adakah penganut agama yg marah?
  46. Lagi2 ini terkait masalah moral yang sering digaungkan @sahaL_AS apakah masalah moral cuma soal berbuat baik thd penganut agama lain?
  47. Bukankah presiden kita, YTH Bapak Joko Widodo, juga sudh gaungkan revolusi mental? Alhamdulillah, beberapa pemda telah larang Valentine
  48. Ketimbang buang energy, sinis thd mrk yg mengharamkan Valentine, mengapa @sahaL_AS tidak buat kultwit nasehat kpd para remaja ttg moral
  49. Siapakah yg hatinya tak terluka membaca berita anak2 muda terlibat dlm seks bebas spt itu demi sebuah perayaan jahiliah?
  50. Demikian tweeps.. moga bermanfaat.. in uriidu illal ishlaah wa maa taufiiqii illaa billah…

(Manhajuna/AFS)

Mensikapi Penyerangan Gerombolan Syiah Terhadap Pesantren Azzikra

Oleh Ustadz Abdullah Haidir, Lc.

Manhajuna – Aku Muslim, Suni, Cinta NKRI, Cinta Damai. Aku Tolak Syiah!

“Saya bukan syiah.” (kata penyerang pesantren Azzikra) Jalaludin Rahmat, awalnya juga ngga mengaku Syiah…. taqiyah buat mrk memang ibadah…. mau apalagi.

Kalau cinta NKRI ya menolak Syiah, bukan mendukungnya, atau membelanya. Mau kayak Yaman atau Irak, dicaplok mereka?

Kalau anti syiah dibilang mengancam persatuan dan kerukunan. Dulu yg teriak2 anti FPI, malah didukung….

Para ulama semisal Syekh Assibai dan terakhir Syekh Qardhawi sudah berusaha mencari titik temu dg Syiah, yg ada adalah kekecewaan.

Bisakah ditemukan antara kita yg menjadikan penghormatan thd sahabat sbg ibadah dg kaum syiah yg mencela mrk sebagai ibadahnya?

Masalah syiah memang bukan sekedar masalah perbedaan dalam beragama, tapi pelecehan terhadap agama…

Siapakah yg dpt terima jika ada isteri seorang kyai djawa dilecehkan dn dinistakan? Syiah melakukannya thd isteri Nabi kita !!! mau apalagi

Camkan, tolak syiah, bkn hanya lindungi Idiologi, tapi juga selamatkan NKRI. Sebab syiah kini bkn hnya gerakan idiologi, tp juga politik!

Sudan dan Malaysia adalah teladan dlm hadapi syiahisasi…. larang semua lembaga2 ‘dakwah’ mereka atas nama apapun…

Jangan sok cinta damai dan bela persatuan demi membela syiah. Yang dibela kini sedang kudeta di Yaman dan kuasai Negara dg senjata….

Yg jatuhkan bom gentong di atas kepala rakyat Suriah, siapa? Ya rezim bashar yg Syiah dan jelas2 didukung Iran. Mau simpati gimana dg Syiah?

Bagaimana nasib kaum suni di Irak? Tertindas. Bahkan banyak imam masjid yang dibunuh milisi syiah. Mau simpati bagaimana dg Syiah?

Saya dukung total ust. Arifin Ilham yg tegas nyatakan tolak syiah… Para ulama mestinya ikuti langkah beliau, tegas dan lugas thd syiah!

Bg yg tidak percaya berarti tak cinta NKRI , Jokowi & Jusuf Kalla yg buka & tutup Kongres @sahaL_AS @abdullahhaidir1 pic.twitter.com/WpRjTynClL

Jangan lupa, kelompok houtsi, Syiah Yaman, asalnya juga kelompok kecil tak diperhitungkan. Setelah besar mrk angkat senjata dan kudeta…

Semoga pihak keamanan dan para pejabat sadar, masalah syiah, bkn masalah perbedaan dlm agama, tapi ancaman bagi Negara…

Din Syamsudin diingatkan tokoh Muhamadiyah ttg bahaya Syiah… news.fimadani.com/read/2015/02/1

Ada org mencaci maki ibu kita. Kita murka. Lalu ada yg bilang kt memancing permusuhan dan menebar kebencian. Apakah terima dianggap spt itu?

Syiah cacimaki ibunda kita; Aisyah ra. Kita nyatakan mereka sesat dan kita kecam. Lalu kita dituduh tebar kebencian dan permusuhan?

Ada yg hina orang2 yg sangat kt cintai. Kita tentang mrk, tapi mrk tetap ngeyel. Kita terus tentang mrk. Lalu kita dituduh tebar kebencian?

Suni serang kelompok syiah, syiah tertindas
Syiah serang suni, syiah terprovokasi ‪#‎terliberal‬

Syiah diserang = terzalimi
Syiah menyerang = membela diri #terliberal

Syiah dibunuh = biadab
Syiah membantai = perang saudara #terliberal

Lebih percaya fatwa MUI Jatim, para ulama juga banyak yg peringatkan kesestan mrk @dimyat1Bagaimana pandangan ust? nasional.kompas.com/read/2012/09/0

Aku suni, bukan syiah. Karena aku berpedoman pada Alquran dan Sunah.

Bukan suni, bukan syiah,bukan ahmadiyah…(kata sebagian orang) Lalu jadi apa dong? Lalu buat apa para kyai kita ngajarin aswaja di pesantren2. ‪#‎pelecehanterselubung‬

Orang yg bilang “Aku bukan Suni, bukan Syiah” ada dua kemungkinan; Ga paham aqidah, atau sedang bersilat lidah…

Majelis Az Zikra Itu Moderat, Kok Diserang?: Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) menyesalkan penyerangan o… 

Hadhratussyaikh Hasyim Asyari sesatkan syiah. Santrinya tolak sesatkan syiah. Pilih siapa? islampos.com/fatwa-lengkap-…

Buya Hamka tegas tolak Syiah. Jika ada tokoh muhammadiyah sekarang tak tegas thd syiah, ikut siapa? islampos.com/kami-bangsa-me

Kewajiban mengingatkan RT @AhadiatiT: @abdullahhaidir1… ustadz banyak banget umat islam di Indonesia yg gak tau syiah .

http://chirpstory.com/li/251787

(Manhajuna/AFS)

Mengenal Tokoh Ahlulbait; Imam Ja’far Ash-Shadiq

Oleh Ustadz Abdullah Haidir, Lc.

Nasab dan Kelahirannya

Beliau adalah Ja’far bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Alibin Abi Thalib dari perkawinannya dengan Fatimah binti Rasulullah shallallahuh alaihi wa sallam. Beliau dilahirkan pada tahun 80 H di Madinah Al-Munawarah serta tumbuh berkembang di sana.
Itu Nasab dari jalur bapaknya. Adapun nasab dari jalur ibunya adalah Ummu Farwah binti Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Ash-Shidiq. Bahkan nenek dari ibunya juga keturunan dari Abu BakarAsh-Shiddiq. Yaitu Asma binti Abdurrahman bin Abu Bakar Ash-Shiddiq. Karena itu terkenal ucapan Ja’far Shadiq:

وَلَدَنِي أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيْقُمَرَّتَيْنِ

“Aku dilahirkan oleh Abu Bakar Ash-Shidiq dua kali.”

Adapun gelar ash-shadiq (jujur) adalah karena beliau dikenal tidak pernah berdusta. Gelar ini sesuai dengan gelar kakeknya dari jalur ibu; Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Keilmuan dan Kedudukannya

Pertama kali beliau menimba ilmu adalah dari ayahnya Muhammad Al-Baqir, juga darikakeknya dari jalur ibu, yaitu Qasim bin Muhamm bin Abu Bakar yang merupakan tokoh ahli fiqih yang tujuh di Madinah. Di antara gurunya yang terkenal juga adalah Ibnu Syihab Az-Zuhri, Atha bin Abi Rabah dan Muhammad bin Munkadir. Beliau juga melakukan perjalanan ke Irak untuk menuntut ilmu. Setelah diakui keilmuannya, banyak yang berguru kepada beliau, di antaranya adalah paraulama besar, seperti Abu Hanifah, Malik bin Anas, puteranya; Musa Al-Kazim,Sufyan bin Uyaynah, dll.

Bidang yang banyak digelutinya dan sangat dikuasainya adalah fiqih.  Bahkan beliau sudah dikatagorikan sebagai mujtahid yang dapat menyimpulkan sebuah hukum dari Alquran dan Sunah tanpa mengikuti seseorang dalam ijtihadnya. Bahkan beliau telah menetapkan beberapa prinsip (ushul) dalam istimbathnya (mengambil kesimpulan hukum). Di antara kaidah yang beliau tetapkan adalah bahwa asal hukum segala sesuatu adalah mubah hingga ada ketentuan syariat yang melarangnya. Namun memang mazhabnya tidak sempat meluas sebagaimana keempat mazhab yang terkenal.

Dalamkajian hadits, keulamaan beliau diakui oleh para ulama  terpercaya sebagai perawi hadits yang”tsiqah”, sebuah istilah untuk perawi yang telah memenuhi kriteriaketakwaan dan kecerdasan dengan standar yang sangat tinggi di kalangan ulamahadits. Hadits-hadits riwayatnya ada yang tercantum dalam Shahih Muslim dansunan yang empat (Abu Daud, Tirmizi, Nasasi dan Ibnu Majah). Bahkan prestasi ilmiah beliau tidak terbatas pada ilmu syariah, tapi juga sains,khususnya kimia. Disebutkan bahwa tokoh kimia terkenal; Jabir bin Hayyan, berguru kepadanya. Maka, pada diri Imam Ja’far Shadiq, terkumpul sejumlah keutamaan yang jarang dimilikiorang lain; Keutamaan sebagai ahlul bait Rasulullah saw dan orang-orang mulia, serta keutamaan ketakwaan dan kecerdasannya yang diakui kaum muslimin.

Ja’far  Ash-Shadiq, Abu Bakar Ash-Shidiq dan Klaim Kaum Syiah

Penghormatan Ja’far terhadap kakeknya, Ali bin Abi Thalib tentu tidak diragukan lagi. Lalu bagaimana penghormatannya terhadap Abu Bakar Ash-Shiddiq?
Sebenarnya tak sulit untuk menduga sikap Ja’far Ash-Shadiq terhadap Abu Bakar yang taklain adalah kakeknya dari jalur ibu, terlebih beliau adalah ulama yang dikenal ketakwaannya. Pastinya adalah penghormatan dan pemuliaan terhadap Abu Bakar Ash-Shiddiq. Karena pada hakekatnya, kakek dari jalur bapak dan ibu sama saja kedudukannya dalam hal penghormatan dan pemuliaan. Terlebih mereka memang asalnya adalah orang-orang mulia.  Namun hal ini penting dipertegas mengingat kaum Syiah yang gemar mencaci maki para shahabat terutama Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab, mengklaim bahwa Imam Ja’far Ash-Shadiq merupakan salah seorang imam mereka yang ma’shum. Apakah itu artinya Imam Ja’far Ash-Shadiq juga memusuhi dan gemar mencaci maki sang kakek; Abu BakarAsh-Shiddiq?

Secara logika saja, kita sulit menerima hal itu terjadi. Ambillah contoh diri kitasendiri, seandainya kakek kita orang yang tidak benar, apakah tega kita mencaci makinya di depan umum? Orang yang waras tentu tidak akan berbuat demikian, apalagi jika kakek kita adalah orang baik-baik. Ja’far Ash-Shadiq jauh lebih utama dari kita dan Abu Bakar Ash-Shiddiq jauh lebih utama dari kakek kita.

Imam Adz-Dzahabi meriwayatkan dalam kitabnya Siyar A’lam An-Nubala, bahwa Salim binAbi Hafshah pernah bertanya kepada Abu Ja’far dan puteranya; Ja’far Ash-Shadiq tentang Abu Bakar dan Umar. Maka Ja’far  berkata,

يَا سَالِمُ! أَيَسُبُّ الرَّجُلُجَدَّه، أَبُو بَكْرٍ جَدِّي، لاَ نَالَتْنِي شَفَاعَةُ مُحَمَّدٍ -صَلَّى اللَّهُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَوْمَ القِيَامَةِ إِنْ لَمْ أَكُنْ أَتَوَلاَّهُمَا، وَأَبرَأُمِنْ عَدوِّهِمَا

“Wahai Salim! Apakah (wajar) seseorang mencaci kakeknya? Abu Bakar adalah kakekku, Aku tidak akan mendapatkan syafaat Nabi Muhammad shahllallahu alaihi wa sallam padahari kiamat jika aku tidak mencintai keduanya dan berlepas diri dari musuhkeduanya.”

Dari sini saja, selain banyak sekali bukti lainnya, tampak sekali bahwa klaim kaum Syiah terhadap Ja’far Ash-Shadiq, tak lebih merupakan upaya mereka untuk berlindung dibalik tameng kemuliaan Ahlul Bait demi menyebarluaskan kesesatan mereka agar mudah diterima kaum muslimin yang umumnya mencintai Ahlulbait.
Kalau tidak, bagaimana mungkin Ja’far Ash-Shadiq yang berguru dengan para ulama Ahlussunnah dan murid-muridnya adalah para imam dan ulama Ahlussunnah, lalu kemudian dianggap sebagai tokoh dan imam oleh kalangan Syiah??!!

Sumber: Siyar A’lam An-Nubala, ImamAdz-Dzahabi dan berbagai sumber lainnya.

(Manhajuna/AFS)

Seputar Mengusap Khuf dalam Berwudhu

Oleh Ustadz Abdullah haidir, Lc.

Manhajuna – Ada tiga perkaraterkait dalam masalah mengusap dalam berwudhu yang belum banyak dikenal masyarakat, karena pelaksanaannya relatif jarang dilakukan. Namun perkara ini penting kita ketahui, karena boleh jadi kita membutuhkannya. Berikut akan saya jelaskan beberapa pointnya semoga bermanfaat.

Mengusap Khuf

Dalam khazanah fiqih,mengusap khuf disebut dengan istilah ‘mashul khuffain’   (مسح الخفين). Khuf itu sendiri adalah istilah bagi alaskaki atau tepatnya sepatu yang terbuat dari kulit dan menutup telapak kaki hingga mata kaki. Namun yang masuk dalam katagori khuf dalam masalah ini adalah semua alas kaki, terbuat dari apapun, yang menutup telapak kaki minimal hingga mata kaki.

Mengusap khuf termasuk keringanan (rukhshah) dalam syariat Islam bagi orang yang ingin berwudhu. Ketetapannya banyak ditunjukkan dalam hadits Rasulullah shallallahualaihi wa sallam dan beliau sendiri melakukannya. Bahkan Al-Hasan Al-Bashri mengatakan, ada 70 shahabat yang meriwayatkan kepadaku bahwa Rasulullah SAW mengusap khufnya. Sebagian ulama menyatakan bahwa riwayat tentang mengusap khuf mencapai derajat mutawatir. Karena itu ulama Ahlusunnah sepakat menyatakan masyru’iyah (disyariatkan) nya mengusap khuf dalam berwudhu. Bertentangan dengan kaum Syiah, Ibadhiah dan khawarij yang mengingkarinya. Karenanya, mengusap khuf selain sebagai sebuah rukhshah (keringanan), dia pun dapat dianggap sebagai upaya ihya’ussunnah (menghidupkan sunah), khususnya di tengah masyarakat yang masih belum mengetahuinya.

Keringanan mengusap khuf berlaku umum dan kapan saja selama syaratnya terpenuhi. Berlaku bagi laki dan perempuan, saat safar atau tidak, saat sakit atau tidak. Diperdebatkan para ulama, mana yang lebih utama, mengusap khuf atau membasuh kaki seperti biasa. Hal tersebut dilihat kondisinya, kalau ketika berwudu kaki kita tanpa khuf (kaos kaki), seharusnya membasuh kaki. Tapi ketika berwudhu dalam keadaan mengenakan kaos kaki dan ketika memakainya dalam keadaan telah bersuci, maka sebaiknya mengusap khuf. Sekedar catatan: Info dari seorang teman yang bekerja di sebuah perkantoran, dia merasa terbantu dengan syariat mengusap khuf, sebab di kantornya tidak ada tempat wudhu, sehingga ketika berwudhu di westafel dia tidak perlu membasuh kakinya, tapi cukup mengusap kaos kakinya yang dia pakai sejak di rumah setelah diabersuci sempurna.

Terkait dengan kaos kaki yang dikenal dengan istilah jaurab (الجورب). Meskipun secara umum para ulamamembolehkannya untuk diusap seperti khuf, akan tetapi ada perbedaan pendapat di antara mereka tentang batasan kaos kaki yang boleh diusap. Namun pendapat yang cukup kuat adalah pendapat mazhab Hambali bahwa kaos kaki selama dia rapat hingga matakaki dan dapat digunakan untuk berjalan, dalam arti tidak lepas jika digunakan untuk berjalan, maka dia dapat diusap dengan ketentuan hukum seperti mengusap khuf. Terdapat riwayat bahwa para shahabat mengusap kaos kaki mereka saat berwudhu pada masa shahabat tanpa ada yang menentangnya, sehingga hal tersebutdapat dikatakan ijmak.

Mengusap khuf dibolehkan dengan empat syarat:

  1. Memakai khuf dalam keadaan bersuci. Maksud bersuci disini adalah berwudhu lengkap hingga membasuh kaki. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam suatu saat berwudhu, ketika seorang shahabat hendak mencopot sepatunya agar dia membasuhnya, beliau melarangnya dan mengatakan bahwa dia memakainya dalam keadaan telah bersuci. Lalu beliau mengusap khufnya. (HR. Muslim). Maka menurut para ulama, mengusap khuf tidak dibenarkan jika bersuci pertamanya dengan tayammum,karena tayammu adalah pengganti wudhu.
  2. Khufnya dalam keadaan suci, bukan dari barang najis atau terkena sesuatu yang najis.
  3. Bersucinya untuk menghilangkan hadats kecil. Adapun menghilangkan hadats besar, khuf harus dibuka.
  4. Masih dalam waktu yang dibolehkan; yaitu sehari semalam bagi orang yang menetap, dan tiga hari tiga malam bagi musafir. Waktu mengusap ditentukan sejak pertama kali mengusap setelah batal dari wudhu pertama.

Prakteknya adalah sebagai berikut: Seseorang berwudhu dengan sempurna hingga membasuh kaki. Lalu dia memakai khufnya sebelum hadats. Kemudian apabila wudhunya batal, lalu dia berwudu, maka ketika sampai bagian membasuh kaki, dia cukup basahkan kedua telapak tangannya, lalu tangan kanan mengusap bagian atas kaki kanan dan tangan kiri mengusap bagian atas kaki kiri, sekali saja.

Batasan mengusap tidak ada ketentuan, sepanjang perbuatannya sudah dianggap mengusap maka dia dianggap mengusap. Lebih utama jika mengusap kaki kanan dan kirinya berbarengan,kalaupun mengusap kanan dahulu lalu kiri dahulu, tidaklah mengapa. Bagianbawah kaki tidak diusap. Yang diusap hanya bagian atasnya saja. Jika mencopot khuf-nya/kaos kakinya setelah mengusapnya, apakah wudhunya batal? Jumhur ulama berpendapat batal wudhunya, meskipun mereka berbeda pendapat, apakah cukup membasuh kakinya atau harus berwudhu dari awal. Akan tetapi ada sejumlah ulama yang menyatakan tidak batal wudhunya, hanya saja batal kebolehan mengusap khuf. Artinya kalau dia memakai khuf lagi, maka berikutnya dia tidak boleh mengusap khuf ketika berwudhu. Imam Nawawi rahimahullah dalam kitabnya Al-Majmu mengutip perkataan Ibnu Munzir yang mengatakan bahwa sejumlah tabiin berpendapat demikian dan beliau sendiri berkomentar, ‘Ini lebih dipilih dan lebih shahih’ meskipun mazhabnya berpendapat batal. Pendapat inipun dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiah dan sejumlah ulama kontemporer seperti Syekh Muhammad bin ShalehAl-Utsaimin rahimahumullah.

Bagaimana jika khuf atau kaos kakinya bolong? Selama bolongnya wajar dan dia masih layak dipakai dan masih dianggap sebagai khuf atau kaos kaki yang menutup hingga mata kaki, maka tidak mengapa. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa khuf yang dipakai pada zaman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam umumnya bolong karena digunakan ditempat keras dan panas. Disamping itu, tidak ada riwayat atau nash yang menetapkan syarat bahwa khufnya tidak boleh bolong.
Wallahua’lam.

Referensi:
1- Al-Majmu SyarahAl-Muhazzab, Imam An-Nawawi rahimahullah.
2- Al-Mughni, Ibnu Qudamahrahimahullah.
3- Al-Mausu’ah Al-FiqhiyyahAl-Kuwaitiyah, Wazarah Auqaf Wa Asy-Syuun Al-Islamiyah, Al-Kuwait.
4- Al-Fiqhul Islamy, DR.Wahbah Zuhaily hafizahullah.
5- Fatawa Syekh Bin Baz FilMash Alal Khuffain, Syekh Bin Baz rahimahullah.
6- Buhuts Wa Fatawa Fil MashAlal Khuffain, Syekh Muhamma bin Saleh Al-Utsaimin rahimahullah.
7- Muhimmatul Masa’il Fil MashAlal Khuffain, Syekh Sulaiman Al-‘Ulwan, hafizahullah.    

(Manhajuna/AFS)

Mengenal Cicit Rasulullah; Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib RA.

Oleh Ustadz Abdullah Haidir, Lc.

Manhajuna – Beliau adalah Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. Julukannya adalah Zainal Abidin (hiasan  orang-orang yang beribadah).  Maka beliau lebih dikenal dengan sebutan Ali Zainal Abidin.
Kelahirannya  diperkirakan tahun 38 Hijriyah. Beliau meriwayatkan hadits dari bapaknya; Husain bin Ali bin Abi Thalib, juga dari pamannya, Hasan bin Ali bin Abi Thalib, kemudian dari Aisyah RA., Abu Hurairah, Shafiah, Ummu Salamah dan beberap shahabat lainnya. Adapun dari kalangan tabi’in, beliau mengambil riwayat dari beberapa tokoh tabi’in, seperti Marwan bin Hakam, Said bin Musayab, Ubaidillah bin Abi Rafi, Dzakwan budaknya Aisyah, dll.

Berikutnya, yang meriwayatkan dari beliau, di antaranya adalah; Abu Ja’far Muhammd, Umar, Zaid dan Abdullah. Juga Az-Zuhri, Amr bin Dinar, Hakam bin Utaibah, Zaid bin Aslam, Yahya bin Said, dll.

Beliau dikenal sebagai kalangan tabiin, lahir di Madinah dan wafat di Madinah.
Beliau dikenal dengan sifat wara’nya, amanah dan banyak meriwayatkan hadits. Ibnu Utaibah berkata, “Aku tidak melihat seorang dari suku Quraisy yang lebih utama dari Ali bin Husain (pada masanya).” (4/388)

Pada peristiwa Karbala, saat bapaknya, Husain bin Ali, dibunuh dalam tragedi tersebut, Ali bin Husain berusia duapuluh tiga tahun, saat itu beliau sedang dalam keadaan sakit. Maka dirinya selamat dari pembunuhan.

Sifat-Sifat Mulia; Luas ilmu, Wara, tawadhu, dermawan,takut kepada Allah, dll.
Meskipun dia memiliki keutamaan dalam agama, dirinya tak merasa sungkan untuk duduk bersama rakyat jelata. Suatu saat ada yang bertanya kepadanya, “Mengapa engkau bergaul dengan kalangan jelata?” Beliau berkata, “Saya bergaul dengan orang yang saya dapat mengambil manfaat darinya dalam agama saya.”

Sifat tawadhu’nya juga yang menyebabkanya terus mencari ilmu, walaupun dia dikenal orang yang sangat berilmu.

Mas’ud bin Malik berkata, “Dapatkah engkau mempertemukan aku dengan Said bin Zubair?”  Aku bertanya, “Ada perlu apa?” Dia berkata, “Banyak perkara yang ingin aku tanyakan kepadanya, orang-orang bertanya tentang sesuatu yang tidak kami ketahui.”

Imam Az-Zuhri berkata, “Saya sering berada di dekat Ali bin Husain, tidak ada orang yang saya nilai lebih pandai (ketika itu) dibanding Ali bin Husain. Hanya saja dia sedikit berbicara.”

Ali bin Husain menyadari kecintaan masyarakat terhadap dirinya sebagai Ahlulbait dan sebagai ulama. Dia mengkhawatirkan hal tersebut melampaui batas dan salah penerapan. Dia berkata kepada penduduka Irak yang sangat mencintainya, “Wahai penduduk Irak, cintailah kami dengan cinta Islam, bukan seperti cinta terhadap berhala. Cinta kalian kepada kami dapat menjadi kecelakaan bagi kami.”

Beliau juga orang yang sangat wara’. Juwairiah binti Asma berkata, “Ali bin Husain tidak makan satu dirham pun dari kekerabatannya dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.”
Beliau dikenal orang yang sangat takut kepada Allah. Suatu saat terjadi kebakaran di rumahnya saat dia sedang sujud dalam shalat. Ketika dia angkap kepalanya, apinya padam. Ada yang bertanya kepadanya tentang masalah itu, dia berkata, “Saat itu saya justeru sedang sedang takut dari  ‘api’ yang lain (neraka).”

Ali bin Husain juga terkenal dengan sadaqah sir-nya (sadaqah tersembunyi). Di malam hari dia memanggul roti di pundaknya dan mencari orang-orang miskin. Hal ini baru diketahui setelah  beliau wafatnya. Saat jasad beliau dimandikan tampak bekas tersebut dipundaknya. Di sisi lain sebagian penduduk Madinah yang tidak tahu siapa yang memberi makanan setiap malam kepada mereka, merasakan bantuan tersebut berhenti setelah beliau wafat.

Diriwayatkan bahwa beliau menanggung nafkah seratus keluarga hingga wafatnya tanpa mereka ketahui. Baru diketahui setelah beliau wafat dan bantuan tersebut terhenti. Di sisi lain, akibatnya beliau dikira orang yang bakhil. Hanya rajin mengumpulkan harta dan tak suka bersedekah.
Beliau selalu berusaha memenuhi setiap permintaan orang yang membutuhkannya.  Suatu saat beliau berkata, “Sungguh aku malu kepada Allah, apabila melihat saudaraku, lalu aku mendoakan untuknya surga, tapi aku bakhil kepadanya dalam urusan dunia. Aku takut nanti dikakatakan kepadaku  (di hari kiamat),’Seandainya surga ada di tanganmu, kamu pun akan bakhil dan bakhil.”

Bagaimana sikapnya terhadap Abu Bakar, Umar dan Utsman serta Bani Umayyah?

Berbeda dengan kaum syiah yang mengagung-agungkan beliau, namun mereka sangat memusuhi sahabat-sahabat mulia semisal Abu Bakar, Umar dan Utsman dan sangat memusuhi kekhalifahan Bani Umayyah, Ali bin Husain adalah orang yang sangat menghormati mereka dan mencela siapa yang mencela dan memusuhi mereka.

Beliau pernah ditanya tentang bagaimana kedudukan Abu Bakar dan Umar di sisi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam? Beliau memberi isyarat  ke kuburan (kuburan keduanya di sisi kuburan Rasulullah saw), “Seperti kedudukan keduanya sekarang ini (maksudnya keduanya dekat dengan Rasulullah saw saat hidup seperti kedekatan kuburan keduanya saat telah wafat).”

Suatu saat ada orang yang berkata kepadanya,
“Beritahu aku tentang Abu Bakar?”
“Ash-Shiddiq maksud anda?” dia balik bertanya.
“Apakah engkau menyebutkan Ash-Shiddiq?” Orang itu balik bertanya heran.
“Celaka engkau, dia telah disebut Ash-Shiddiq oleh orang yang lebih baik dari saya; Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, kaum muhajirin dan Anshar. Siapa yang tidak menyebutnya Ash-Shiddiq, niscaya Allah tidak akan membenarkannya. Pergi engkau dari sini, aku adalah orang yang mencintai Abu Bakar dan Umar serta loyal kepada mereka. Dan aku bertanggung jawab atas sikapku ini.”

Seseorang bertanya kepadanya, “Kapankah Ali (bin Abi Thalib) dibangkitkan?” Beliau menjawab, “Demi Allah, dia akan dibangkitkan di hari kiamat, dan setelah itu dia akan sibuk dengan urusan dirinya.”

Terkait dengan pemerintahan bani Umayyah, Ali bin Husain berkata, “Sungguh kami shalat di belakang mereka, bukan karena taqiyyah. Aku juga bersaksi bahwa bapakku (Husain bin Ali bin Abi Thalib) shalat di belakang mereka, bukan karena taqiyyah.”

Tentang Utsman bin Affan, Ali bin Husain berkata, “Demi Allah, Utsman dibunuh dengan batil.”
Beliau wafat tahun  94 H dan dimakamkan di pekuburan Baqi, Madinah.

Sumber: Siyar A’lam An-Nubala, Imam Az-Zahabi, 7/437-451 (versi Maktabah Syamilah)

(Manhajuna/AFS)

Meneladani Rasulullah SAW.

Oleh Ustadz Abdullah Haidir, Lc.

Manhajuna – Tidak perlu ditanya tentang kecintaan seorang muslim terhadap Rasulnya. Sedikit saja keimanan bersemayam di dadanya, cinta kepada Rasululullah saw, niscaya merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupannya. Cinta yang ada ini seharusnya terus dipelihara, dipupuk dan selalu dihidupkan dari masa ke masa agar tak redup di telan zaman.
Akan tetapi, semestinya permasalahannya tidak berujung pada rasa cinta. Justeru rasa cinta itulah yang harus dijadikannya sebagai energi kehidupan untuk meneladani Rasulullah saw. Sekaligus inilah bukti paling riil pengakuan cinta seseorang kepada siapa yang dicintainya. Cinta tanpa bukti nyata, adalah cinta gombal seorang pembual.
Seorang penyair berkata,

لَوْ كُنْتَ تَصْدُقُ حُبَّهُ لأَطَعْتَهُ ****** إِنَّ الْمُحِبَّ لِمَنْ يُحِبُّ مُطِيعُ

Seandainya cintamu kepadanya benar, niscaya engkau akan menaatinya
Sesungguhnya, seorang pencinta akan taat kepada yang dicintainya.

Cinta kepada Rasulullah saw yang berujung kepada sikap meneladaninya, adalah cinta sejati bukan cinta basa-basi, cinta yang teruji bukan sekedar seremoni, cinta aktual bukan sekedar emosional, cinta abadi, bukan cinta setengah hati.
Jika kita telah sepakat tentang hal ini, hal berikutnya yang penting kita pahami dengan baik adalah bagaimana sesungguhnya cara kita meneladani Rasulullah saw?
Jawabannya ada terkandung pada ayat yang sangat kita hafal,

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ – سورة الأحزاب: 21

“Sungguh telah ada pada diri Rasulullah suri teladan yang baik bagimu…” (QS. Al-Ahzab: 21)

Ayat ini mengisyaratkan bahwa teladan yang harus kita ambil dari Rasulullah saw adalah semua hal terkait dengan kehidupannya. Tidak hanya terbatas pada satu aspek tertentu dari kehidupannya.
Ketika berbicara tentang teladan Rasulullah saw, sebagian orang ada yang melulu berbicara tentang etika dan hubungannya antara sesama manusia, lupa kalau aqidah dan ibadah adalah masalah prinsip, sebagian lagi fokus kepada masalah ibadah, abai bahwa masalah akhlak tidak boleh terbengkalai, sebagian lainnya konsentrasi pada masalah aqidah, tak peduli dengan ibadahnya yang kering dan akhlaknya yang ‘garing’. Sehingga sering terjadi munculnya kepribadian yang tidak utuh dalam pandangan Islam dan akhirnya melahirkan pandangan yang tidak utuh terhadap Islam itu sendiri.
Ada yang aqidahnya mantap, tapi lisannya penuh duri suka menyakiti. Ada pula yang akhlaknya begitu lembut, tapi aqidahnya kabur penuh kabut. Adapula yang ibadahnya getol, namun aqidah jebol dan akhlaknya ambrol.
Yang diinginkan dalam meneladani Rasulullah saw adalah bagaimana agar seorang muslim memiliki sifat salimul aqidah (aqidah yang bersih), shahihul ibadah (ibadah yang sahih) dan matinul khuluq (akhlak yang jernih). Ini tentu membutuhkan sebuah kesadaran sekaligus proses yang berkelanjutan, serta bimbingan dan pembinaan Spartan agar kehidupan kita semakin dekat dengan kemuliaan pribadi Rasulullah saw.
Seorang bijak berkata,

تَشَبَّهُوا بِالْكِرَامِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ مِثْلَهُمْ ، فَإِنَّ التَّشَبُّهَ بِالْكِرَامِ فَلاَحُ

“Serupailah orang mulia, meskipun engkau tidak menjadi seperti mereka,
Karena menyerupai orang mulia mengundang keberuntungan.”

Semoga kecintaan kita kepada Rasulullah saw, bukan cuma cinta semusim yang merasa cukup dengan seremoni sesaat dan hanya mengandalkan pengakuan tanpa bukti kuat. Tapi cinta yang mendorong kita untuk selalu berupaya meneladani semua aspek kehidupan beliau sepanjang hayat. Aamiin.
Allahumma shalli alaa muhammad wa alaa aali Muhammad….

Riyadh, Rabiul Awal 1436 H.

(Manhajuna/AFS)

Kedudukan Berjamaah Dalam Islam dan Kaitannya Dengan Islam Jamaah (LDII)

Kultwit oleh Ust. Abdullah Haidir, Lc.

LDII kembali disebut2 lagi… ingin bicara sedikit ttg isu2 seputar LDII… atau yg disebut Islam Jamaah…

Pertama jangan sampe salah sebut antara LDII dengan DDII…. mirip2 tapi beda banget…

LDII adalah metamorfosis Islam Jamaah yg sejak awal kontroversial. DDII adalah lembaga dakwah bentukan M. Natsir rahimahullah…

Berbicara Islam Jamaah atau LDII… jangan berkutat pada ngepel lantai bekas shalat yg bukan jamaahnya… itu terlalu cabang sifatnya..

Setidaknya ada 3 isu dasar LDII yg sangat penting dipahami, dan dari sini dpt dipahami manhaj atau ajaran mereka.

Maksud isu disini adalah konsep… ke3 konsep tsb adalah; 1- Jamaah dan Imamah, 2. Bai’at. 3. Metodolgi memahami Alquran dan hadits…

Bahkan ke3 konsep tsb dapt diperas dlm konsep pertama, yaitu jamaah dn imamah (kepemimpinan)…krn dari sini akan berkembang konsep lainnya

Terkait dg konsep ini, perlu kita tempatkan dahulu konsep jamaah dan imamah secara proporsional… tdk berlebih2an tdk pula mengabaikan..

Perlu dipertegas dahulu, bhw konsep jamaah dan imamah diajarkan dlm Islam.

Jangan sampai penolakan thd Islam Jamaah membuat kita mengabaikan konsep Jamaah dan imamah…

Konsep jamaah dlm Islam dilihat dari 2 sisi, nilai kebenarannya dan kekuatan struktur atau persatuannya…

Jika disederhanakan, konsep jamaah dlm Islam adalah persatuan di atas landasan kebenaran.

Akan tetapi nilai jamaah yg lebih prinsip adalah kebenaran manhaj atau prinsip Islam yg dipegang, walau seorang diri…

Ungkapan salaf: Jamaah adalah engkau berada di atas kebenaran walau cuma engkau seorang…

Namun tentu saja kebenaran jika didukung persatuan lebih utama, ketimbang mengusung kebenaran dlm keadaan berceraiberai…

jamaah dlm kontek idiologis adalah ajaran Islam itu sendiri. Ajran Islam yg benar tentunya…

Nabi saw menyatakan org yg murtad sbg Al-Mufaariqu lil jama’ah, org yg memisahkan diri dr jamaah.

Di luar itu, tidak ada konsep berjamaah yg dapat menentukan batal tidaknya keislaman seseorang.

Artinya kalau ikut bergabung dg sebuah jamaah maka Islamnya diterima, kalau tidak, serta merta Islamnya batal.

Apakah jamaah itu dimaknai sbg khalifah, pemerintahan muslim, atau apalagi sekedar kelompok2 yang bertebaran di sana-sini.

Memang benar, keluar dari jamaah ada yg dapat dianggap pelanggaran berat. Tapi itupun tdk dpat digeneralisir, masing2 sesuai kasusnya.

Seperti membangkang dari pemerintahan muslim yang sah. Itu dpt dianggap sbg keluar dari jamaah yg dapat berdosa besar.

Bagaimana dengan jamaah2 yg ada pada masa sekarang?

Sebenarnya substansi berjamaah adalah bagaimana kaum muslimin dapat bekerja dan berjuang dalam sebuah tatanan solid.

Substansi inilah yg sesungguhnya diperintahkan kepada kaum muslimin yaitu agar berjuang dg rapih atau selalu berada dlm tatanan yg solid.

Lihat ayat2 berikut… Ash-Shaf: 4, Al-Anfal: 73, Al-Anfal: 46.

Juga hadits2 dan amalan Rasulullah saw banyak menunjukkan diperintahkannya tatanan yg rapih. Baik dlm kehidpn ritual,, sosial, militer, dll.

Maka, berjamaah bkn saja dibolehkan, tapi dituntut dlm Islam.

Apakah kemudian perkara tsb diistilahkan dg jamaah, organisasi, partai, yayasan, lembaga, itu tak penting, yg pnting substansinya, bkn namanya.

Aneh aja kalo ada orang Islam sangat antipati sekali dg apa yg namanya jamaah, kelompok, ormas, dn komunitas2 lainnya.

Wong ulama saja bikin organisasi, lengkap dg strukturnya. Ini kok ada yg serampangan memojokkan org yg berjamaah.

Kalaupun ada dampak negative dlm berjamaah, itu bukan krn berjamaah itu negatif, tapi landasan dan penerapannya yg salah.

Emangnya kalau ada prilaku negatif dari jamaah hajji, lalu ibadah hajinya langsung dianggap salah?

Perintah berjamah dalam Islam, hendaknya dipahami sbg tataran praktis, bukan sbg perkara idiologis.

Inilah yg membedakan jamaahnya LDII dg jamaah2 yg dikenal umumnya.

Mereka jadikan jamaah dan imamah sbg idiologi dan syarat keimanan. Yg bergabung dgnya, imannya benar, yg tidak bergabung, sesat.

Sementara ajaran Islam yg benar tdk menjadikan jamaah dan imamah sbg syarat sahnya keimanan. Meskipun dia sebuah tuntutan.

Dari sinilah LDII akan ‘menjajakan dagangannya’, menawarkan kpd mrk yg awam dg mengeksploitir ayat2 dan hadits.

Ayat2 dan hadits yg menerangkan bahwa hidup berjamaah dan memiliki seorang pemimpin adalah tuntutan, mrk alihkan maksudnya sbg syarat sahnya keimanan.

Karena menurut mrk berada dlm sebuah jamaah dan dan memiliki imam merupkn syarat keislamannya.

Berikutnya mrk giring bahwa jamaah yg dimaksud adalah jamaah mereka dan pemimpinnya adalah pemimpin mrk.

Dengan sedikit ancaman Islamnya tidak sah, akan diazab, dll, mk banyak yg akhirnya bergabung dn mengikuti keyakinan mrk.

Hadits gacoan mereka adalah لا إسلام إلا بجماعة Tidak ada Islam kecuali dg berjamaah.

Padahal hadits ini dihukumi lemah para ulama. Kalaupun shahih, pemahamannya bkn spt pemahaman mrk.

Laa لا dlm hadits tsb disebut لا النافية artinya meniadakan. Ada dua pilihan makna ttg apa yg ditiadakan; Kesempurnaan atau Keabsahan.

Kalau yg dinafikan adalah kesempurnaan, maka maknanya adalah tidak sempurna Islam seseorang..

Kalau yg dinafikan adalah keabsahan, maka maknanya tidak sah Islam seseorang.

Nah, utk hadits2 semacam ini, para ulama umumnya memahami peniadaan di sini sebagai peniadaan kesempurnaan (nafyul kamal).

Maka ke Islaman seseorang sah atau tidaknya tidak ditentukan dg berjamaah atau tidaknya dia.

Hadits senada dg ini banyak, spt tidak beriman seseorg sebelum dia mencintai saudaranya spt dia mencintai dirinya sendiri.

Maksudnya adalah, belum sempurna imannya kalau dia tdk mncintai saudaranya spt dia mencintai dirinya sendiri. Bukan tidak sah!

Maka maksud hadits di atas adalah tidak sempurna imannya, bukan tidak sah imannya.

Disinilah salah satu letak penyimpangan LDII.. Mrk menganggap berjamaah sebagai salah satu syarat sahnya Islam seseorang.

Begitupula prinsip mereka soal imamah (kepemimpinan), paralel dg prinsip mrk dg jamaah.

Prinsip mrk, seorang muslim harus memiliki imam secara definitif yg harus mereka yakini. Jk tdk maka Islamnya belum sah.

Keyakinan mereka ini mirip dg syiah imamiah yg mewajibkan setiap orang beriman untuk memiliki atau meyakini adanya imam.

Sebenarnya prinsip imam ada di dalam Islam. Imam yg keyakinan thdnya menentukan sah tidaknya iman kita adalah para Nabi.

Bagi kita sekarang kaum muslimin, imam yg harus kita yakini dan kita ikuti adalah Rasulullah saw. Tidak mengakuinya; Kafir!

Jadi, jika makna jamaah secara idiologis adalah Islam itu sendiri, maka imam secara idiologis adalah para Nabi.

Dlm surat Al-Isra ayat 71, nanti setiap umat akan dipanggil berdasarkan imam mrk. Imam di sini adalah para nabi…

Jadi pemahaman imam dlm surat Al-Isra 71 disitu adalah para nabi…lihat tafsir Ibnu Katsir atau Tafsir Baghawi misalnya.

Bagaimaa dengan pemimpin2 selain para nabi dari kalangan manusia biasa? Spt khalifah, presiden, dll. Mrk juga bisa saja disebut imam.

Namun derajat ‘permakmuman’ kt thd para imam selain Nabi tdk ada kaitannya dg sah tidaknya iman kita..

Kalau ditanya, apakah kepemimpinan itu wajib? Bisa jadi ya, kalau ruanglingkupnya adlah skala keumatan, spt khalifah, raja, presiden..

Bahkan kita diwajibkan taat kepada pemimpin negara dalam hal yang ma’ruf.

Karena dg adanya pemimpin spt itu urusan masyarakat dapat terkelola dan tertata, baik utk urusan dunia maupun agama.

Adapun pemimpin dlm kelompok, jamaah, organisasi, dia hanya dpt ditinjau dlm aspek organisatori atau praktis saja.

Dalam arti bhw kalau kita tidak bermakmum kpdnya atau menjadi anggotanya, tdk ada kaitanya dg sah tidaknya iman Islam kita.

Disinilah probem LDII itu, bagi mrk adanya jamaah dan imam yg harus diikuti, itu mutlak dlm menentukan sah tidaknya iman Islam mrk.

Jika itu prinsipnya, maka tahap berkutnya jelas. Siapa yg tdk memiliki jamaah dan imam, iman islamnya diragukan… kalau tdk dikatakan tdk sah

Kalau sudh begini, siapa yg ternyata suka menyesatkan dn mengkafirkan? Ya mereka. Justeru itu ‘dagangan’ mrk utk mencari pengikut.

Repotnya, kalau dibilang sesat, mrk teriak2 bilang, jangan suka menyesatkan dan mengkafirkan sesama muslim.

Sama spt syiah, tdk mau dibilang sesat, apalagi kafir. Padahal, jangankan thd muslim biasa non syiah, shahabat nabi saja berani mrk kafirkan

Salah satu ciri aliran sesat mmng begitu, meyakini paling benar, yg lainnya sesat. Lalu mrk teriak2, jgn suka menyesatkan dn mengkafirkn…

Wallahu a’lam.